ASCENDENSI NAGA DARI KATULISTIWA

ASCENDENSI NAGA DARI KATULISTIWA

Bab 1: Tarikan Mendadak dan Energi Surgawi yang Memabukkan

Arief Indiyanto, 19 tahun, adalah definisi dari mahasiswa teknik informatika yang terlalu tampan untuk bidangnya. Dengan tinggi semampai, kulit sawo matang khas Indonesia yang terawat, sepasang mata tajam berbinar cerdas, dan senyum yang mampu membuat dosen wanita terdiam sejenak, ia lebih sering dikira sebagai model atau aktor daripada seorang programmer andal. Ia tidak peduli dengan popularitas, fokusnya hanyalah kode dan nilai-nilai sempurna di Institut Teknologi Bandung.

Malam itu, Arief sedang berada di lantai 10 perpustakaan kampus yang sunyi. Jam menunjukkan pukul 11:30 malam. Ia baru saja menyelesaikan sesi coding maraton untuk proyek kecerdasan buatan, punggungnya pegal, dan matanya perih karena menatap monitor terlalu lama. Ia menghela napas, menutup laptop, dan mulai membereskan tasnya. Jakarta yang padat terasa jauh, namun udara dingin Bandung yang menyelimuti malam itu memberinya ketenangan yang ia butuhkan.

Saat ia bangkit dari kursi dan berjalan menuju lift, ia merasakan getaran aneh. Bukan getaran gempa bumi biasa yang sering melanda Jawa, melainkan getaran yang lebih halus, lebih dalam, seolah-olah udara di sekitarnya menjadi padat dan berdenyut.

"Pegal sekali," gumamnya, mengabaikan sensasi itu dan menganggapnya hanya karena kelelahan.

Namun, saat ia mencapai ambang pintu lift, getaran itu memuncak. Cahaya biru-keemasan tiba-tiba menyembur keluar dari saku celananya. Arief terkejut. Ia merogoh saku dan menarik keluar sebuah liontin batu giok hitam, yang ia beli iseng dari seorang pedagang kaki lima di Chinatown Jakarta beberapa bulan lalu. Liontin itu kini bersinar dengan intensitas yang membutakan.

Liontin itu mulai memanas, suhunya naik drastis, dan sebelum Arief sempat melepaskannya, liontin itu mengeluarkan suara retakan tajam. Dari retakan itu, muncul kabut tebal berwarna hijau zamrud, memenuhi koridor perpustakaan dalam sekejap. Kabut itu tidak berbau, namun saat Arief menghirupnya, ia merasakan gelombang energi yang luar biasa menyapu tubuhnya. Itu bukan rasa kantuk atau dorongan kafein; itu adalah energi murni, seolah-olah setiap sel dalam tubuhnya baru saja diberi makan dengan makanan super terbaik.

"Apa-apaan ini?" Arief panik, mencoba mundur, tetapi kakinya terasa terpaku di lantai.

Kabut itu mulai berputar cepat, membentuk sebuah pusaran mini yang berpusat pada dirinya. Pusaran itu menarik kuat, bukan hanya pakaiannya, tetapi seolah-olah menarik jiwanya. Jantungnya berdebar kencang. Ia mencoba berteriak, tetapi suaranya tertelan oleh dengungan yang semakin keras dan dalam.

Detik berikutnya, seluruh pandangannya menjadi putih total. Ia merasa seperti ditarik melalui sedotan raksasa, tubuhnya diregangkan dan dikompresi berulang kali dalam kecepatan yang tak terbayangkan. Rasa sakit yang tajam muncul dan menghilang dalam sekejap mata, diikuti oleh sensasi euforia yang aneh.

Ketika penglihatannya kembali normal, Arief mendapati dirinya terbaring di atas tanah yang dingin dan lembap. Ia terengah-engah, bau lumut, tanah basah, dan aroma manis bunga-bunga asing menusuk hidungnya. Di atasnya, langit malam tampak berbeda. Bintang-bintang di sana jauh lebih besar, lebih terang, dan formasi rasi bintangnya tidak ia kenali sama sekali.

Ia bangkit, merasakan seluruh tubuhnya terasa lebih ringan, lebih kuat, dan, yang paling aneh, jernih. Kepalanya yang sebelumnya pusing karena coding kini terasa seperti kristal.

Arief melihat sekeliling. Ia berada di tengah hutan purba. Pohon-pohon di sekitarnya menjulang tinggi, dengan daun-daun yang memancarkan cahaya redup, hijau neon, dan batang-batang yang tebalnya mencapai belasan meter. Udara di sini terasa... kaya. Setiap napas yang ia ambil seperti menghirup oksigen murni yang diperkaya dengan sesuatu yang tak kasat mata, sesuatu yang membuat ia merasa bertenaga.

"Ini... bukan Bandung," bisiknya, suaranya terdengar asing di telinganya sendiri.

Ia memeriksa dirinya. Pakaian kasualnya—kaos ITB dan celana jins—masih utuh, tetapi liontin giok yang pecah itu kini telah melebur ke kulit di pergelangan tangannya, membentuk tato samar berwarna hitam dengan desain naga yang rumit.

Saat ia menyentuh tato itu, sebuah banjir informasi tiba-tiba menyerbu pikirannya. Ribuan konsep, nama, mantra, dan deskripsi dunia yang sama sekali baru membanjiri otaknya, seolah-olah ia baru saja mengunduh sebuah database ensiklopedia raksasa.

Dunia Kultivasi. Qi Surgawi. Jalur Bela Diri Abadi. Tingkatan Kultivasi: Pemurnian Tubuh, Pengumpulan Qi, Pondasi Dasar, Inti Emas...

Arief butuh beberapa menit untuk memilah dan mencerna informasi itu. Ia menyadari bahwa ia tidak lagi berada di Bumi. Ia telah ditarik ke sebuah alam yang dikenal sebagai Benua Azure Timur, sebuah dunia fantasi di mana hukum fisika digantikan oleh hukum kultivasi. Di sini, para ahli mampu menghancurkan gunung dengan tinju, terbang di atas pedang, dan hidup ribuan tahun.

Liontin giok yang menariknya ternyata adalah sisa-sisa dari Artefak Transpor Mistik, yang entah bagaimana terhubung dengan aliran Qi Surgawi yang kuat saat ia menyentuhnya, memicu portal dimensi.

Informasi yang paling penting yang ia dapatkan adalah tentang dirinya sendiri. Kabut hijau zamrud itu bukan hanya kabut; itu adalah esensi energi surgawi yang merembes dari Artefak Transpor saat pecah. Esensi itu membersihkan meridian tubuh Arief dan memberinya Akar Spiritual yang luar biasa langka dan kuat.

Akar Spiritual adalah bakat bawaan seseorang untuk menyerap dan mengolah Qi. Arief menyadari ia tidak memiliki satu Akar Spiritual tunggal, melainkan gabungan dari lima elemen: Logam, Kayu, Air, Api, dan Tanah. Ini adalah Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi, yang dianggap sebagai akar spiritual terkuat dan paling seimbang, namun paling sulit ditemui dan paling sulit untuk dikultivasi ke tingkat tertinggi karena menuntut penguasaan kelima elemen.

Sialan. Dari mahasiswa teknik jadi ahli bela diri super? Ini gila, pikir Arief, tetapi di balik kegilaan itu, ada gelombang kegembiraan yang tak terduga. Sebuah petualangan nyata, jauh dari kesibukan deadline dan bug program.

Ia mulai mencoba apa yang ia pahami dari banjir informasi itu. Ia duduk bersila di tanah, mengambil posisi meditasi yang secara naluriah ia ketahui, dan menutup mata. Ia memfokuskan pikirannya, mengikuti metode pernapasan yang baru saja ia pelajari: Teknik Pernapasan Inti Naga Awal.

Segera setelah ia bernapas, ia merasakan Qi Surgawi di udara, yang tadi hanya terasa sebagai kekayaan energi, kini mengalir deras menuju dirinya. Udara di sekitarnya menjadi sedikit terdistorsi saat energi memasuki tubuhnya melalui pori-pori dan meridian.

Di dalam dirinya, ia bisa merasakan energi itu membersihkan dan memperkuat organ-organ internal, otot, dan tulangnya. Ini adalah tingkat pertama kultivasi: Tahap Pemurnian Tubuh. Saat Qi membersihkan tubuhnya, kotoran hitam berminyak mulai keluar dari pori-porinya. Ini adalah kotoran dari diet yang buruk, polusi udara, dan kurang tidur yang terakumulasi selama 19 tahun hidupnya di Bumi.

Arief merasakan ledakan kekuatan. Ia membuka mata dan berdiri. Dengan satu pukulan tinju ke udara, ia merasakan hembusan angin yang jauh lebih kuat dari yang seharusnya dihasilkan oleh tinju seorang pemuda kurus.

"Luar biasa," gumamnya, tersenyum lebar. Senyum itu bukan lagi senyum mahasiswa tampan yang santai, melainkan senyum seseorang yang baru saja menemukan potensi tak terbatas di dalam dirinya.

Tiba-tiba, ia mendengar suara gemerisik daun dan ranting patah. Arief langsung waspada. Informasi yang ia serap memberitahunya bahwa hutan ini, Hutan Reruntuhan Abadi, adalah rumah bagi Binatang Spiritual yang berbahaya.

Dari balik semak-semak, muncul dua sosok.

Mereka adalah dua wanita muda. Keduanya mengenakan jubah putih bersih yang menyala samar, menunjukkan status mereka sebagai murid dari sekte tertentu.

Wanita pertama, yang tampak lebih tua, sekitar 22 tahun, memiliki aura dingin dan elegan. Wajahnya yang cantik dan klasik tampak tegas, memancarkan keagungan seorang ratu. Ia membawa pedang ramping di pinggangnya.

Wanita kedua, mungkin seusia Arief, 18 atau 19 tahun, memiliki wajah yang lebih lembut, mata yang besar dan ekspresif, dan rambut yang diikat ekor kuda tinggi. Ia tampak gugup, memegang kipas lipat dari sutra dengan erat.

Melihat Arief, kedua wanita itu langsung terkejut. Mereka belum pernah melihat pria berpakaian aneh (kaos dan jins) dan berpenampilan asing (kulit sawo matang) di Benua Azure Timur.

Wanita yang lebih tua melangkah maju, pedangnya sedikit terhunus. Mata dinginnya menatap Arief dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Siapa kau? Beraninya kau berkultivasi di wilayah Sekte Awan Bening tanpa izin?" Suaranya dingin dan jernih, seperti air musim semi. Bahasa yang ia gunakan adalah dialek kuno Tiongkok, tetapi Arief, berkat banjir informasi dari liontin itu, secara ajaib memahaminya dengan sempurna, bahkan ia bisa membalasnya.

Arief menanggapi dengan tenang, ia tahu panik hanya akan memperburuk keadaan. "Salam, nona-nona. Saya Arief. Saya minta maaf jika saya melanggar batas. Saya tersesat, benar-benar tersesat. Bolehkah saya bertanya, di manakah ini?"

Kedua wanita itu bertukar pandang penuh kecurigaan.

"Tersesat? Di Hutan Reruntuhan Abadi?" kata wanita yang lebih muda, suaranya sedikit gemetar. "Hutan ini diapit oleh dua sekte besar. Bagaimana mungkin seseorang bisa tersesat dan muncul di sini tanpa kultivasi yang memadai?"

Wanita yang lebih tua, yang ternyata adalah seorang Kultivator di Tahap Pondasi Dasar, tingkat yang jauh di atas Arief saat ini, menajamkan pandangannya. Ia bisa merasakan Qi di tubuh Arief, tetapi itu adalah Qi yang baru dan murni, seolah-olah Arief baru saja mulai berkultivasi.

"Jawab dengan jujur. Dari mana asalmu? Pakaianmu tidak dikenal. Dan Qi-mu... ia murni, tetapi lemah, seperti anak kecil yang baru lahir. Jangan coba-coba menguji kesabaranku," ancam wanita yang lebih tua.

Arief tahu ia tidak bisa berbohong tentang asalnya. Kultivator yang kuat memiliki cara untuk mengetahui kebohongan.

"Nona, saya datang dari tempat yang sangat, sangat jauh. Sebuah dunia di luar imajinasi Anda. Saya dibawa ke sini oleh Artefak Transpor yang rusak. Saya bukan penduduk benua ini," jawab Arief, ekspresi wajahnya tulus.

Mendengar kata "Artefak Transpor", mata wanita yang lebih tua melebar sedikit. Itu adalah barang legendaris.

"Nama saya Lin Xiu. Ini adalah adik seperguruan saya, Mei Hua," kata wanita yang lebih tua, Lin Xiu, menurunkan sedikit kewaspadaannya, tetapi pedangnya tetap di genggaman. "Jika kau benar mengatakan yang sebenarnya, maka kau adalah orang luar yang sangat langka. Katakan padaku, apa yang terjadi pada Artefak Transpor itu?"

Arief menunjukkan tato naga di pergelangan tangannya. "Ini adalah sisa-sisanya. Ia melebur dan memberi saya warisan ini, termasuk metode untuk berkultivasi. Hanya itu yang saya tahu."

Lin Xiu mendekat, matanya memindai tato itu. Tiba-tiba, ia merasakan gelombang Qi yang tidak biasa dari tato itu, sebuah energi kuno yang membuatnya, seorang ahli Pondasi Dasar, merasa sedikit tertekan.

"Ini... Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi! Tidak mungkin! Itu adalah legenda!" Lin Xiu berseru kaget. Reaksinya yang terkejut membuat Mei Hua juga ikut mendekat.

Mei Hua memandang Arief dengan mata berbinar. "Kakak Lin, dia benar-benar tampan! Dan Akar Spiritual Lima Elemen Surgawi? Jika dia mengkultivasikannya, dia pasti akan menjadi Dewa Abadi!"

Lin Xiu mengabaikan komentar adiknya. Kekhawatiran kini menggantikan kecurigaan di wajahnya.

"Arief, kau harus tahu, dengan bakat seperti ini, kau adalah harta karun, dan target terbesar. Sekte-sekte besar akan membunuh untuk mendapatkanmu, baik untuk membunuhmu agar tidak ada saingan, atau untuk memaksamu bergabung dengan mereka dan menjadi budak kultivasi mereka," jelas Lin Xiu dengan nada serius.

"Sekarang, dengarkan. Kami adalah murid Sekte Awan Bening. Sekte kami menjunjung tinggi keadilan dan tidak akan membunuhmu tanpa alasan. Aku akan membawamu kembali ke sekte. Master Sekte kami, Guru Tao Tian, adalah orang yang bijaksana. Dia akan memutuskan nasibmu. Ini adalah perlindungan terbaik yang bisa kau dapatkan saat ini," putusnya.

Arief mengangguk, berpikir cepat. Jika ia sendirian di hutan ini, ia pasti akan mati. Mengikuti mereka ke sekte adalah pilihan logis untuk bertahan hidup dan mencari tahu lebih banyak.

"Saya menerima tawaran Anda, Nona Lin. Tolong bimbing saya."

Lin Xiu mengangguk. "Baik. Jangan coba-coba lari atau melakukan hal bodoh. Jika kau melakukannya, aku tidak akan ragu-ragu untuk menebasmu. Ayo."

Lin Xiu kemudian mengeluarkan jimat dari sakunya dan melemparkannya ke tanah. Jimat itu berubah menjadi sebuah piringan terbang kristal. Ia naik ke atasnya dan memberi isyarat kepada Arief dan Mei Hua untuk ikut.

Arief merasa hatinya berdebar kencang saat ia naik ke atas piringan kristal yang berkilauan itu. Ia berada di dunia kultivasi, di atas Artefak terbang, menuju sekte bela diri. Ini jauh lebih liar daripada yang pernah ia bayangkan.

Piringan itu melesat cepat ke angkasa, membawa Arief dan kedua wanita kultivator cantik itu menuju puncak gunung yang berkilauan, di mana cahaya bulan memantul dari atap-atap pagoda dan bangunan giok Sekte Awan Bening.

Dunia Baru, Petualangan Baru, pikir Arief, saat angin malam menerpa wajahnya. Ia tahu, dari saat ini, hidupnya sebagai mahasiswa programmer telah berakhir, dan hidupnya sebagai kultivator di jalur Abadi baru saja dimulai. Dan entah mengapa, ia punya firasat bahwa kedua wanita di sampingnya ini hanyalah awal dari banyak pertemuan yang mengubah hidupnya.

Episodes
1 Bab 1: Tarikan Mendadak dan Energi Surgawi yang Memabukkan
2 Bab 2: Sekte Awan Bening dan Tatapan Mata yang Menghakimi
3 Bab 3: Pelatihan Intensif, Aura Giok, dan Perjumpaan di Kolam Teratai
4 Bab 4: Warisan Rahasia dan Teknik Pedang Pertama
5 Bab 5: Kota Sungai Giok dan Pertemuan dengan Pendekar Wanita Merah
6 Bab 6: Perjalanan Kapal Roh, Kecurigaan dan Kepercayaan
7 Bab 7: Darah Pertama di Danau Naga dan Kekuatan Tersembunyi
8 Bab 8: Kebenaran yang Terungkap dan Janji dengan Dua Keindahan
9 Bab 9: Reaksi Sekte, Ujian Baru, dan Perhatian Sang Kakak Senior Tertinggi
10 Bab 10: Intrik di Sekte dan Perjamuan Bunga Giok dengan Xinyue
11 Bab 11: Panggilan Tetua Agung dan Aroma Bahaya Baru
12 Bab 12 : Anggur Dingin, Pujian, dan Hadiah dari Kakak Senior
13 Bab 13 : Kehendak Langit, Nexus Surgawi, dan Tiga Janji
14 Bab 14 : Analisis Kuno, Pelepasan Nexus, dan Tinju Guntu
15 Bab 15 : Ujian Logika, Badai Logam Dingin, dan Strategi
16 Bab 16: Badai Guntur Api, Pertarungan di Gerbang, dan Kedalaman Makam
17 Bab 17: Perburuan Batin, Artefak Formasi Kunci, dan Balas Dendam Han Xue
18 Bab 18: Konsekuensi, Analisis Nexus, dan Panggilan dari Lu Xinyue
19 Bab 19 : Kembali ke Sekte, Interogasi Lu Xinyue, dan Kod
20 Bab 20 : Ujian Puncak Terlarang, Kelahiran Inti Guntur,
21 Bab 21: Badai di Gerbang Sekte, Lu Xinyue yang Kewalahan, dan Kemunculan Guntur
22 Bab 22: Pengakuan di Paviliun Es, Kekaguman Lu Xinyue, dan Janji Kencan Malam
23 Bab 23: Pertemuan di Puncak Utara, Keterikatan Jiwa Baru Lahir, dan Janji Kekuat
24 Bab 24 : Interogasi Master Sekte, Duel Tersembunyi, dan
25 Bab 25: Pertunangan Politik, Intrik Lu Xinyue, dan Nona Qiu, Fondasi yang Kokoh
26 Bab 26: Satu Tahun di Bawah Tanah, Lahirnya Inti Emas Guntur, dan Transformasi
27 Bab 27 : Tunangan Esens Tanah, Nona Qiu Yue
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Tarikan Mendadak dan Energi Surgawi yang Memabukkan
2
Bab 2: Sekte Awan Bening dan Tatapan Mata yang Menghakimi
3
Bab 3: Pelatihan Intensif, Aura Giok, dan Perjumpaan di Kolam Teratai
4
Bab 4: Warisan Rahasia dan Teknik Pedang Pertama
5
Bab 5: Kota Sungai Giok dan Pertemuan dengan Pendekar Wanita Merah
6
Bab 6: Perjalanan Kapal Roh, Kecurigaan dan Kepercayaan
7
Bab 7: Darah Pertama di Danau Naga dan Kekuatan Tersembunyi
8
Bab 8: Kebenaran yang Terungkap dan Janji dengan Dua Keindahan
9
Bab 9: Reaksi Sekte, Ujian Baru, dan Perhatian Sang Kakak Senior Tertinggi
10
Bab 10: Intrik di Sekte dan Perjamuan Bunga Giok dengan Xinyue
11
Bab 11: Panggilan Tetua Agung dan Aroma Bahaya Baru
12
Bab 12 : Anggur Dingin, Pujian, dan Hadiah dari Kakak Senior
13
Bab 13 : Kehendak Langit, Nexus Surgawi, dan Tiga Janji
14
Bab 14 : Analisis Kuno, Pelepasan Nexus, dan Tinju Guntu
15
Bab 15 : Ujian Logika, Badai Logam Dingin, dan Strategi
16
Bab 16: Badai Guntur Api, Pertarungan di Gerbang, dan Kedalaman Makam
17
Bab 17: Perburuan Batin, Artefak Formasi Kunci, dan Balas Dendam Han Xue
18
Bab 18: Konsekuensi, Analisis Nexus, dan Panggilan dari Lu Xinyue
19
Bab 19 : Kembali ke Sekte, Interogasi Lu Xinyue, dan Kod
20
Bab 20 : Ujian Puncak Terlarang, Kelahiran Inti Guntur,
21
Bab 21: Badai di Gerbang Sekte, Lu Xinyue yang Kewalahan, dan Kemunculan Guntur
22
Bab 22: Pengakuan di Paviliun Es, Kekaguman Lu Xinyue, dan Janji Kencan Malam
23
Bab 23: Pertemuan di Puncak Utara, Keterikatan Jiwa Baru Lahir, dan Janji Kekuat
24
Bab 24 : Interogasi Master Sekte, Duel Tersembunyi, dan
25
Bab 25: Pertunangan Politik, Intrik Lu Xinyue, dan Nona Qiu, Fondasi yang Kokoh
26
Bab 26: Satu Tahun di Bawah Tanah, Lahirnya Inti Emas Guntur, dan Transformasi
27
Bab 27 : Tunangan Esens Tanah, Nona Qiu Yue
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!