Tanya Indah dengan ekspresi penasaran
“Fanda, tolong jelaskan apa yang terjadi di sini.”
Fanda menatap sahabatnya dan berkata, “Mas keluar dulu ya, aku mau bicara sama Indah.”
“Kamu nggak mau ditemenin aja?” tanya Andre.
“Enggak, Mas. Mas keluar aja dulu,” jawab Fanda.
“Oke deh, kalau begitu,” Andre menuruti.
Begitu Andre meninggalkan ruangan, Indah langsung menarik lengan Fanda.
“Sini duduk dulu, Lo.”
“Iya-iya, pelan-pelan aja,” jawab Fanda sambil duduk.
“Lo ngapain peluk-peluk sopirmu tadi?” tanya Indah penasaran.
“Jangan bilang kalau Lo pacaran sama dia,” lanjut Indah.
“Ya emang pacaran,” jawab Fanda dengan santai, membuat Indah terkejut.
“Lo nggak salah, masa sekelas CEO WIJAYA GROUP pacaran sama sopir?” Indah tak percaya.
“Ya memangnya kenapa kalau pacaran sama sopir? Emang ada undang-undang yang ngatur?” balas Fanda.
“Terserah Lo aja deh. Terus, gimana Lo mau ngomong ke bokap-nyokap Lo?” tanya Indah.
“Nah itu yang lagi kupikirin sekarang. Kalau sampai mereka tau, bakal nerima nggak ya sama Mas Andre?” ujar Fanda cemas.
“Ya gue juga nggak tau sih,” Indah menjawab.
“Tapi gimana sampai kalian bisa jadian? Udah berapa lama?” tanya Indah lagi.
“Kejadiannya semalam, waktu di acara makan malam. Zul memasukkan sesuatu ke minumanku,” jawab Fanda.
“WHATTT… terus, terus!” Indah makin penasaran.
“Lalu dia coba bawa aku, tapi untungnya ada Andre yang menolong,” lanjut Fanda.
“Kok Lo nggak nelpon gue sih waktu itu?” tanya Indah.
“Mau nelpon gimana? Jalan aja susah banget gara-gara kepala sakit,” jawab Fanda.
“Terus kelanjutannya gimana?” tanya Indah.
“Andre menyelamatkanku dan membawaku pulang untuk istirahat karena aku hampir pingsan” jawab Fanda sambil tersenyum canggung.
“Dan Lo mau?” Indah semakin penasaran.
“Mau nggak mau sih, tapi gimana lagi. Aku sudah dikasih obat, Andre sih udah menolak, tapi aku yang maksa. Hehehe,”
Fanda tersenyum malu.
“Oh, jadi sekarang udah nggak jadi perawan tua lagi, ya?” goda Indah sambil mencolek pinggang Fanda.
Fanda tersenyum malu-malu.
“Iya… tapi kita rahasiain aja ya,” balasnya.
Indah adalah teman dekat Fanda, jadi setiap masalah selalu mereka curhatkan. Tidak ada rahasia di antara mereka.
“Sekarang Lo harus pikirin gimana ngomongnya ke bokap-nyokap Lo nanti,” kata Indah.
“Iya, aku lagi mikir. Mereka bakal nerima nggak ya sama Mas Andre?” tanya Fanda.
“Ya gue nggak tau sih,” jawab Indah.
“Daripada pusing, mendingan kita keluar cari makan aja. Gimana?” ajak Fanda.
“Boleh juga, ayo,” sahut Indah.
Mereka pun pergi ke kafe. Tanpa sengaja, mereka bertemu dengan Zul yang sedang berkumpul bersama teman-temannya.
“Hei, Zul, bukannya itu pacarnya Lo ya?” teman Zul memberitahu.
“Gue kesana sebentar ya, bro,” jawab Zul.
Zul langsung duduk di depan Fanda. “Ngapain Lo di sini?” tanya Indah dengan ketus.
“Lo diam aja deh. Gue nggak ada urusan sama Lo”
“Fanda itu teman gue, jadi semua masalah Fanda juga masalah gue. Jadi mending Lo pergi,” ujar indah tegas.
Zul tidak menghiraukan Indah dan mencoba memegang tangan Fanda.
“Fanda, maafin gue ya. Gue nggak akan ulangin kesalahan yang sama lagi,” kata Zul memohon.
Fanda langsung menghempaskan tangan Zul.
“Gue udah nggak butuh maaf Lo lagi! Lo keterlaluan, bukan cuma selingkuh, Lo juga sengaja masukin obat ke minuman gue semalam. Lo benar-benar bajingan, Zul!”
Fanda menegaskan dengan emosi.
“Gue minta maaf, Fanda. Pikiran gue kacau, gue takut kehilangan Lo. Gue benar-benar takut kehilangan Lo,” Zul memohon sambil menunduk, tapi hatinya tidak sungguh-sungguh.
“Maaf......, Zul. Kita nggak bisa lagi. Selain gue udah nggak sayang sama Lo, gue juga udah punya pacar baru,” jawab Fanda tegas.
Zul terdiam seribu bahasa. “Pacar? Begitu cepat kah Lo lupain gue?”
Dengan emosinya, Fanda menjawab,
“Lo nggak mikir, Zul. Awal Lo yang mulai, Lo yang selingkuh. Jadi mulai detik ini, jangan cari gue lagi!”
“Ayo, Indah, kita pergi dari sini. Gue jadi nggak nafsu makan,” kata Fanda sambil menarik tangan Indah.
Di perjalanan, Fanda mengemudi dengan cepat, membuat Indah ketakutan.
“Put, kalau Lo mau mati, jangan ajak gue dong!” Indah berpegangan pada seat belt setengah panik.
Tiba-tiba, di sebuah belokan dekat kantor, ada seorang pria yang memotong jalan.
DUARRRRR…
Seorang pria terpental cukup jauh. Fanda tersadar…
“Astaga! Kita nabrak orang, Indah.”
“Lo nggak pelan-pelan sih bawa mobilnya,jadi nabrak kan”
Mereka segera turun dan terkejut saat mengetahui yang ditabrak adalah Andre.
“MAS ANDRE!” Fanda berteriak sambil memeluk tubuh Andre yang tidak bergerak.
“Mas Andre, maafin aku, tolong bangun!”
Indah segera meminta bantuan orang sekitar untuk membawa Andre ke mobil dan dibawa ke RS.
Di perjalanan, Fanda menangis tanpa henti, memohon agar Andre bangun.
Setibanya di RS, Indah memeluk dan menenangkan Fanda.
“Yang sabar ya, Fanda. Kita doakan saja semoga Andre nggak apa-apa.”
Fanda terus menyesali dirinya sendiri.
“Ini semua salah gue, Indah. Semua salah gue,” ucapnya sambil menangis.
Empat jam menunggu akhirnya dokter keluar dari ruang operasi.
“Gimana, dok, keadaan Mas Andre?” tanya Fanda khawatir.
“Oh, kalian keluarga pasien ya? Dia sudah tidak apa-apa. Operasinya sukses, hanya patah kaki, dan mungkin mengalami amnesia sementara. Nanti akan segera dipindahkan ke ruang rawat inap,” jelas dokter.
Fanda hanya mengangguk sambil memegang tangan indah.
Setelah menunggu beberapa jam Indah mengajak Fanda makan sedikit agar tubuh nya tidak lemah, fanda menolak karena dia belum bertemu dengan andre.
Akhirnya tiba Andre di pindahkan ke ruangan rawat inap dan hanya fanda yang menemani, sahabatnya indah sudah pulang karena masih ada urusan lain, jadi hanya ada fanda yang menemani.
Setelah beberapa jam, Fanda melihat tangan Andre bergerak. Ia cepat-cepat mendekat dan memegang tangannya.
“Mas Andre, dengar aku nggak?” ucap Fanda sambil terisak.
Akhirnya beberapa saat kemudian, Andre terbangun. Ia bingung berada di rumah sakit dan melihat wanita yang memegang tangannya.
“Maaf, mba… ini siapa ya?”
“Mas Andre, kamu sudah sadar!” Fanda memeluknya, hampir membuat Andre sesak napas.
“Maaf, tolong lepaskan saya, saya nggak bisa bernapas,” kata Andre.
“maaf, mas..... Aku terlalu senang melihat mas Andre sudah sadar,” jawab Fanda.
“Aku panggil dokter dulu ya,” ucap Fanda, lalu keluar untuk memanggil dokter agar Andre diperiksa.
Beberapa menit kemudian, dokter dan perawat masuk memeriksa kondisi Andre.
“Pak Andre besok sudah boleh pulang, tapi setiap minggu harus datang untuk pemeriksaan lanjutan,” kata dokter.
Fanda mengangguk, lalu memutuskan untuk membawa Andre ke apartemennya supaya bisa merawatnya dengan lebih baik.
Keesokan harinya tiba waktunya untuk Andre meninggalkan rumah sakit.indah datang untuk menjemput mereka berdua
“Andre, yuk kita jalan-jalan dulu naik kursi roda sebelum pulang,” ajak Fanda.
Andre hanya mengangguk, masih bingung tapi mengikuti.
Setelah semuanya siap, mereka bertiga meninggalkan RS dan menuju apartemen Fanda. Setibanya di sana, Andre merasakan sakit kepala yang tiba-tiba, seolah ada ingatan yang mulai muncul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
pine
Jangan berhenti menulis, thor! Suka banget sama style kamu!
2025-10-10
0