5 Big Boss Marunda

...୨ৎ R E M Y જ⁀➴...

Dua minggu terakhir ini, aku enggak bisa berhenti memikirkan Rainn. Setelah Benny menggali semua informasi tentang Rainn, aku menyuruhnya buat menyeret Amilio. Tapi aku enggak mau percaya seratus persen pada ucapan Amilio, jadi aku harus dengar langsung dari mulut Rainn. Aku tahu dia takut buat berbohong di depanku.

Aku menikmati kecantikannya saat angin mengibarkan rambut ikalnya. Walau matanya yang cokelat itu gemetar karena takut, dia tetap enggak melepas tatapanku.

Dia punya lebih banyak nyali dibandingkan dengan kakaknya yang berengsek itu, yang menjual dia kepadaku. Aku sudah bilang ke dia, kalau sampai dia berani buka mulut soal ini ke Rainn sebelum aku ambil keputusan, dia bakal aku bunuh dengan tanganku sendiri.

Yang bikin aku makin panas, Amilio semudah itu menawarkan keperawanan Rainn cuma buat membayar utangnya. Gila saja, nilai cewek itu lebih mahal dari empat miliar. Jelas-jelas dia lebih berharga daripada nyawa Amilio yang pengecut itu. Dan yang paling bikin aku muak, sebenarnya Amilio punya cukup saham buat bayar utangnya, tapi dia malah memilih menjual kesucian Rainn.

Dia rela melakukan itu, cuma karena saat umur dua puluh lima nanti, Rainn bakal dapat warisan. Sudah jelas Amilio mengincar itu juga. Sialan.

Saat Benny menyelidiki kehidupannya, enggak ada satu pun catatan jelek soal dia. Setiap minggu setelah ibadah, dia yang melayani jamaah untuk minum kopi dan teh. Kalau ada jamaah yang sakit, dia bawakan makanan ke rumah mereka.

Cewek ini tulus banget, polos dan apa adanya. Di duniaku, orang seperti ini itu langka, dan aku suka mengoleksi barang-barang yang unik.

Saat lidah Rainn keluar membasahi bibirnya, gerakan kecil itu langsung membuat mataku terpaku ke mulutnya. Aku berani taruhan, cewek ini bahkan belum pernah dicium. Aku pun terhipnotis lamunanku, dan keceplosan, "Kamu pernah dicium?"

Keningnya langsung berkerut, pipinya jadi semakin merah. Sial, dia polos banget, sampai-sampai pertanyaan sederhana seperti itu saja bikin dia malu sendiri.

Rainn cuma menggeleng, bersusah payah untuk tetap menatapku. Jadi aku maju, jarak kita tinggal beberapa senti. Aku pun menarik napas dalam, menghirup aroma tubuhnya. Wangi dia seperti adonan biskuit, bercampur sama aroma lembut bunga.

"Sampai ketemu lagi, kucing kecil."

Rainn Margot memang bukan dari keluarga yang terhormat, tapi dia punya sesuatu yang enggak ada di orang lain di sirkel aku, yaitu kepolosannya. Dan Amilio bakal dapat kejutan besar, karena aku enggak cuma mau keperawanan Rainn. Kalau aku ambil dia, berarti aku akan menikahi cewek paling cantik di North District. Dia bakal menghangatkan ranjangku dan kasih aku pewaris. Dan akhirnya, Om Deth enggak bakal resek lagi.

Jujur saja, aku enggak peduli menikah atau enggak. Aku enggak pernah tertarik buat jatuh cinta. Tapi kalau punya cewek secantik ini?

Aku enggak yakin.

"Kita pergi?" tanya Big Jonny saat aku dekati dia sama Benny.

"Iya." Aku naik ke mobil, duduk di kursi belakang. "Bawa aku ke klub, habis itu seret Amilio Santoro ke hadapanku."

"Siap, bos!" sahut Benny, sementara Big Jonny langsung menyalakan mobil.

Sepanjang jalan menuju Kapoek Beach, tempat Midnight Heavens berdiri, aku berpikir. Sebelum bertemu Rainn, aku enggak ada niat sama sekali buat menikah. Ya, aku tahu, suatu saat nanti pasti bakal terpikirkan, tapi enggak mau buru-buru.

Sekarang pun sebenarnya keinginan itu enggak ada. Tapi membayangkan punya kucing kecil secantik itu di ranjangku, sayang banget kalau dilewatkan. Dia bakal jadi milikku, tanpa ada laki-laki lain yang berani menyentuhnya lebih dulu.

Senyum miring sempat muncul di bibirku, tapi cepat hilang begitu aku ingat Amilio. Aku memang bukan tipe orang yang bakal kasih kesempatan kedua, tapi sisi sadisku ingin bermain-main dulu sama si keparat itu. Aku ingin lihat dia berani bertindak sejauh apa, sebelum aku bunuh.

Saat Big Jonny berhenti di depan klub, Benny mengawalku masuk, terus dia kembali lagi ke mobil untuk menjalankan perintahku.

Midnight Heavens tutup tiap hari Minggu, jadi cuma ada beberapa pegawai yang lagi bersihkan tempat ini, suasana tenang banget. Aku langsung masuk ke kantor buat cek setoran minggu lalu. Aku memang punya orang buat mengurusi ini semua, tapi kalau sudah urusan duit, aku enggak akan percaya siapa-siapa.

Selain klub stripper sama kasino, aku juga punya armada kapal buat mengangkut barang-barang haram ke seluruh dunia. Carbie yang mengatur jadwal kapal, sementara Bobbie yang berjaga biar enggak ada masalah di klub. Dia juga sekalian mengurus restoran sama kasino. Hari Minggu itu satu-satunya hari liburnya Bobbie, jadi aku enggak perlu memikirkan dia ada di kantor apa enggak.

Di mataku, Bobbie kandidat paling tepat buat nanti mengurusi bisnis di Santera, kalau Om pensiun. Tapi aku juga harus memikirkan siapa lagi yang bisa dilatih buat menggantikan Bobbie di sini. Itu bukan keputusan gampang, soalnya selain Braun, Cavell, Farris, sama Tully,(Perwakilan dari ke empat Big Boss), aku cuma percaya sama Carbie, Bobbie, Benny, sama Big Jonny.

Sirkelku kecil. Dan itu satu-satunya cara biar bisa tetap hidup di duniaku.

...જ⁀➴ ୨ৎ જ⁀➴...

Ada ketukan di pintu sebelum Benny masuk, diikuti Amilio yang terlihat ketakutan setengah mati. Mata pandanya jelas, sepertinya dia enggak tidur sejak terakhir kali kita bertemu. Itu bikin aku ingat bagaimana capeknya wajah Rainn kemarin.

Benny dorong si keparat itu ke depan, sampai dia terjuntai lalu berdiri di depan mejaku. Aku tatap dia dengan jijik, sementara dia memperhatikanku dengan ratapan sedih. Aku bisa saja langsung bunuh dia sekarang.

"Kalau aku ambil Rainn, kamu jangan coba-coba ikut campur!"

Wajahnya bingung, "Jadi, Tuan bakal ambil keperawanan dia buat menghapus utangku yang tiga koma delapan miliar itu?"

Aku menatapnya lama, " Hemm. Aku belum mutusin. Tapi kalau kamu buka mulut soal obrolan ini ke dia, itu bakal jadi hal terakhir yang kamu lakuin!"

"I—iya jelas," gagapnya. "Aku bukan mau ikut campur. Aku cuma mau mastiin kalau dia enggak kabur."

Aku pun memiringkan kepala. "Kamu pikir dia bakal kabur?"

Dia mengangguk-angguk. "Dari dulu, dia itu punya cita-cita konyol, dia bilang pingin tinggal di desa kecil, rumah sederhana dengan pagar kayu, sama suami yang setia. Dan sampai sekarang dia selalu jaga dirinya agar tetap suci sampai nikah."

Mataku pun menyipit. Si keparat ini menghina mimpi polos Rainn. Kalau dia jadi istri aku, dia bakal punya kastil, bukan rumah kecil. Semua yang dia mau, bakal aku kasih.

"Apalagi yang dia impiin?" tanyaku, tajam.

"Ya biasa, lah. Pingin jadi ibu."

Itu kabar bagus buat aku. Aku acungkan tangan, mengusir Amilio. Benny langsung menangkap lengannya dan menyeretnya keluar.

Aku tahu dia punya potensi buat kabur, jadi aku harus bikin rencana. Kalau dia enggak boleh tahu soal pernikahan kita, berarti aku harus jebak dia agar mau datang ke upacara pernikahan ini dengan alasan lain. Aku juga enggak mau kakaknya tahu kalau aku bakal mengambil lebih dari sekedar keperawanannya.

Begitu dia sudah berdiri di depan altar, dia enggak bisa lari lagi. Dia bakal terjebak dalam pernikahanku.

Apakah aku akan merasa bersalah karena telah menjebak perempuan polos sepertinya agar mau menikah denganku?

Enggak. Sama sekali enggak.

Di wilayahku, aku ambil apa saja yang aku mau. Rainn bakal cepat belajar buat menjadi istri yang baik. Sebagai gantinya, dia bakal hidup penuh dengan kemewahan. Dia bisa mengurus anak-anak kita, sementara aku terus menjalani pekerajaanku.

Aku sudah memutuskan. Rainn akan jadi istriku. Enggak lama lagi, kucing kecil itu, beserta kepolosannya, bakal jadi milikku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!