Kos-kosan 99 % Waras

Kos-kosan 99 % Waras

Perkara Galon Air Habis

Malam harinya, suara gluk-gluk dari dispenser jadi latar belakang paling menegangkan di kos 99% Waras.

Bowo berdiri dengan gelas kosong, wajahnya seperti habis diselingkuhi. “Habissss galonnya habis!!!” teriaknya dramatis.

Sontak semua yang lagi nongkrong di ruang tamu langsung noleh. Doni mendecak.

“Yaelah, biasa aja kali. Tinggal ganti.”

“ganti?!” Bowo menunjuk galon yang tinggal tetesan terakhir. “Aturannya siapa yang minum terakhir harus ganti, Bro. Nah, siapa tadi yang minum terakhir?”

Mata semua serentak melirik ke Salsa. Cewek itu lagi asik edit video di HP, pura-pura nggak tahu.

“Hei, hei, jangan nuduh sembarangan,” bantah Salsa. “Gue minum siang tadi. Malam-malam pasti ada yang nyusul!”

“Gue sih nggak minum,” ucap Doni cepat, mencoba cuci tangan. “Kalau gue haus, mending minum gue buat kopi sachet biar bisa push rank. Karna air putih bisa bikin gue cepet ngantuk.”

Mbak Ningsih yang baru keluar dari kamar langsung menghela napas panjang. “Aduh, drama klasik. Tiap minggu pasti ada yang kayak gini.” Tangannya masih megang laptop jadul. “Sini tak bikin tabel Excel aja, siapa yang minum, siapa yang ganti. Biar adil.”

Bowo geleng-geleng kepala. “Pokoknya, ini kasus berat, Kita butuh investigasi.”

Dengan gaya ala detektif, Bowo memeriksa dispenser. “Ada bekas lipstik di bibir gelas!” katanya sok serius.

“Mana ada, Wo. Itu bekas saus indomie,” timpal Doni.

Salsa ketawa ngakak, tapi langsung diserang pandangan tajam. “Lo ketawa karena lo pelakunya kan?”

“Bukan!” Salsa mengangkat dua tangan.“ Kalau pun iya, nggak mungkin kan gue habisin! Masa gue doang yang minum segalon?”

Suasana makin panas. Semua saling tuduh, saling bela diri, sampai akhirnya,

“Ada apa ini? Dan kenapa kalian ribut-ribut? suara Bu Ratna menggelegar dari kamar. Ia keluar dengan tatapan singa.

Bowo langsung angkat galon kosong. “Bu galon nya habis.”

“Lha terus kenapa kalian ribut? Tinggal ganti  galon donk kalo habis.”

“Tapi, Bu, sesuai aturan  yang minum terakhir harus ganti. Nah, kita lagi cari siapa pelakunya.”

Bu Ratna menatap mereka satu per satu. “Oke. Kalau gitu, semua harus ganti bareng-bareng! Satu galon diangkat rame-rame keliling kos. Biar kompak!”

“Lah, kok jadi gitu aturannya?” protes Doni.“Ini sich udah kayak misi side quest yang nggak penting banget, sumpah.”

“Kalau nggak suka, keluar aja!” bentak Bu Ratna.

Akhirnya, malam itu pemandangan aneh terjadi, Doni, Bowo, Salsa, dan Mbak Ningsih mengangkat galon kosong beramai-ramai, berjalan keliling kos tiga putaran.

Salsa ngakak sambil ngeluh, “Astaga, ini kayak arak-arakan mantenan galon!”

Bowo ngos-ngosan, “Galonnya aja kosong, tapi beratnya kayak isi dendam.” Mafia mie instan sekelas gue pun bakal nyerah kalau tiap hari kayak gini.”

Doni cuma diam, wajahnya merah menahan malu.Astaga, ini lebih capek dari push rank semalaman,” gumamnya.

Dari jauh, Bu Ratna melipat tangan sambil tersenyum puas. “Nah, gitu dong. Kalau kompak kos ini bisa bertahan dengan penghuni yang waras.

Mbak Ningsih cuma bisa geleng-geleng kepala. “Waras apanya, yang ada makin nggak waras ini penghuni kos,batinnya.”

Setelah putaran terakhir selesai, mereka menjatuhkan galon kosong itu di depan ruang tamu. Semua terengah-engah, seperti habis lari maraton.

“Ya Allah… kosong aja kayak gini, apalagi kalau isi penuh,” Bowo terkulai di kursi, kipas angin tua jadi penyelamat hidupnya.

Salsa langsung membuka kamera nya lagi, dan merekam wajah mereka yang  berkeringat. “Guys, kalian nggak bakal nemu kos sekocak ini di dunia. Serius, bawa galon kosong muter-muter. Gila nggak sih?”.

Doni yang masih ngos-ngosan langsung menutup kamera dengan telapak tangannya. “Sa, tolong jangan diposting. Gue nggak mau viral gara-gara galon.”

“Justru ini bisa jadi konten emas, Don!” Salsa terkekeh. “Siapa tau kita masuk FYP bareng.”

Mbak Ningsih menyambar kipas tangan lalu mengipas wajahnya. “Udahlah, kalian kalau haus ya tinggal minum aja.

Ya tapi masalahnya, Bowo menunjuk ke dispenser. Yang mau ganti galon siapa?

Semua saling pandang. Doni spontan berdiri. “Gue nggak bisa, tadi udah capek angkat.”

Salsa pura-pura batuk. “Aku juga cewek, masa disuruh ngangkat galon?”

“Lho, kalau gitu saya juga cewek, dong,” sahut Mbak Ningsih sambil nyengir. Kalau di Excel mah gampang, tinggal klik drag and drop aja, langsung pindah tuh galon.

“Woi! Jangan ngeles semua!” Bowo hampir nangis. “Galon masih kosong Bro, Kalau Bu Ratna keluar lagi gimana?”Stok mie gue jadi terancam, sumpah Masa gue harus makan mie pake bumbu doang? Itu kriminal!”

Akhirnya, Doni yang kalah suara menelan ludah. “Yaudah deh, gue aja. Tapi gue nggak bisa sendirian.”gue biasanya cuma bisa ngangkat stick PS doang.”

Salsa langsung ditunjuk bareng-bareng. “Kamu aja yang bantu, Sa!”

Apa?Gue? wajah Salsa terkejut, tapi semua sudah mengiyakan.

Mau tak mau, Salsa berdiri  Mereka berdua pun mulai mengangkat galon baru yang masih tersegel plastik.

“Pelan-pelan, Sa Jangan sampai jatuh, kata Doni serius dengan keringat mulai bercucuran.Ini berasa kayak ngangkat boss terakhir di game RPG.”

“Iya  iya. Tapi jangan injek kaki gue, Don! Salsa mendengus.

Doni menoleh sekilas, wajah mereka jadi berdekatan. Sepersekian detik ada jeda aneh canggung tapi hangat. Doni buru-buru memalingkan wajah Eh, maaf.

Salsa menghela napas, lalu senyum kecil. Santai. Gue nggak selemah itu kok.

Mbak Ningsih yang memperhatikan dari sofa langsung bersuara, “Eh, eh, hati-hati ya, Jangan sampe galon jadi saksi cinta pertama kalian.”Hati kalian udah kayak sel Excel auto-merge tuh.”

Seketika wajah Doni & Salsa sama-sama merah seperti kepiting rebus. “ih, Apaan sih Mbak!”

Bowo malah tepuk tangan. Fix  judul konten, "Galon mempertemukan dua insan.”Lebih pedes dari mie level 100!”

WO,, teriak Doni dan Salsa barengan ,,sehingga membuat semua ketawa ngakak.

Setelah perjuangan panjang Doni dan Salsa, galon akhirnya berhasil dipasang di dispenser. Semua mata  menatapnya seolah itu adalah mahakarya.

Alhamdulillah,,  Doni mengelus dada.

Bowo langsung menekan keran , Yes kalian keren. Air Gue haus banget tau.Tapi yang keluar cuma blub-blub angin, tak ada setetes pun kau disini tadi.

“Hah? Kok ini  malah nggak keluar juga?

Salsa langsung merebut gelas. Dicoba lagi, hasilnya sama. Kosong.

Mbak Ningsih menepuk jidat. Astaga, lupa. Kalau galon baru dipasang  harus dicopot dulu tutupnya.”

Semua melotot ke arah Doni. “LOE YANG PASANG, DON.

Doni panik,,Gue pikir udah otomatis kebuka tadi, kayak fitur auto-unlock di game. Kalian kenapa nggak ada yang kasih tau dari tadi.

Suasana kembali riuh lagi dengan ketawa mereka. Bowo hampir jatuh dari kursi saking ngakaknya. Salsa menepuk bahu Doni sambil senyum geli. “Yaudah, Don. Belajar dulu dasar-dasar kehidupan kos. Hari ini levelnya  Galon.”

Setelah ribut panjang, akhirnya mereka bisa minum air dengan tenang. Gelas-gelas plastik berjejer di meja. Suasana mendadak hangat, bukan karena galon baru, tapi karena kebersamaan aneh yang lahir dari masalah sepele.

Salsa merebahkan kepala di kursi kayu. “Tau nggak? Gue suka suasana kayak gini. Kacau, tapi rame.”

Doni melirik sebentar, ada rasa yang tak bisa ia jelaskan. “Iya gue juga ngerasa gitu. Entah kenapa kos ini absurd, tapi bikin betah.”

“Betah karena gue kan?” Salsa langsung nyeletuk sambil kedip nakal.

Doni tercekat. “Apaan sih…”

Bowo langsung mengibaskan tangan. “Ih, kalian jangan gombal depan gue. Gue masih jomblo, tau!”

Mbak Ningsih menutup percakapan dengan kalimat bijak ala-ala. “Inget nak, di kos ini, galon hanyalah awal. Besok-besok masalah lebih berat akan datang.” Kayak di Excel, kalau sheet pertama aja udah error, siap-siap sheet berikutnya pasti #REF!”

Semuanya menatapnya heran. “Berat gimana Mbak?”

Mbak Ningsih menghela napas dramatis. “Besok giliran rebutan jemuran mungkin.”

Bowo refleks memandang celananya yang masih basah di gantungan. “Astagaa jangan bilang beneran bakal rebutan. Gue cuma punya tiga celana lho, Kalau sampai ilang satu, tamatlah riwayat.”

Salsa ngakak. “Gue udah kebayang sih, besok ada yang nekat pake jemuran orang terus ngaku-ngaku punya nya,dan Drama baru akan di mulai lagi.”

Doni menepuk jidat. “Astaga, baru masalah galon aja gue udah hampir migrain. Kalo nanti masalah jemuran, jangan-jangan kita harus sidang kos bareng Bu Ratna.”

“Wah, bisa jadi,” timpal Mbak Ningsih kalem. Dulu pernah kejadian rebutan jemuran. Baju satu kos diturunin semua, trus dikumpulin di ruang tamu kayak pasar loak, dan kita Nyari bajunya kayak undian.”

“HAHAHA Gue pengen liat tuh kayak nya seru,” Bowo ngakak sampai batuk, tapi begitu sadar celananya masih di luar, wajahnya langsung tegang lagi.

Malam semakin larut Satu per satu penghuni kos balik ke kamar masing-masing. Doni masuk ke kamarnya, masih memikirkan soal kejadian barusan. Ia rebahan di kasur nya yang tipis, menatap platfon kamar yang retakan nya semakin terlihat jelas.

“Ya Tuhan,gumamnya Kos ini bukan cuma tempat tinggal, Tapi ini kayak reality show tanpa kamera.”

Eh, tapi ia langsung  sadar, oh iya ada Salsa yang selalu bawa kamera. Jadi sebenarnya reality show itu nyata adanya.

Di luar, suara Bowo masih kedengaran. Woiii Jangan ada yang nyentuh jemuran gue, ya! teriaknya dari balik pintu kamar.

Salsa dengan malas menjawab, Tenang aja Wo, gue udah rekam posisi celana lo. Jadi kalau ilang, bisa gue laporin ke netijen!

Kos seketika kembali ramai dengan teriakan-teriakan kecil, meski udah tengah malam.

Doni tersenyum kecil. Dalam hati dia merasa, mungkin benar kata Salsa,kos ini penghuni nya  kacau semua tapi bikin rame. Dan entah kenapa ia merasa mulai betah.

Sekitar pukul 1 dini hari, Doni yang baru mau tidur mendengar suara ribut di dapur. Ia bangun pelan-pelan, mengintip lewat pintu.

Ternyata, Bowo lagi buat mie instan. Tapi yang bikin kaget, kompor nyala terlalu besar sampai apinya kayak lilin raksasa.

“WOI, Wo!” bisik Doni panik sambil lari ke dapur. “Mau bikin mie apa mau bakar rumah?!”

Bowo dengan santai meniup mie. “Santai aja, Don. Api gede bikin cepet matang.”Ini rahasia mafia mie level pedasnya bukan dari cabai, tapi dari nyali.”

“Yang ada lo bikin kos ini jadi sate masal Doni buru-buru mengecilkan api.

Tiba-tiba Salsa nongol sambil bawa kamera, wajah masih ngantuk tapi semangat. “Aduh, aduh, ketahuan nih. Konten baru, Bowo hampir bakar kos gara-gara mie instan tengah malam.”

“SA, SERIUS DEH JANGAN DI POSTING!” Doni setengah teriak sementara Bowo malah gaya peace ke kamera.

Mbak Ningsih keluar dari kamar sambil bawa bantal dengan wajah setengah tidur. “Ada apa lagi  sih? masak jam segini kalian masih ribut sich.

Bowo lagi masak mie, Mbak, jawab Doni.

“Lah terus kenapa? kan tiap malam dia juga kayak gitu,Mbak Ningsih langsung balik lagi ke kamar tanpa peduli.

"Salsa ngakak, Udah kebal dia."

Setelah api dipadamkan dan mie aman di panci, mereka bertiga duduk bareng di dapur. Bowo sibuk makan dengan lahap.

Salsa menaruh kameranya, lalu menopang dagu sambil melirik Doni. “Don, jujur deh. Lo nyesel nggak masuk kos ini?”

Doni terdiam sebentar, menatap wajah Salsa yang setengah diterangi lampu dapur yang redup. Ada rasa aneh di dadanya, tapi ia buru-buru menutupinya dengan senyum kaku.

“Ya nggak juga sih, Emang kadang penghuni kos suka bikin ribet, absurd, dan kadang malah bikin gila, tapi itu lah yang membuat rame. Gue jadi nggak ngerasa sendirian.”Kayak main game survival tiap hari ada aja quest baru, bedanya musuhnya bukan monster tapi tetangga kos.”

Salsa terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Sama. Gue juga mikir gitu. Kalau nggak ada kos ini, hidup gue mungkin cuma muter-muter di depan kamera doang. Tapi di sini  gue punya banyak  bahan cerita tiap hari.”

Bowo yang mulutnya penuh mie tiba-tiba nyeletuk. “Ehem, ehem, awas jangan baper di depan gue. Gue muntah loh kalau lihat kalian melankolis jam segini.”

Doni dan Salsa langsung melotot. “WOI, MAKAN AJA YANG BENER!”

Mereka bertiga ketawa bareng, mie instan jadi saksi kebersamaan aneh itu.

Jam menunjukkan pukul 2 pagi. Mereka akhirnya bubar dan masuk ke kamar masing-masing. Doni masuk lagi ke kamarnya, kali ini tanpa keluhan. Ia merasa, meski capek, ada sesuatu yang bikin hatinya merasa tenang.

Sebelum tidur, ia menatap galon di ruang tamu dari celah pintu. Tersenyum sendiri, sambil bergumam pelan,

“Galon kosong, mie gosong, sandal hilang, selamat datang di kos 99% Waras. Semoga sisa 1% itu cukup buat gue bertahan.”

Perlahan matanya terpejam. Dari luar, terdengar suara jangkrik bercampur tawa kecil Salsa yang masih ngedit video di kamarnya.

Kos ini mungkin kecil, sederhana, bahkan penuh masalah. Tapi malam ini, Doni belajar satu hal ,"hidupnya baru saja dimulai dengan cara paling absurd"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!