KEMBALI-NYA SANG ANTAGONIS
Amerika – 17 Januari 2025
BRAK
Suara benturan yang terdengar nyaring di sebuah tempat sepi. Mobil putih itu menabrak sebuah batu yang ada di pinggir jurang.
Seorang gadis keluar dari dalam mobil, usianya sekitar 22 tahun, wanita cantik dengan rambut drak brown yang berkilau walaupun agak kusut.
BOOM!
Suara ledekan terdengar begitu dia keluar dari dalam mobil, ia menatap nanar mobil miliknya yang terbakar dengan kepulan asap hitam.
Gadis itu terkapar di pinggir jurang dengan Luka di wajah dan benturan keras pada kepalanya membuat dia hampir kehilangan kesadaran. Namun, dia berusaha menahan dan meminta tolong. Dia juga mengeluarkan sedikit busa pada mulutnya, seperti keracunan sesuatu.
"Siapapun tolong!" suara pelan. Dan nyaris tak terdengar.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Suara langkah kaki yang terdengar mendekat membuat wanita cantik itu mendongak, matanya menyipit karena tak jelas melihat orang yang mendekat itu.
"Siapa di sana?" tanyanya pelan dengan kepala yang berdenyut nyeri.
"Hay, Cassia," panggilan dan suara yang begitu di kenali membuat dia sontak mendongak dengan mata berbinar.
"Dar-Darian," panggilnya pelan dengan suara lirih dan nyaris tak terdengar.
"Iya, ini aku," seorang pria duduk di depan Cassia yang memiliki keadaan buruk dan butuh pertolongan.
"Darian, tolong aku!" minta Cassia wajahnya memohon.
"Tolong? Untuk apa?" tanya Pria bernama Darian itu.
"Darian, aku ini tunanganmu, kenapa bicara seperti itu?" walaupun dalam. Keadaan tak baik, Cassia tetap menatap Darian dengan binar cinta.
"Kenapa kamu bilang?" Darian tersenyum menyeringai,"Kau itu tidak pantas di tolong," jawabnya sinis, dengan tangan yang mencengkram rambut Cassia hingga gadis itu meringis.
"Dar-Darian?" panggilnya dengan suara pelan dan tatapan sendu.
"Iya, akhirnya aku bisa membalas kejahatan mu pada Nafisha, ini adalah balasan yang pantas," ucap Darian dengan senyum bangga dan puas.
"Kenapa?" tanyanya serak dengan wajah penuh tuntutan.
"Kau tak pantas hidup Cassia, karena kau adalah wanita pembawa masalah untuk Nafisha," ujarnya dengan senyum sinis.
Sedangkan Cassia Itzel Gray– menatap sendu tunangannya itu. Dia tak pernah menyangka akan berakhir di tangan pria yang begitu dirinya cintai.
"Aku begitu mencintai kamu Darian, kenapa kamu begitu tega?" Cassia bertanya dengan wajah terlihat penuh luka di tengah cairan merah yang menetes melewati matanya.
"Karena aku membenci mu, selamat tinggal, Cassia!" ucap Darian, dia menepuk pipi Cassia pelan. Dan berbisik,"Mau aku beritahu satu rahasia lainnya?"
Cassia menatap Darian, mata yang hampir tertutup itu berusaha tetap sadar karena ini tahu rahasia lainnya.
Di detik-detik terakhir. Cassia masih mendengar hal menyakitkan lainnya yang membuat Cassia marah dan dendam.
"Keluarga Gray hancur karena kesalahan mu, Cassia! Aku lah yang membuat Gray bangkrut dan membuat kedua orang tuamu pergi, jadi selamat menemui mereka, Cassia! Ini balasan setimpal untuk setiap tetes air mata Nafisha," bisik Darian dengan senyum menyeringai.
DEG!
"Jadi dia?" lirih Cassia dengan suara hilang di ujung tenggorokan.
Cassia menatap Darian terakhir kalinya, dan terlihat mata itu memerah. Tapi Darian tak menyadari karena begitu puas dengan kehancuran Cassia wanita Pengganggu hidupnya selama ini.
'Benarkah ada kehidupan selanjutnya? Jika iya tolong berikan aku sekali lagi kesempatan!' batinnya dengn air mata yang menetes dari sudut matanya.
Akhir tragis dari Cassia Itzel Gray, gadis cantik yang dulu begitu sempurna sekarang mati mengenaskan di tangan Darian Kanny Parker.
"Selamat tinggal, Cassia!" Darian melemparkan tubuh Cassia ke dalam jurang hingga tubuh rapuh dan tak bernyawa itu terhempas membentur bebatuan tajam yang menghancurkan segalanya.
...****************...
DEGH!
"TIDAK!" suara teriakan terdengar dari sebuah kamar bernuansa biru itu. Seorang gadis cantik berambut drak brown terbangun dengan peluh yang menetes dari dahinya.
BRAK!
"Cassia, ada apa, Nak?" suara lembut yang terdengar khawatir itu mengalihkan atensi Cassia.
Cassia menatap wanita yang sekarang duduk di sampingnya ini, matanya berkaca-kaca dan suaranya tak bisa keluar sepatah katapun.
"Nak, ada apa?" kembali suara itu terdengar menyapa indra pendengaran Cassia yng sejak tadi hanya diam mematung dan tatapan kosong.
"Mami," panggil Cassia akhirnya, dia membuka suara setelah sekian lama terdiam.
"Iya, ini Mami Sayang, kamu kenapa? Apa ada yang sakit?" Margaretha selaku Mami dari Cassia menanyakan hal beruntun karena khawatir mendengar teriakan sang Putri tadi.
Belum sempat Cassia menjawab, dua orang kembali masuk dengan wajah yang juga terlihat panik.
"Mi, ada apa?" suara pria paruh baya menyapa indra pendengaran Cassia, suara yang begitu hangat dan dirinya rindukan.
"Entahlah, Pi, Cassia mendadak diam setelah pingsan di sekolah kemarin," jawab Margaretha.
Pria itu, Thomas Jefferson Gray, terlihat duduk di samping putrinya dengan wajah Khawatir yang terlihat jelas sekali,"Princess, apa kepalamu sakit?" suaranya lembut dan penuh kasih sayang.
"Papi, Mami," panggil Cassia, dia masih belum mengerti situasi saat ini.
"Iya, kami di sini, apa ada yang sakit, sayang?" Thomas kembali mengulang pertanyaan yang sama.
"Apa aku benar-benar sudah meninggal? Aku bisa melihat Papi dan Mami sedang menatap aku penuh cinta, Ya Tuhan apa ini benar?" tanyanya, air matanya menetes dari mata indah berwarna kebiruan itu.
Ketiga orang itu saling tatap, mereka tidak mengerti apa yng di katakan oleh Cassia? Dan itu semakin membuat kedua paruh baya juga satu orang pria tampan itu bertambah Khawatir.
"Dek, apa yang kamu katakan?" suara itu begitu Cassia kenali, dia menoleh dan mendelik saat melihat Kakaknya Vladimir Axelio Gray berdiri di belakangnya dengan wajah datar seperti biasa. Namun, sekarang tampak terlihat begitu khawatir.
"Kakak?" panggil Cassia.
"Iya, ini Kakak, kamu kenapa sih?" tanya Vladimir. Dia ini memang terlihat acuh pada sang adik. Namun, kasih sayangnya tak perlu di ragukan lagi.
"Apakah kita sudah benar-benar di surga?" pertanyaan aneh lainnya membuat Vladimir dan kedua orang tuanya bingung.
"Surga apa sih? Jelas-jelas ini di rumah," jawab Vladimir ketus.
"Loh, kalian bukannya sudah meninggal?" perkataan Cassia membuat Vladimir meradang.
PLETAK!
Dia menjitak kening sang adik dengan keras hingga membuat Cassia kesakitan dan mengaduh.
"Meninggal? Surga? Kau mendoakan kami mati begitu?" ketus Vladimir. Matanya mendelik kesal dengan bibir berdecak pelan.
Cassia masih tidak mengerti situasi, dia melihat pada tangannya. Tak ada luka dan kulitnya masih halus seperti saat remaja dulu. Tunggu! Remaja? Cassia mendelik dengan wajah agak syok.
Dia melihat jam, sekarang menunjukkan pukul delapan pagi waktu setempat."Kak, sekarang tanggal berapa?" tanya Cassia, dia menatap Vladimir.
"Kenapa? Kau mau bicara yang aneh-aneh lagi?" jawabnya ketus.
"Vladimir, jangan bicara ketus seperti itu!" teguran datang dari Thomas. Dia kesal pada anak laki-lakinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments