BAB 3. JEBAKAN KATA-KATA.

Siang itu, matahari menyinari halaman rumah keluarga Arga dengan terik. Di teras depan, seorang pembantu membuka pagar untuk tamu yang datang. Sebuah mobil putih berhenti, dan dari dalamnya keluar Aluna dengan kacamata hitam besar menutupi wajah cantiknya.

Ia melangkah masuk dengan percaya diri, bibirnya tersenyum manis meski hatinya penuh niat tersembunyi.

“Selamat siang, Bu.” Ia menyapa ramah ibu Arga yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu.

“Oh, Aluna. Silakan masuk. Arga ada di kamarnya. Panggil saja,” jawab ibu Arga dengan senyum hangat.

Aluna mengangguk sopan, lalu segera menuju kamar Arga di lantai dua. Ia mengetuk pintu beberapa kali.

“Masuk,” terdengar suara Arga dari dalam.

Saat pintu dibuka, Arga tampak sedang duduk di kursi dekat jendela, buku terbuka di pangkuannya. Wajahnya tenang, tapi tatapan matanya penuh jarak ketika melihat siapa tamunya.

“Aluna,” ucapnya singkat.

Aluna tersenyum lebar, berjalan mendekat tanpa ragu. “Arga, aku butuh kamu hari ini. Temani aku belanja, ya? Ada beberapa acara penting, dan aku butuh selera kamu untuk pilih gaun.”

Arga menghelai nafas panjang. “Aluna, hari ini aku ingin istirahat. Besok saja, atau ajak temanmu yang lain.”

Namun, Aluna tidak menyerah. Ia duduk di tepi ranjang, menatap Arga dengan sorot mata penuh manja bercampur tuntutan. “Arga, kamu tahu aku paling nyaman kalau ditemani kamu. Ayolah… cuma sebentar. Aku janji tidak akan lama.”

Arga menutup bukunya, lalu berdiri. “Bukan soal sebentar atau lama, Aluna. Aku memang sedang tidak ingin keluar.”

Rona wajah Aluna seketika berubah. Senyum manisnya memudar, digantikan ekspresi yang lebih licik. Ia tahu, jika terus memaksa dengan cara halus, Arga tetap akan menolak. Maka ia memainkan kartu lain kartu yang sejak awal ia simpan rapat.

“Arga,” panggilnya lirih, berpura-pura ragu. “Kamu sudah tahu soal Alya, kan?”

Mata Arga menajam, tubuhnya sedikit menegang. “Alya? Kenapa dengan dia?”

Aluna menunduk sejenak, lalu menatap Arga dengan ekspresi iba. “Aku kasihan sekali dengan Papa dan Mama. Mereka begitu kecewa. Bayangkan saja, adikku kabur dengan seorang laki-laki, entah siapa. Parahnya lagi, dia membawa perhiasan Mama. Kamu bisa percaya itu? Dia tega sekali.”

Arga membeku. Kata-kata itu masuk seperti duri menusuk jantungnya. Alya gadis yang ia kenal penuh kesederhanaan, yang selalu menjaga harga diri, yang bahkan menolak hadiah kecil darinya dulu karena takut dianggap menyusahkan. Apakah mungkin Alya melakukan hal itu?

“Aluna… apa kamu yakin dengan yang kamu katakan?” suaranya pelan, tapi bergetar menahan emosi.

Aluna buru-buru mengangguk. “Tentu. Aku tidak mungkin berbohong soal ini. Papa dan Mama marah besar, tapi ya… mau bagaimana lagi? Dia sudah memilih jalan itu. Aku hanya berharap kamu tidak lagi memikirkan dia. Tidak pantas, Arga. Alya sudah menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.”

Arga menggenggam buku di tangannya begitu erat, hingga buku itu hampir kusut. Ada pertarungan sengit di dalam hatinya. Satu sisi, ia mengenal Alya lebih dari siapa pun. Sisi lain, berita yang ia dengar datang dari mulut kakaknya sendiri orang yang mestinya dekat dengan Alya.

Selama ini Arga tidak pernah tau bagaimana perlakuan Aluna dan juga kedua orang tuanya terhadap Alya. karena Alya, tidak pernah bercerita.

Melihat keraguan di wajah Arga, Aluna tersenyum samar. Ia tahu racunnya mulai bekerja.

“Jangan sampai kamu ikut terbawa masalah, Arga. Kamu terlalu berharga untuk itu. Fokuslah padaku… pada kita.” Suaranya lembut, penuh manipulasi.

Arga menutup matanya sejenak. Hatinya menolak untuk percaya, tapi pikirannya goyah. Bayangan wajah Alya muncul mata bening penuh luka, senyum sederhana yang selalu membuatnya hangat. Bisakah gadis itu benar-benar tega melakukan semua tuduhan itu?

Sementara Aluna, dengan penuh kemenangan, meraih tangan Arga. “Ayo, temani aku. Jangan pikirkan dia lagi. Alya sudah memilih jalannya. Biarlah dia hilang bersama pilihan buruknya.”

Arga tidak menjawab. Ia hanya berdiri, menatap kosong ke arah jendela. Namun, hatinya terasa semakin berat antara percaya pada cerita Aluna, atau tetap memegang keyakinannya pada Alya.

Terpopuler

Comments

Aceless

Aceless

Aluna, kakak yang tama lupa jika iya juga seorang wanita yang haus akan kasih sayang

2025-09-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!