Bab 2

Pak Sugiono pun mengambil kain kafan yang tiba-tiba muncul kembali, padahal dia sudah menguburnya.

Baru satu hari keluarga mereka tinggal di rumah itu kejadian aneh langsung muncul berdatangan seolah tiada henti.

Dengan wajah tertunduk lesu dan sedikit pucat, Pak Sugiono terpaksa harus membuang kain kafan yang ia temukan di tempat pembuangan sampah.

Dirinya berharap agar esok hari petugas sampah mengangkut kain kafan itu dan dibuang ke tempat yang jauh dari rumahnya.

"Maaf, aku harus membuang kamu di sini," ucap Pak Sugiono dalam hati.

Setelah membuang kain kafan itu, Pak Sugiono kembali masuk ke dalam rumah dan lantas mematikan televisi yang masih menyala.

Sementara Bu Sri memilih untuk masuk ke dalam kamar dan istirahat sebab hari semakin larut.

Esok pagi, dia harus bersiap untuk bangun pagi dan menyiapkan sarapan pagi untuk ketiga anaknya yang harus berangkat ke sekolah. Tak selang berapa lama, Pak Sugiono pun masuk ke dalam kamar untuk menemui istrinya.

"Bagaimana Pak, kain kafannya sudah dibuang ke tong sampah?" Tanya Sri.

"Sudah bu, besok kan petugas sampah akan mengambilnya, jadi kain kafan itu pasti dibuang jauh ke tempat pembuangan sampah yang lebih besar," jawab Sugiono.

"Benar pak. Semoga dia tak akan kembali lagi ke rumah ini, tapi kalau sampai kain itu ada di sini lagi sepertinya itu bukan ulah manusia," tutur Sri.

"Ya sudah bu, lebih baik kita berdoa saja dan sekarang istirahat karena besok anak-anak berangkat di sekolah yang baru," kata Sugiono menambahkan.

Sri dan Sugiono lantas tertidur lelap di kamar tidur dan jam dinding sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB.

Suasana malam hari di rumah itu memang sangat sunyi senyap, apalagi sudah larut malam seperti itu dan sudah jarang orang yang berlalu-lalang.

Palingan yang terdengar hanyalah suara jangkrik atau katak di pekarangan rumah.

Sekitar 2 jam dalam tidur lelapnya, Pak Sugiono bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat kejadian yang cukup menyeramkan terjadi dalam rumah yang sekarang ini mereka tinggali.

Dia menyaksikan ada sepasang suami istri yang meninggal dengan tragis alias bunuh diri di dapur dengan kepala terikat oleh tali.

Sebelum suami istri itu meninggal ternyata rumah mereka sempat didatangi oleh dua laki-laki yang bertubuh kekar. Jika dilihat mereka seperti seorang debt collector atau penagih hutang.

Tampak dua laki-laki itu mengobrak-abrik beberapa barang seperti kursi hingga jatuh berserakan. Sang wanita tampak menangis dan memohon agar mereka tidak melakukan hal itu.

"Tolong jangan lakukan ini Pak, saya dan suami saya berjanji akan melunasi hutang kepada bos Anda, mohon beri kamu waktu 1 bulan lagi," ucapnya memelas.

"Tidak bisa! Sudah berapa kali kalian berjanji untuk melunasi namun tetap saja ingkar. Apa kalian tahu kalau bos kami ini sudah marah besar!" Teriak laki-laki yang memakai jaket berwarna hitam.

Sementara itu, suaminya justru hanya bisa pasrah dan menyaksikan barang-barang di rumah mereka hancur lebur.

Setelah puas melakukan hal itu, mereka pun lantas pergi meninggalkan rumah mereka seolah tanpa bersalah.

Kini tinggallah suami istri itu dengan kondisi rumah yang berantakan. Tak hentinya air mata sang istri menetes karena rumah yang mereka huni dan perabotan yang dibeli dengan susah payah harus rusak akibat perbuatan tangan dua laki-laki itu.

"Gimana ini Pak?" Tanya wanita itu sambil menangis dan bersimpuh di lantai.

"Bapak nggak tahu bu. Kita nggak mungkin bisa melunasi hutang sebanyak itu esok hari. Mau cari uang dari mana?"

"Jangankan bapak, ibu saja bingung mau mencari uang dari mana lagi," ucapnya risau.

Keduanya pun saling diam dan memandang satu sama lain.

"Bu, bapak merasa sudah pasrah dan ingin menyerah saja. Bapak ada ide bagaimana kalau kita mengakhiri hidup saja?" Ucapnya.

"Sadarlah Pak. Jangan mengambil jalan pintas seperti itu. Kita bisa cari solusi lain," katanya mencoba menenangkan suaminya.

"Nggak ada jalan lain bu selain ini. Pokoknya kita harus mati saja. Ibu harus menurut dengan bapak!" Perintahnya.

Suami itu lantas memaksa istrinya untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.

Adegan mengerikan yang disaksikan oleh Pak Sugiono dalam mimpi seketika membangunkan dirinya dari tidur lelapnya.

"Astaghfirullah, mimpi apa aku?" Gumamnya dalam hati.

Sambil mengusap wajahnya, Pak Sugiono kemudian terbangun dan melongok jam dinding di atas kamar tidurnya.

"Oh masih jam 2.00 WIB malam,"

Gara-gara mimpi yang mengerikan, Pak Sugiono jadi tidak bisa tidur dan ia takut jika matanya kembali terpejam mimpi buruk itu akan terulang kembali. Ia pun lantas beranjak bangun dari tempat tidurnya dan pergi keluar dari kamar diam-diam tanpa bersuara agar istrinya tidak bangun.

Pak Sugiono kemudian pergi ke ruang tamu dan menyulut sebatang rokok untuk menemaninya di malam yang sepi itu. Sepintas, Pak Sugiono berbicara pada dirinya sendiri dan mencoba mengaitkan mimpi buruk yang dia alami dengan kejadian kain kafan yang ada di dapur itu.

"Mungkinkah kain kafan itu adalah kain yang dipakai oleh suami istri untuk menjerat leher mereka?" Pikirnya dalam hati.

Meski masih dibalut rasa takut, namun hatinya cukup merasa tenang karena lewat mimpi seolah ia mendapatkan jawaban dari teror yang dialaminya saat tinggal di rumah ini.

"Apakah mungkin arwah mereka masih gentayangan di rumah ini? Apalagi cara mereka meninggal itu tergolong tidak wajar" pikir Pak Sugiono lagi.

Ia pun kembali menghisap rokoknya sambil memikirkan mimpi yang sungguh di luar nalar. Pak Sugiono tampak melamun dan di saat yang bersamaan tiba-tiba ia mendengar suara minta tolong.

"Tolong saya Pak, saya nggak mau mati. Suami saya yang memaksa saya untuk ikut mati dengannya," rintihan suara itu terdengar samar-samar di telinga.

Pak Sugiono yang mendengar suara minta tolong itupun langsung terperanjat dan mencoba mencari dimana sumber suara itu berasal.

Dengan penuh keberanian, Pak Sugiono keluar dari rumahnya dan mencari dari mana arah sumber suara itu yang semakin lama terdengar jelas.

Kemudian, dia mencoba berjalan hingga menuju ke arah pekarangan belakang rumah dan di sana ia melihat ada sebuah pohon jati yang cukup besar. Benar juga, suara minta tolong itu berasal dari pohon jati yang tumbuh di belakang rumah itu.

Perlahan, Pak Sugiono mendekati pohon jati namun tiba-tiba suara minta tolong itu langsung menghilang bak ditelan bumi.

Bulu tengkuk Pak Sugiono pun langsung berdiri setelah ia mendekati pohon jati yang berukuran cukup besar dengan daun yang cukup banyak.

"Apa jangan-jangan arwah mereka bersemayam di pohon jati ini?" Gumam Pak Sugiono.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Makanya kalo blm ckup secara finansial, jgn nikah dulu. Ujungnya utang sana sini, lalu bunuh diri. Bny di dunia nyata kaya gini nih, dah tau susah pny anak banyak bgt, utang numpuk. Kalo kiranya ga sanggup bayar, jgn berhutang. Ngutang ko niatnya ga mau byr

2025-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!