TENEBRIS : Rahasia Kelam Di Dasar Danau Biru

TENEBRIS : Rahasia Kelam Di Dasar Danau Biru

BAB 1 : Bienvenidos a Alteas

"Leo..Leo..Leo.. bangunnnnn!", Suara samar-samar terdengar di telinganya saat Leonardo Oliviera membuka kedua matanya dan ia nampak belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.

Sambil menggoyang-goyang tubuh Leonardo, Sofia berusaha membangunkan pria yang ia nikahi lima tahun lalu disebuah katedral di kota Zamora.

Leonardo yang sudah nampak terjaga dari tidurnya pagi itu, menatap lurus kewajah Sofia dengan tatapan lesu dan sorot mata yang tenang. Rambut hitamnya yang ikal dengan campuran sedikit warna abu-abu berpadu dengan kedua matanya yang biru, Leonardo terbangun dengan wajah agak muram dan kaku. Ia masih tetap terlihat tampan di mata Sofia meskipun dalam keadaan paling berantakan sekalipun.

"Kau berjanji hari ini kita akan pergi merayakan hari jadi kita di danau Tenebris kan?", Timpal Sofia dengan nada manja dan sedikit memaksa, sesaat setelah melihat Leonardo membuka kedua matanya dengan wajah kaku dan sorot matanya yang tenang.

"Ayolah sayang.. kau sendiri yang berjanji kita akan kesana hari ini..ayolah tepati janjimu", katanya lagi dengan nada manja dan sedikit memaksa, Sofia menggoyang tubuh Leonardo yang masih terbaring kaku, seolah memaksanya untuk cepat mengemasi barang dan mengantarnya ke danau Tenebris saat itu juga untuk merayakan hari ulangtahun pernikahan mereka yang ke lima disana.

Sofia sudah terbiasa dengan sifat tenang dari Leonardo, pria paruh bayah berusia 40 tahun, dengan tinggi 190 centimeter itu memiliki kepribadian yang tenang dan nyaman, dengan tubuh yang tidak begitu besar namun berotot. Meskipun saat itu terjadi kebakaran dahsyat yang bisa saja menelan korban jiwa atau terjadi perang dunia ke-3 sekalipun, pria seperti Leonardo akan tetap tenang, tetap berpikir jernih mencari jalan terbaik. Leonardo memiliki kontrol diri yang baik dan emosi yang stabil dalam menangani setiap masalah , ia dapat berpikir dengan tenang dalam keadaan tertekan dan terdesak sekalipun. Rupanya 15 tahun yang ia habiskan di pasukan Khusus Spanyol- sebuah pasukan khusus yang terlatih untuk melakukan operasi khusus, kontra-terorisme dan penyelamatan sandera, sepertinya menjadikan ia pria yang tenang dan dapat berpikir jernih dalam segala kondisi tertekan sekalipun.

Sofia kadang dibuat kagum dengan ketenangan diri dari suaminya sendiri, mungkin itulah mengapa ia menerima lamaran Leonardo 5 tahun silam, Ia kagum dengan Leonardo.

"Iya sayang.. hari ini jadi kesana kok", ucap Leonardo dengan suara pelan, terkesan tenang dan tidak buru-buru dengan suara agak berat khas pria, ia masih tetap dalam posisi yang sama, sejak ia terbangun beberapa saat lalu. Masih berbaring diranjang.

Waktu pukul 09.15 pagi saat Leonardo selesai mengemasi semua barang yang mereka butuhkan selama seminggu berkemah di tepian danau Tenebris nanti.

"Saya rasa perlu membawah pistol kecil ini?", kata Leo, sambil memegang senjata api jenis Glock 19 yang masih terbungkus rapi dalam holsternya.

"Kau yakin?.. kita hanya pergi kedanau bukan akan berburu!", kata Sofia, dengan nada agak keberatan.

"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi disana. Toh tempat ini juga baru bagi kita dan cukup terpencil? Jadi tidak ada salahnya dibawah untuk berjaga-jaga", balas Leo dengan nada yang terdengar santai.

"Terserahlah.. tapi berjanjilah menggunakannya disaat kritis, saya tidak ingin orang mengetahui kita sedang membawah senjata", kata Sofia dengan wajah cemberutnya dan pura-pura terlihat kesal.

"Iya sayang.." kata Leo dengan lembut dan penuh perhatian.

Pria seperti Leonardo akan mengutamakan keselamatan, sebuah Glock 19 , pistol semi-otomatis berbingkai polimer, dioperasikan dengan recoil pendek, dan terkunci sungsang yang dirancang dan diproduksi oleh pabrikan Austria, Glock GmbH. Senjata api yang sering dibawah oleh anggota militer saat bertugas, tak luput dari daftar barang-barang yang harus ia bawah serta diransel.

Meskipun Sofia merasa tidak begitu nyaman membawa serta senjata api, namun karena alasan tempat yang mereka tuju ini adalah tempat yang agak terpencil dan tidak banyak penduduk disana, senjata api semi otomatis seperti Glock 19 ini mesti dibawah untuk menjaga kemungkinan terburuk yang mungkin saja akan terjadi. Setidaknya begitulah alasan Leonardo yang membuat akhirnya Sofia tidak keberatan membawah senjata api tersebut. Sebenarnya pikir Sofia, ia akan merasa tetap aman bila ada Leonardo disampingnya. Mengingat pengalaman tempur suaminya yang cukup banyak selama bertugas di militer sebagai pasukan kontra terorisme yang ahli dalam bela diri, hand to hand combat atau serangan tempur jarak jauh atau yg biasanya disebut penembakan jarak jauh ala militer. Atau Melepas senapan serbu sekelas M4A1 atau HK417 atau senjata G36 dan merakit ulang senjata -senjata tersebut adalah perkara yang mudah bagi Leo. Pria itu bahkan hampir mengetahui semua jenis senjata buatan dalam negeri atau luar negeri.

Istrinya, Sofia, seorang guru taman kanak-kanak di Zamora sebuah kota kecil di Spanyol tempat ia dan Leo tinggal. Sofia yang hari-harinya biasa ia habiskan antara mengajar dan menghabiskan waktu dirumah atau kadang memperindah taman di sepanjang halaman rumah yang ia buat sejak menikah dengan Leo. Membuat dan memperindah taman adalah hal yang sangat melekat dalam diri Sofia, wanita muda energik berusia 32 tahun blasteran Italia-Prancis dengan rambut coklat keemasan yang terurai panjang hingga ke pinggul, dan tubuh ramping yang tidak begitu berisi dengan tinggi sekitar 180cm, dan bibir yang agak tebal, dan hidung yang agak mancung khas orang Italia dengan wajah ovalnya membuat wanita ini nampak mempesona, ditambah dengan pembawaan yang sederhana dan tutur kata yang halus, ia seperti jelmaan malaikat, setidaknya begitulah yang dilihat Leo saat pertama kali bertemu dengan Sofia di sebuah acara amal di kota Zamora kala itu yang membuat akhirnya ia jatuh hati kepada wanita cantik ini.

"Kita akan menempuh sekitar 6 jam perjalanan ke desa Alteas", kata Leo sambil menyetir mobil.

"Benarkah? Saya kira akan lebih lama dari itu", kata Sofia dengan sedikit heran.

"Jika tidak berhenti terlalu banyak dan tidak membuang waktu, kita mungkin akan sampai lebih cepat", kata Leo menjelaskan.

"Kita hanya perlu menambah bahan bakar", lanjut Leo sambil terus menyetir menyusuri jalan raya kota Zamora.

"Baiklah", kata Sofia simple.

Mereka berdua sudah sekitar 30 menit menyusuri jalan raya kota Zamora dalam perjalanan menuju danau Tenebris yang berada di bawah kaki gunung La Nostra.

Danau Tenebris terletak sekitar 120km diluar kota Zamora, tempat dengan pemandangan danau berwarna biru langit alami yang dikelilingi hutan pinus membuat tempat ini menjadi destinasi wisata yang cukup menarik. Danau yang berada sekitar 1000mdpl di dataran tinggi Spanyol itu menjadi tujuan destinasi Leo dan Sofia. Dengan menempuh jalan darat sekitar 6 jam perjalanan dari kota Zamora, Leo harus berhenti beberapa kali di stasiun bahan bakar. Mobil Daihatsu Sigra milik mereka terbilang cukup irit bahan bakar namun tetap saja mereka harus mengisi bahan bakar.

Matahari sudah berada di ufuk barat, dan akan tenggelam sekitar satu jam lagi saat Leo dan Sofia memasuki sebuah perkampungan kecil di bawah kaki gunung La Nostra.

"Sepertinya kita sudah hampir sampai?", kata Leo sambil menyetir dengan kecepatan 30km per jam sambil memperhatikan jalan sekelilingnya.

Sofia hanya diam dan ikut memperhatikan sekelilingnya, memastikan bahwa mereka benar-benar telah sampai ditempat tujuan mereka.

"Kau melihatnya? Papan nama didepan sana", kata Leo, menunjukkan sesuatu.

"Iya sayang, coba periksa kesana", kata Sofia, sambil melihat kedepan.

Suasana desa itu yang tenang diatas perbukitan dengan hamparan kebun anggur dan perumahan yang berjauhan satu sama lain yang hampir semuanya terbuat dari campuran batu pasir, batu granit dan batu kapur berwarna coklat emas membuat semua rumah hampir terlihat mirip. Jalan setapak yang hampir semua terbuat dari batu kapur dan tidak begitu lebar menjadi penghubung antara satu rumah dengan rumah lainnya, suasana saat itu cukup tenang dengan tidak adanya orang yang berlalu lalang bisa membuat kita mendengar desiran angin atau kicauan kecil burung dikejauhan dengan sangat jelas. Rumah-rumah yang berjejeran diatas perbukitan itu terlihat indah namun penuh misteri bagi Sofia dan Leo.

"Sayang, saya rasa kita telah sampai", kata Leo dengan suara pelan.

"Iya, apa kita harus masuk sayang?", Tanya Sofia.

"Saya rasa kita harus masuk", jawab Leo.

Sofia hanya mengangguk, meng-iya-kan.

Mobil mereka berhenti tepat didepan sebuah papan kecil yang sudah hampir lapuk berukuran 1x1 meter bertuliskan dalam bahasa Spanyol "Bienvenidos a Alteas" artinya "Selamat datang Di Alteas" menjadi tanda bahwa Leo dan Sofia sudah hampir sampai di tempat tujuan mereka, saat ini mereka hanya perlu menemukan tempat bermalam, beristirahat dan melanjutkan perjalanan esok pagi dengan berjalan kaki menuju danau Tenebris diatas perbukitan la Nostra yang berada tepat diatas desa Alteas

Tiba-tiba terdengar ketukan kecil disamping jendela mobil, tepat disamping Sofia yang membuat ia agak kaget.

Seorang pria berusia sekitar 50 tahun berdiri disana, mengenakan jas kulit abu-abu dan topi stetson hitam ala Cowboys, berdiri disamping mobil tepat di depan wajah Sofia.

Sofia menoleh kearah bunyi ketukan tersebut tanpa menurunkan jendela mobil dan ia terlihat penasaran dari mana munculnya pria ini. Si pria tua ini memberi isyarat dengan tangan agar jendela mobil diturunkan.

Sofia menoleh ke arah Leo yang saat itu hanya diam memperhatikan. Leo pun mengangguk sedikit dengan senyuman diwajahnya memberi tanda agar jendela mobil diturunkan. Sofia menurunkan jendela mobil dengan pelan, dan wajah sedikit tersenyum dan ragu ia pun menyapa,

"halooo..", sambil melihat ke arah pria misterius tadi.

Tanpa membalas sapaan Sofia, si pria langsung bertanya,

"kalian baru disini?", Suaranya terdengar berat dan serak,

Sofia berkata dengan memperkenalkan diri,

"iya..saya Sofia dan ini suami saya", sambil menunjuk ke arah Leo disamping kirinya.

Leo melambaikan tangan sambil tersenyum,

"hai...", ia berkata dengan suara yang terdengar ramah ke pada si pria tua misterius dengan topi stetson ikoniknya.

Pria tua misterius itu hanya menoleh ke arah Leo tanpa sepatah kata dengan wajah serius ditambah dengan jenggot putih agak tebal dan topi stetson yang menutup hampir sebagian matanya, membuat pria ini terlihat cukup misterius dan menyeramkan bagi Sofia.

Si pria tua misterius ini seperti sedang mencari sesuatu , hingga beberapa saat, suasana menjadi begitu canggung bagi Sofia dan tiba-tiba si pria tua misterius tersenyum dan berkata,

"apa yg kalian cari disini?", tanpa memperkenalkan diri, si pria tua misterius ini langsung bertanya dengan nada agak memaksa.

Dengan agak bingung, Sofia bertanya dengan suara terbatah,

"umm kami.. mencari tempat menginap.. " Sofia terbatah karena heran dengan perilaku si pria tua misterius ini.

"Apa lagi yang kalian cari?" Pria tua itu bertanya lagi tanpa menghiraukan pertanyaan Sofia tadi.

Sofia menoleh kembali ke arah suaminya, Leo, yang saat itu hanya mengernyitkan kening tanpa berkata sepatah kata dan ia juga terlihat agak bingung dengan perilaku si pria tua ini tapi ia masih tetap tenang. Sofia menoleh kembali ke arah si pria tua misterius dan berkata, "sebenarnya kami ingin ke danau Tenebris..", kata Sofia dengan nada sedikit ragu-ragu.

Si pria tua misterius ini memperhatikan dengan seksama kepada kedua pasangan ini, kemudian ia berkata dengan sedikit senyuman yang terkesan dipaksakan,

"kalian mungkin akan menemukan sebuah kabin dipinggiran danau.." , kata-katanya terhenti beberapa saat dan kemudian ia melanjutkan,

"itu milik saya.." , lanjut si pria tua misterius ini berkata dengan suara serak dan pelan namun masih bisa didengar oleh Sofia dan Leo.

Sofia menoleh ke arah Leo dengan penuh tanda tanya dan ekspresi heran terpampang jelas diwajahnya. Leo hanya menatap ke arah Sofia dengan wajah penuh tanda tanya. Mereka berdua saling menatap untuk beberapa detik. Dan kemudian mereka berdua seolah kompak menoleh kembali ke arah jendela, tapi si pria tua misterius sudah tidak ada disana, ia menghilang bak ditelan bumi tanpa suara dan tanpa jejak dalam kegelapan malam itu dibalik rimbunnya pepohonan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!