Mendengar teriakan nyonya nya, asisten rumah tangga langsung berlari karena khawatir.
"Astagfirullah nyonya!" Pekik asisten rumah tangga tersebut membuat Ferdinand, William dan juga Vincent yang sedang di dalam kamar langsung menghampiri sumber suara
"Mama!" Teriak Vincent panik karena tubuh Kanaya terlihat membiru dan terasa dingin
"Bawa ke rumah sakit saja pa" ucap William
"Ayo Vincent, bantu papa bawa mobil ke depan, kita ke rumah sakit Langsung" ucap Ferdinand
"Pa... " Ucapan William terhenti
"Nanti saja Willy, papa bawa mama kamu dulu" ucap Ferdinand menggendong Kanaya
Jarak rumah sakit miliknya memang tidak jauh dari rumahnya, hanya sekitar lima belas menit saja dari rumah.
"Dokter Ferdinand, apa yang terjadi?" Tanya seorang perawat disana
"Tolong bawa brankar kesini, istri saya butuh di bawa ke IGD" jawab Ferdinand
Sang perawat sigap membawa apa yang di minta Ferdinand dan segera membawa Kanaya ke IGD.
"Kenapa badannya bisa membiru begini?" Tanya teman Ferdinand
"Aku juga tidak tahu, dia pingsan di rumah, dan saat aku cari di seluruh tubuhnya juga tidak di temukan bekas gigitan ular atau apapun" jawab Ferdinand
"Periksa denyut jantung pasien?" Perintah dokter teman Ferdinand
"Detak jantung 80 bpm dokter" jawab perawat
"Tekanan darah?" Tanya dokter lagi
"Tekanan darah 110 per 70 dokter" jawabnya lagi
"Semuanya normal, lalu apa yang terjadi?" Gumam dokter tersebut
"Apa istri kamu memakan sesuatu hari ini?" Tanya dokter
"Dia hanya makan bubur itupun tadi siang sebelum dia minum obat depresinya" jawab Ferdinand
Pernyataan Ferdinand semakin membuat dokter yang menangani Kanaya kebingungan, hingga tiba tiba tubuh Kanaya kembali normal dan tidak membiru lagi
"Astaga, Fer, aku rasa istrimu bukan kena penyakit medis, lihat saja sekarang kulitnya kembali normal" ungkap dokter tersebut terkejut
"Tidak .. pergi kamu!' teriak Kanaya terbangun
"Sayang, Kanaya" panggil Ferdinand
"Aku dimana?" Tanya Kanaya yang mulai sadar
"Kamu di rumah sakit, kamu pingsan tadi di rumah" jawab Ferdinand
"Hiks... Mas, baru saja aku senang dia tidak menggangguku saat teman William datang, tadi setelah Maghrib dia muncul lagi mas" ungkap Kanaya menangis
"Sudah, kamu yang sabar dulu, aku akan kembalikan lukisannya, kamu bisa tenang sekarang" bujuk Ferdinand
"Iya mas, buang saja lukisannya, aku takut" jawab Kanaya
"Sekarang kamu di sini saja ya, Vincent yang akan jaga kamu, aku akan pulang" ucap Ferdinand dan Kanaya hanya mengangguk
Ferdinand meminta temannya untuk menyediakan ruang perawatan untuk istrinya, dia juga meminta Vincent untuk menjaga Kanaya selama di rumah sakit, sementara dia akan menyimpan lukisan itu di gudang rumahnya.
Sampai di rumah
"Pa bagaimana mama?" Tanya William
"Mama kamu sudah sadar, dia hanya kelelahan saja, papa kesini hanya mau buka lukisan itu, mau papa simpan di gudang sebelum di kembalikan" jawab Ferdinand lembut
"Iya pa, buka saja, Ola bilang juga lukisannya seperti hidup saat teman teman Willy melihatnya" ucap William
"Sekarang kamu istirahat saja, besok sebelum sekolah kita akan ke rumah sakit, sekalian bawa baju ganti dan juga makanan untuk Vincent" bujuk Ferdinand
"Iya pa" jawab William
Ferdinand berjalan ke ruang tamu, dia mulai mendekati lukisan Perempuan Belanda itu dan mencopotnya dari dinding
Dia akan menempatkan lukisan itu di gudang rumahnya untuk sementara sampai ada pemilik baru dari lukisan itu.
Matanya terus menatap wajah lukisan itu yang selalu membuatnya merasa damai dan juga bahagia, wajah seseorang yang sangat dia cintai sejak dulu sampai sekarang, meski dia sudah menikah dan mencintai istrinya juga.
"Tadinya aku sangat bahagia karena aku bisa melihat kamu lagi, tapi jika dengan menyimpan mu istriku jadi terganggu, aku tidak mungkin membiarkan itu" gumam Ferdinand mengusap wajah di lukisan itu.
Dia berbalik dan hendak pergi, tapi seseorang tiba tiba saja memeluknya dari belakang sambil menangis.
"Hiks.... Kak dinand akan buang aku?" Tanya seseorang yang memeluknya masih terus terisak
"K... Ka... Kamu siapa?" Tanya Ferdinand dengan wajah pucat
"Kamu juga melupakanku" ucapnya
"Tidak.... I... Ini... Ttt...tidak mungkin" racaunya
"Aku cinta kak dinand" ungkap suara yang terus setia memeluk Ferdinand dari belakang
Dingin, itulah yang bisa Ferdinand rasakan saat tangan seseorang yang memeluknya itu melingkar di pinggangnya.
"Jangan buang aku hiks.... Aku tidak tahu harus kemana" ungkapnya
Ketika Ferdinand melepaskan pelukannya, dia berbalik dan wajahnya langsung tambah memucat, ketika dia melihat rupa dari sosok yang memeluknya itu
"Kamu..... "
"Iya ini aku kak dinand, Puspita Sari" jawabnya sambil tersenyum manis
Ferdinand menyentuh pipi perempuan yang menyerupai Sari dengan hati hati dan penuh kasih sayang, dia juga tersenyum tanpa sadar ketika bisa menyentuh pipi orang yang dia cintai itu
"Ini benar benar kamu Sari? Kenapa kamu ada disini? Apa Adrian mengusirmu?" Tanya Ferdinand khawatir dan sosok itu menitikkan air matanya
"Jangan menangis, kamu bisa tinggal disini, ayo ikut aku ke kamar tamu, kamu bisa tinggal disana" bujuk Ferdinand menuntun tangan sosok itu
Asisten rumah tangga terus menatap heran pada Ferdinand yang terlihat memeluk lukisan itu dan membawanya ke kamar tamu sambil terus tersenyum
"Tuan kenapa ya? Bukannya tadi lukisannya mau di simpan di gudang?" Gumam Asisten tersebut
"Ya Allah sepertinya lukisan itu memang ada hantunya" ucap asisten itu merasa merinding
*********
Di rumah Sagara.
"Kalian mengerjakan tugas apa tadi?" Tanya Sagara Danendra, ayah dari si kembar tiga.
"Kelompok kami kebagian menjelaskan tentang ginjal dad, kalau Abang Khalid tentang paru paru" jawab Gafi
"Memangnya harus ada tutor dokter aslinya ya? Ada ada saja guru kalian itu" tanya Sagara
"Iya dad, katanya harus ada tanda tangan dan juga rumah sakit tempat dokternya bekerja, kalau Oma Stefie kan nggak boleh karena salah satu pemilik sekolah juga, nanti di sangka nepotisme" jawab Khalid
"Ola kenapa?" Tanya Safira Anindya Adiwinata, ibu dari kembar tiga.
"Mom, di rumah William ada Tante Sari, tapi rambutnya pirang mom, nggak pake hijab" jawab Aurora
"Iya mom, dia juga ganggu istrinya om Ferdinand" sahut Gafi
"Kenapa kalian tidak usir dia?" Tanya Safira khawatir
"Dia sembunyi mom, dalam lukisan tua" jawab Aurora
"Hantu seram mom, dia suka apa ya itu namanya" ucap adik dua Angkasa dan Aurora yang bernama Andromeda putra Danendra dan kembarannya Altair putra Danendra.
"Jangan disebutkan, kamu masih kecil dan jangan di lihat juga sampai detail" ucap Safira dan Andromeda mengangguk
"Apa perlu kita beritahu om Ferdinand?" Tanya Sagara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ayla Anindiyafarisa
aku lanjut baca Thor..
2025-10-10
0