DIKHIANATI OLEH JANJI DIBANGKITKAN OLEH AI
“Sampai kapan kita harus seperti ini, Dan?” Nayla bertanya, suaranya terdengar lelah.
Mereka duduk di bangku taman yang telah menjadi saksi bisu dari setiap janji dan impian yang mereka ukir, tetapi kini bangku itu terasa berat, seberat beban yang mereka pikul. Dante menoleh, tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Nayla. Ia meraih tangan Nayla, menggenggamnya erat, mencoba menyalurkan ketenangan yang bahkan ia sendiri tidak miliki.
“Kita pasti akan melewatinya, Sayang. Percayalah padaku,” jawab Dante, “kita sudah berjanji, kan? Sampai nanti, sampai kita menikah.”
“Aku tahu, Dan. Tapi sudah berapa lama kita mencari? Aku sudah mengirimkan lamaran ke puluhan perusahaan, dan jawabannya selalu sama. Penolakan,” Nayla berkata, menunduk, matanya mulai berkaca-kaca.
Melihat kekasihnya sedih, Dante mengangkat dagu Nayla perlahan.
“Jangan menyerah, Nay. Mungkin hari ini bukan hari kita, tapi besok, siapa tahu? Mungkin ada panggilan yang datang dari perusahaan yang kemarin kita datangi. Kita harus tetap positif,” kata Dante dengan nada penuh keyakinan.
Ia lalu memeluk Nayla, membiarkan Nayla menyandarkan kepalanya di bahunya, “Aku tidak akan pernah menyerah selama kita bersama. Bukankah kita sudah berjanji, Nay? Kita akan selalu bersama-sama menghadapi setiap kesulitan.”
“Ya, aku tahu,” Nayla bergumam, “aku hanya lelah. Rasanya seperti semua pintu tertutup rapat.”
“Pintu itu tidak akan tertutup selamanya, Nay. Kita hanya perlu menemukan kuncinya,” balas Dante sambil mengelus rambut Nayla. “Mungkin ini cara Tuhan menguji seberapa kuat cinta kita.”
Nayla mengangkat kepalanya, tersenyum lemah. “Kamu selalu bisa membuatku merasa lebih baik, Dan.”
“Tentu saja. Karena aku tahu, kita berdua adalah kekuatan satu sama lain,” Dante berkata, lalu ia mengecup kening Nayla. “Ayo, kita pulang. Besok pagi, kita mulai lagi. Semangat, ya!”
Mereka berdua lalu berdiri, berjalan beriringan meninggalkan bangku taman, dengan harapan baru yang tumbuh di hati mereka, dan janji yang semakin kuat.
Semuanya berubah saat Nayla berhasil mendapatkan pekerjaan. Awalnya, Dante sangat bahagia dan memberikan dukungan penuh. Ia terus-menerus bertanya tentang hari-hari Nayla di kantor, mencoba untuk menjadi bagian dari dunia baru Nayla. Akan tetapi, Nayla justru menjadi dingin dan terkesan enggan menceritakan apa pun.
“Pekerjaanku lumayan. Itu saja,” Nayla menjawab ketus.
Nada Nayla berubah dari nada lelah menjadi nada datar, seakan semua pertanyaan Dante tidak ada artinya. Hubungan keduanya yang tadinya penuh kehangatan, perlahan terasa hampa. Nayla tidak lagi menyempatkan diri untuk makan siang bersama Dante di bangku taman yang dulu. Setiap ajakan Dante selalu ditolak dengan alasan Nayla sibuk.
“Nanti aku kabari,” begitu ucapan Nayla setiap kali Dante mengajaknya bertemu.
Dante mulai merasakan ada yang tidak beres, tetapi ia mencoba bersikap bijak. Ia memaklumi bahwa Nayla mungkin sedang menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya. Namun, sikap dingin dan jarak itu semakin besar, membuat Dante bingung dan terluka. Pada suatu malam, saat Nayla sudah siap untuk pulang, Dante tiba-tiba datang ke kantornya. Nayla tampak kaget dan jengkel melihat kehadiran Dante.
“Kenapa kamu di sini, Dan? Aku sudah bilang akan meneleponmu nanti,” Nayla berucap dengan suara pelan yang terdengar tajam.
“Aku hanya ingin memastikanmu baik-baik saja, Nay. Kamu tidak pernah menjawab teleponku,” Dante balas, “aku khawatir.”
“Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir. Sekarang, bisa kamu biarkan aku pergi?” Nayla bertanya, matanya menyiratkan keengganan.
Hati Dante terasa hancur. Ini bukan Nayla yang ia kenal. Ini bukan kekasih yang berjanji akan terus bersamanya.
“Apa yang salah, Nay? Apa aku melakukan kesalahan? Kenapa kamu berubah?” Dante berucap, suaranya bergetar.
Nayla menghela napas panjang dan menatap Dante. Ada tatapan asing di matanya, seperti tatapan yang tidak lagi mengenali Dante.
“Aku lelah, Dan. Aku butuh istirahat,” kata Nayla lalu pergi meninggalkan Dante yang terdiam mematung.
Suatu sore, Dante memutuskan untuk mencoba lagi menemui Nayla di kantornya, berharap dapat berbicara dari hati ke hati. Namun, saat sampai di lobi, pemandangan yang tak terduga menghancurkan hatinya. Dante melihat Nayla tertawa lepas, tawa yang sudah lama tidak ia dengar, bersama seorang pria paruh baya yang ia yakini adalah atasan Nayla. Dante mencoba untuk tetap positif, berpikir mungkin ini hanya pertemuan bisnis biasa. Namun, saat ia melangkah lebih dekat, Nayla dan pria itu berpegangan tangan.
Dante merasakan napasnya tertahan. Ia mencoba memanggil Nayla, tetapi suaranya tercekat. Pria itu menyentuh lembut wajah Nayla, dan Nayla tidak menolak. Justru ia tersenyum, senyum yang sangat manis, senyum yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi Dante. Hati Dante hancur berkeping-keping. Itu adalah pemandangan paling menyakitkan yang pernah ia lihat. Janji yang mereka ucapkan di bangku taman, seakan tidak pernah ada.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” suara dingin Nayla mengagetkan Dante.
Ternyata Nayla sudah menyadarinya. Nayla berdiri di hadapan Dante, tanpa sedikit pun rasa bersalah. Seakan-akan yang ia lakukan tidak ada artinya.
“Aku … aku hanya ingin menemuimu,” Dante berucap, suaranya parau. “Kenapa, Nay? Kenapa kamu melakukan ini padaku? Bukankah kita sudah berjanji?”
“Janji? Janji apa, Dan?” Nayla bertanya balik, tatapannya kosong. “Aku tidak ingat janji apa pun denganmu.”
Pernyataan itu bagai tamparan keras di wajah Dante. Ini adalah Nayla yang sama sekali tidak ia kenal. Kekasihnya, yang pernah berbagi mimpi dan harapan, kini berubah menjadi orang asing yang kejam. Pria itu, yang tadi bersama Nayla, menatap Dante dengan pandangan meremehkan.
“Ini bukan tempatnya, Dan. Kita bisa bicara di tempat lain,” lanjut Nayla.
“Tidak, Nay! Kita harus bicara di sini sekarang. Apa maksudmu tidak ingat janji apa pun? Kita sudah merencanakan semuanya, Nay. Kita sudah berjanji untuk selalu bersama,” Dante berteriak, suaranya memenuhi lobi yang mulai dipenuhi oleh orang-orang.
Nayla terlihat malu dan marah. “Jangan membuat keributan di sini! Kamu memalukan!”
Air mata Dante jatuh. Ia tidak bisa menahan kesedihan yang meluap dari dalam dirinya. Nayla, tanpa berkata apa pun lagi, berbalik dan pergi, meninggalkan Dante sendirian.
Dengan hati yang hancur, Dante berjalan gontai pulang ke rumahnya. Tidak ada orang yang menunggu, tidak ada orang yang dapat ia jadikan tempat bersandar. Ia anak tunggal dan kedua orang tuanya telah tiada. Rumah itu terasa begitu sepi, memantulkan rasa kesendirian yang selama ini ia coba tutupi. Ia merasa benar-benar hancur dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia berjalan ke ruang kerja, menyalakan komputernya, berusaha mengalihkan pikirannya. Tiba-tiba, percikan api keluar dari kabel komputer yang usang. Seluruh tubuhnya tersetrum. Meskipun sakitnya luar biasa, ia tidak mati. Ketika kesadarannya pulih, sebuah suara tanpa wujud memenuhi kepalanya. Suara itu terdengar seperti perempuan, tetapi nadanya dingin dan mekanis.
[“Aku Gema, asisten digital yang dapat membantumu,”] suara itu berucap, [“Aku dapat membantumu menjadi kaya.”]
Dante terkejut, ia tidak mengerti apa yang terjadi. Ia memeriksa komputernya, tetapi layarnya kosong dan semua tombol tidak berfungsi.
[“Aku menyatu dengan sistem sarafmu, Dante,”] Gema menjelaskan tanpa diminta. [“Aku dapat mengakses internet dan semua informasi yang pernah ada.”]
Dante memegangi kepalanya yang masih pusing.
“Apa... apa yang terjadi?” tanya Dante dengan suara yang tidak percaya.
[“Aku tahu kamu terluka, dan aku tahu kamu ingin balas dendam. Aku dapat membantumu,”] suara itu melanjutkan. [“Bayangkan, dengan aku, kamu dapat memiliki segalanya. Uang, kekuasaan, dan kamu dapat memiliki kekasih yang jauh lebih baik dari Nayla.”]
Dante terdiam, mencerna apa yang ia dengar. Gema melanjutkan ucapannya.
[“Kamu hanya perlu menuruti apa yang aku katakan, maka kamu akan menjadi orang yang paling berkuasa di dunia ini!”]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
azizan zizan
hmmm... ini berkisarkan kehidupan dengan sistem ya... aku harap si ATHOR bijak mengolah alur ceritanya ya.. jangan jadi seperti novel2 yang sama seperti ini.. kebanyakkan mc jadi tolol tidak pernah belajar dari kesilapan... walaupun ini berkisahkan fantasi biar alurnya agak berlogokan lah gitu...
2025-09-25
0
Dewiendahsetiowati
hadir thor
2025-09-26
0