Bab 3

Pak Sugiono tiba-tiba teringat dengan apa kata orang yang mengatakan bahwa pohon jati biasanya suka dihuni oleh makhluk halus.

Alhasil dia pun berpikir mungkin saja orang yang meninggal di rumah ini arwahnya berkeliaran di pohon jati itu.

Terlebih lagi mereka meninggal secara tidak wajar, mungkin saja arwah mereka belum tenang. Jika mengingat mimpi buruk yang dialami olehnya barusan, mereka juga masih punya beban hutang piutang dengan orang lain.

Pak Sugiono lantas menghela napas panjang dan perlahan pergi meninggalkan pohon jati itu. Namun, saat ia hendak berbalik suara minta tolong itu terdengar lagi dan ia seolah ingin mengatakan sesuatu kepada Pak Sugiono.

Pak Sugiono yang mendengar suara itu jelas di telinganya pun langsung lari terbirit-birit masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya rapat-rapatnya.

Sambil menghela napas panjang, Pak Sugiono pun memutuskan untuk kembali ke kamar tidurnya, menarik sarung dan mencoba untuk memejamkan matanya.

Ia tetap berusaha untuk menutup matanya agar bisa tidur nyenyak dan melupakan semua yang terjadi. Sementara istrinya Bu Sri masih tertidur pulas dan tak tahu-menahu kalau suaminya mengalami mimpi buruk hingga mendapat teror suara minta tolong dari pohon jati yang ada di pekarangan rumah.

Sungguh malang nasib keluarga Pak Sugiono dan Bu Sri harus tinggal di sebuah rumah yang ternyata tidak kosong alias ada penghuni di dalamnya. Apalagi penghuninya terdahulu mengalami kejadian tragis dan meninggal dunia dengan cara yang menyedihkan.

***

Keesokan harinya ayam jantan berkokok sangat keras pagi buta dan membangunkan Bu Sri yang harus bersiap-siap membuat sarapan pagi untuk ketiga anaknya tercinta.

Sementara Pak Sugiono masih meringkuk di tempat tidur akibat dirinya semalaman tidak bisa tidur nyenyak. Bu Sri sibuk di dapur memasak nasi goreng dan membuat telor ceplok untuk menu sarapan pagi hari ini.

Memang, Bu Sri adalah sosok istri yang pandai memasak dan bisa menyenangkan hati suami dan mampu merawat semua anak-anaknya dengan baik.

Maka tak heran, jika Pak Sugiono meminang Bu Sri sebagai istrinya dan ia rupanya sudah jatuh hati kepada Bu Sri sejak masih duduk di bangku SMA. Bisa dikatakan kalau Bu Sri adalah cinta pertama yang mampu membuat hatinya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ketiga anaknya pun tampak sudah bangun dari tidurnya dan langsung melakukan aktivitas di kamar mandi serta berganti pakaian dengan seragam sekolahnya masing-masing.

Riko yang duduk di bangku SMA mengenakan seragam putih abu-abu, sedangkan Nana yang masih duduk di bangku SMP berseragam biru putih dan Sari anak bontot yang masih duduk di bangku SD memakai baju warna merah putih.

Setelah ketiga anaknya selesai melakukan aktivitas dan sudah berganti pakaian. Kini mereka berkumpul di meja makan dan bersiap untuk sarapan pagi karena Bu Sri sudah menyiapkan menu nasi goreng dan telor ceplok yang lezat di meja makan.

"Makan dulu ya anak-anak. Setelah itu kalian baru berangkat ke sekolah?!" Perintah Bu Sri kepada ketiga anak mereka.

"Iya bu," jawab mereka kompak.

Ketiga anak mereka pun langsung menyantap habis menu nasi goreng yang telah disiapkan oleh ibunya hingga habis tak bersisa di piring.

Setelah selesai sarapan pagi, mereka pun bergegas berpamitan kepada kedua orangtuanya.

"Kami berangkat dulu ke sekolah ya Pak Bu," kata Sari, Nana, dan Riko secara bergantian.

"Iya Nak, hati-hati di jalan kalian bertiga. Semoga di sekolah yang baru ini kalian bisa belajar dengan semangat dan betah ya," pesan Bu Sri.

Usai berpamitan dengan kedua orangtuanya. Ketiganya pun langsung menuju ke sekolah mereka masing-masing yang jaraknya tidak jauh berbeda. Riko dan Nana kebetulan berada di satu sekolah yang sama hanya mereka berbeda tingkatan, sedangkan Nana bersekolah di sebuah Sekolah Dasar yang jaraknya lebih dekat dengan rumah mereka.

Maklum, Nana yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 5 tentu belum berani untuk pergi ke sekolah yang jaraknya lebih jauh dari rumah mereka.

Sementara itu, Bu Sri dan Pak Sugiono sekarang tinggal berdua saja di rumah mereka. Hari ini Bu Sri kebetulan berniatan ingin pergi ke pasar yang ada di kota itu. Kebetulan jarak pasar dari rumah pun bisa dijangkau dengan hanya berjalan kaki saja.

"Pak, ibu pergi ke pasar dulu ya?" Kata Bu Sri berpamitan kepada suaminya.

"Mau Bapak anter atau tidak Bu?" Tawaran dari Pak Sugiono.

"Tidak perlu Pak, ibu jalan kaki saja. Hitung-hitung sekalian olahraga biar sehat," jawab Bu Sri.

"Baiklah bu, tapi pulangnya jangan lama-lama ya?" Pesan Pak Sugiono.

"Memangnya kenapa Pak? Bapak takut ya di rumah sendirian?" Ucap Bu Sri sambil tersenyum.

"Enggak sih bu. Soalnya ada yang mau bapak ceritakan, mumpung masih siang bolong," kata Pak Sugiono seolah menjelaskan.

"Cerita apa sih Pak. Kok aku penasaran?" Wajah Bu Sri berubah sedikit pucat.

"Ah, nanti saja bu, kalau sudah pulang dari pasar," kata Pak Sugiono.

"Baiklah Pak. Ibu berangkat ke pasar dulu ya," Bu Sri pun langsung melenggang pergi.

Saat perjalanan di pasar, bu Sri pun teringat dengan omongan suaminya. Dia pun merasa penasaran kiranya hal apa yang ingin ia bicarakan. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan kejadian aneh yang menimpa mereka saat baru pertama kali menempati rumah sederhana itu.

Berjalan kaki kurang lebih memakan waktu 20 menit, Bu Sri sampai di pasar tradisional. Kondisi pasar saat itu tidak begitu ramai, mungkin karena masih agak pagi.

Pertama kali, ia pergi ke penjual ayam karena ingin memasak ayam goreng kesukaan anak-anak. Setelah itu, dia lalu pergi menuju ke penjual sayur untuk membeli sayur asem dan cocok dimakan dengan ayam goreng. Tidak lupa Bu Sri pun membeli buah-buahan seperti apel dan jeruk.

Kantung belanjaan Bu Sri yang tadinya kosong kini sudah terisi penuh dengan barang belanjaan dan ia pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah sekaligus harus memasak menu makan siang.

Sesampainya di rumah, Bu Sri langsung disambut oleh Pak Sugiono dan ia pun lantas meletakkan semua barang belanjaannya di dapur.

Sebelum memulai untuk memasak, Bu Sri lantas menemui suaminya menanyakan perihal hal penting yang ingin ia bicarakan sebelum tadi dirinya berangkat ke pasar.

"Pak tadi sampeyan mau ngomong apa sebelum aku pergi ke pasar?" Tanyanya.

"Nanti aja deh bu, kalau ibu sudah selesai masak. Bapak takut nanti ibu nggak berani masak setelah mendengar cerita dari bapak," jawabnya.

"Baiklah kalau begitu Pak. Ibu mau memasak dulu sebelum nanti anak-anak pulang dari sekolah," Sri lantas meninggalkan suaminya yang sedang duduk di teras depan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!