Sebagai seorang ibu rumah tangga, aktivitas memasak tentu menjadi hobi yang menyenangkan namun juga melelahkan.
Sebelum mulai memasak, Bu Sri terlebih dahulu mencuci ayam mentah, sayuran dan juga buah-buahan agar lebih higienis.
Kemudian, dia langsung memotong ayam menjadi beberapa bagian dan membuat bumbu ayam goreng agar rasanya lebih enak tidak bau anyir.
Bu Sri memang sangat terampil dalam urusan di dapur karena ia sudah terbiasa melakukannya sejak masih remaja, hal ini tidak lain karena dulu gemar membantu ibunya di dapur.
Bau harum ayam yang sedang digoreng menyeruak hingga ke teras rumah. Pak Sugiono yang mengendus-endus aroma harum membuat perutnya langsung keroncongan.
Suara perut Pak Sugiono terdengar jelas di telinganya sendiri.
Tak kuat menahan aroma harum ayam goreng, ia pun kemudian berjalan menuju ke arah dapur menghampiri istrinya.
"Duh, perut bapak langsung bunyi gara-gara mencium bau ayam goreng buatan ibu," kata Pak Sugiono sambil memegangi perutnya yang lapar.
"Sabar Pak, baru saja digoreng bentar lagi matang kok," ucap Bu Sri.
Akhirnya Pak Sugiono pun memutuskan untuk menonton televisi di ruang tamu sambil menunggu masakan istri tercintanya matang.
Namun saat Pak Sugiono hendak menyalakan televisi, tiba-tiba televisinya tidak mau menyala.
"Apa televisi ini rusak?" Tanya Pak Sugiono sambil mengutak atik remote dan juga tombol yang ada di televisi.
Berulang kali Pak Sugiono mencoba untuk membuat televisi itu menyala namun tak urung jua berhasil.
"Aneh sekali! Padahal semalam televisi ini masih menyala, kenapa pagi ini mendadak rusak?"Gerutu Pak Sugiono sambil menggaruk kepalanya.
Di saat yang bersamaan, Bu Sri sudah menyelesaikan tugasnya memasak di dapur dan semua masakan sudah siap tersaji di meja makan tak lupa lengkap dengan buah-buahan.
Ketika ia hendak memanggil suaminya karena makanan sudah siap, tetiba ia mendengar rintihan suara minta tolong.
"Bu tolong saya bu," suaraku terngiang jelas di telinga Bu Sri.
"Suara siapa itu ya?" Bu Sri tampak celingak-celinguk mencari arah sumber suara minta tolong di siang bolong.
Namun, ia tak mendapati seseorang pun di sana dan akhirnya dia pun mengabaikan suara itu. Bu Sri pun lantas mencoba menghampiri Pak Sugiono di depan ruang tamu.
Di sana, ia justru mendapati sang suaminya tengah mengutak atik televisi.
"Kenapa televisinya diutak-atik Pak?" Tanyanya.
"Ini bu, tadi bapak pengin menonton televisi, namun saat mau dinyalakan justru tidak mau menyala. Apa mungkin rusak ya?" Ia justru balik bertanya.
"Kalau rusak mendadak kayanya nggak mungkin sih Pak. Soalnya semalam saja kita habis menonton kan!" Kata Bu Sri keheranan.
"Nah itulah Bu, bapak juga tadinya bingung kenapa televisi ini bisa tiba-tiba saja rusak," kata Pak Sugiono.
Bak tiada angin tiada hujan, saat mereka tengah kebingungan, tetiba televisi itu menyala sendiri. Hal ini pun sontak membuat Bu Sri dan Pak Sugiono saling bertatapan.
Kejadian aneh pun seolah kembali terulang, bahkan di waktu siang hari arwah penghuni rumah itu berani mengusik keluarga mereka.
Pada akhirnya, Pak Sugiono pun menceritakan mimpinya semalam kepada Bu Sri.
"Bu, bapak ingin cerita. Semalam bapak mimpi buruk dan menyeramkan sekali soal rumah ini," ucapnya dengan nada lirih.
"Mimpi buruk apa Pak? Ada apa dengan rumah ini?" Rentetan pertanyaan yang dilontarkan oleh Bu Sri.
"Begini bu, semalam bapak mimpi kalau rumah ini ternyata dulu bekas ditinggali oleh suami istri yang meninggal karena bunuh diri," kata Pak Sugiono.
"Apa Pak?!" Bu Sri langsung kaget mendengar pernyataan dari Pak Sugiono.
"Benar Bu, sepertinya penghuni rumah ini ingin memberitahu tentang kematian mereka lewat mimpi," kata Pak Sugiono.
"Mungkin saja Pak, pantesan tadi saat ibu di dapur dengar suara wanita minta tolong. Jangan-jangan itu arwah mereka Pak?" Ucap Bu Sri.
"Jadi ibu juga dengar suara minta tolong sama seperti bapak. Asal ibu tahu saja, suara minta tolong itu sebenarnya datangnya dari arah pohon jati di belakang rumah kita," tutur Pak Sugiono mencoba menjelaskan.
"Iya Pak. Oh, jadi arwah mereka bersemayam di pohon jati itu. Bagaimana kalau kita tebang saja Pak?" Saran Bu Sri.
"Tapi kalau ditebang apa mereka tidak akan marah sama kita?" Pak Sugiono balik bertanya.
"Iya juga sih Pak, mungkin kita butuh bantuan orang pintar saja gimana?" Kata Bu Sri kembali.
"Ide bagus Bu. Besok bapak mau minta tolong ke tetangga kita cari tahu tentang orang pintar di kota ini. Semoga dengan begitu arwah mereka bisa lebih tenang kembali ke alamnya," ucap Pak Sugiono.
"Baik Pak, ibu nurut saja apa kata Bapak. Oh ya, kita juga sebaiknya jangan menceritakan hal ini kepada anak-anak dulu takutnya mereka minta pindah rumah," ucap Bu Sri.
"Benar juga Bu, takutnya kalau sampai anak-anak tahu yang ada mereka tidak betah dan meminta pergi dari rumah ini. Padahal bapak sendiri masih belum dapat kerjaan yang baru," ucapnya dengan nada sedih.
"Iya Pak, sebisa mungkin harus menjaga rahasia ini dan semoga arwah mereka tidak mengusik anak-anak kita, cukup kita berdua saja," ujar Bu Sri lagi.
Tok...tok...tok....
Terdengar suara pintu rumah ada yang mengetuk. Mereka pun lantas menghentikan obrolan dan langsung membukakan pintu.
Rupanya hari itu ada seorang tetangga yang ingin bertamu di rumah mereka. Seorang ibu yang usianya tidak jauh berbeda dengan ibu Sri dan nampak membawa kantung plastik berwarna hitam.
"Selamat siang Pak Bu, maaf saya ingin bertamu. Saya dengar dari tetangga kalian baru saja pindah dari Jakarta," kata ibu itu tersenyum sambil menyodorkan kantung plastik yang dibawa.
"Duh apa ini bu? Nggak usah repot-repot," kata Bu Sri sambil menerimanya.
"Isinya cuma buah mangga kok bu, tadi habis petik di rumah sendiri dan kebetulan sudah pada matang," lanjut ibu itu.
"Sini Bu, masuk!" Perintah Bu Sri
Tetangga yang datang bertamu itupun lantas duduk di ruang tamu dan kemudian memperkenalkan diri kepada Bu Sri.
"Oh ya kalau tidak salah, tadi saya belum memperkenalkan diri. Nama saya bu Ratna, rumah saya ada di barisan depan rumah Bu Sri," ucapnya lagi.
"Masih dekat ya Bu dengan rumah saya. Mohon maaf saya belum sempat bertamu kemana-mana karena kemarin saat sampai di rumah ini harus beres-beres dulu," kata Bu Sri menjelaskan.
"Ah tidak masalah kok bu. Kalau mau main ke tempat saya kapan-kapan silakan saja. Pintu rumah saya terbuka lebar kok buat ibu sama Bapak," kata Bu Ratna sambil tersenyum.
"Oh ya mau minum apa bu?" Tanya Bu Sri.
"Duh, merepotkan nih. Nggak usah deh bu. Saya ke sini cuma sebentar kok karena harus jemput anak saya yang masih SD," ucapnya lagi.
"Anak ibu sekolah di mana? Kebetulan anak kami yang bontot juga masih SD kelas 5 dan dia sekolah di SD 2 yang dekat kantor Kecamatan itu," tutur Bu Sri.
"Wah ternyata anak kita sama ya bu. Anak saya juga masih kelas 5 SD atau mungkin mereka satu kelas," tambah Bu Ratna.
"Bisa jadi bu, tetapi anak saya baru masuk di sekolah baru ini pertama kali, mungkin dia masih belum kenal dengan siapa-siapa," kata Bu Sri kembali.
"Oh begitu, kan nanti bisa disuruh kenalan saja dengan anak saya dan mereka jadi bisa main bareng," ujar Bu Ratna kegirangan.
"Baik bu nanti saya tanyakan dengan anak saya itu siapa tahu mereka satu kelas," Bu Sri pun tak kalah bahagianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments