Bangkrut

Stella melangkahkan kakinya masuk kedalam rumahnya,ia melihat orang tuanya dengan membawa dua koper besar.

"Ayah sama bunda mau kemana? Kok bawa koper?" Tanya stella heran.

Reza mendekati anak semata wayangnya,dia mengusap kepala Stella. Stella menatap ayah dan bundanya bingung.

Reza menghela nafas,lauren mengelus bahu suaminya dan menganggukan kepalanya." Queen,kita harus pergi dari sini. Sekarang rumah ini bukan punya kita lagi."

Stella membulatkan matanya," maksud ayah apa?"

"Perusahaan ayah bangkrut,salah satu karyawan ayah korupsi dan membawa kabur uang perusahaan. Ayah terpaksa menjual semuat aset untuk melunasi hutang,termasuk rumah ini."

Stella menggeleng tak terima,"ja-jadi mak-sud a-ayah,rumah ini udah dijual dan kita jatuh miskin."

Lauren mengelus kepala Stella yang terisak menenangkannya." Kamu yang sabar sayang,ini ujian yang kita hadapi. Kita pasti mendapatkan semuanya kembali."

Stella hanya mampu menangis menerima kenyataan ini. Reza memeluk kedua perempuan yang dia cintai itu.

"Kita harus pergi dari sini,bi surti udah mengemasi barang-barang kamu."

Stella menatap rumah yang akan dia tinggalkan. Rumah ini banyak meninggalkan kenangan. Reza sudah membangun rumah ini sejak pertama menikah dengan lauren.

Lalu lauren menuntun Stella untuk masuk ketaksi,dan perlahan taksi itu menjauh dari perkarangan.

...#####...

"Kenan. Sini kamu." Kenan baru saja memasuki kamarnya tetapi berhenti mendengar suara papanya yang sedang duduk diruang keluarga.

"Loh. Papa udah pulang dari australi. Katanya dua hari lagi." Kenan menjatuhkan bokongnya disofa yang bersebrangan dengan raymond tanpa memperdulikan tatapan tajam raymond.

"Iya,papa pulang karena dengar kabar anak laki-laki papa satu-satunya membuat masalah."

"Aku sudah duga." Kenan sudah menduga apa yang papanya katakan. Papanya selalu tau apa yang dia lakukan karena dia selalu memasang mata-mata untuk mengawasi kenan.

Raymond menghela nafasnya,"papa tau maksud kamu,tapi cara kamu salah."

"Aku tau,tapi aku ngak ada pilihan lain. Tolong ngertiin aku."

Yasmin meletakkan dua cangkir teh hangat dan beberapa cemilan diatas meja lalu duduk disebelah Raymond.

"Mamah tau maksud kamu baik. Tapi kamu yakin dia akan tetap mau sama kamu."

"Harus mau. Kalau ngak mau bakal Kenan paksa kalau perlu diancam sekalian." Yasmin menggelengkan kepalanya menghadapi sifat kenan.

"Itu yang membuat dia tambah jauh."

"Sayang. Anak keras kepala seperti dia,gak akan bisa dibilangin. Mendingan kamu diam aja,biarin dia ngelakuin apa yang dia mau asal gak ngerugiin." Raymond mengecup pipi istrinya.

"keturunan dari kamu kali. Makanya sifatnya sama"

Raymond merengut kesal."ya beda lah sayang kalau dia nggak tegas. Plin-plan." Ucap Raymond membandingkan.

"Dari pada papah. Mesum."

"Kalau papah ngak mesum,kamu ngak akan ada.awh." Raymond mengaduh ketika Yasmin mencubit perutnya.

"Kamu udah mulai berani yah. Mau aku hukum." Raymond menatap yasmin tajam,bukannya takut yasmin malah membalas tatapannya.

"Hukum aja,malam ini kamu tidur diluar aku nggak mau tidur sama kamu." Yasmin beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.

Kenan menatap papahnya yang seperti putus asa dan tersenyum mengejek." Makanya pah,jangan suka menghakimi anak sendiri. Kan kasian nggak dapet jatah."

Kenan dengan cepat kabur dari sana melihat Raymond bersiap melemparkan anaknya dengan vas bunga.

"Awas yah kamu. Papah potong uang jajan kamu."

"Biarin. Kenan bisa minta sama opa. Wlek." Kenan berbalik dan mencibir ke arah Raymond.

Raymond berlari mengejar yasmin."sayang aku nggak mau tidur di luar. Sayang buka pintunya. Yasmin,kamu berani yah." Raymond terus menggedor-gedor pintu kamar. Pelayan disana tertawa melihat tingkah majikannya,diluar kelihatan saja dingin.

"Ngapain kalian berdiri disitu,pergi kerja sana. Mau saya pecat."

Semua pelayan langsung pergi dari sana takut mendapat amukan dari sang singa.

...#####...

Stella menatap rumah barunya. Rumah yang sederhana tidak seperti rumahnya yang dulu sekarang tidak ada lagi yang namanya kemewahan.

"Sayang yuk masuk,kok diam aja." Lauren menuntun anaknya. Reza mengambil koper dan membawanya masuk.

"Ini rumah baru kita. Yah meskipun kecil tapi kita harus bersyukur karena masih mempunyai tempat tinggal. Sedangkan orang-orang diluar sana banyak yang tidak memiliki tempat tinggal." Reza menasehati putrinya.

Stella mengangguk lemah,"terus kamar aku dimana?"

"Kamar kamu disana." Reza menunjuk kamar yang terletak dipojok.

Stella mesuk kedalam kamarnya.

"Kecil banget. Ini mah seukuran kamar mandi gue dulu. Aaaa dosa apa sih gue,kenapa akhir-akhir ini banyak banget sih masalah.iiish." Stella melemparkan tubuhnya ke kasur.

Stella meringis ngilu,"Awh,ini kasur apa dinding sih keras amat. Aaa punggung gue sakit hiks." Isak stella.

Mendengar ada keributan Reza dan Lauren buru-buru pergi kekamar stella,takut terjadi apa-apa sama stella.

"Queen kamu kenapa? Kok nangis." Stella bengkit dan memeluk ayahnya.

"Ayah. Queen ngak mau tinggal disini. Kasurnya kasar ayah,punggung queen sakit." Rengek Stella.

"Queen,itu karena kamu ngak terbiasa. Nanti kalo udah biasa pasti nyaman kok. Ayah akan cari kerja,ayah pastikan kita akan tinggal lagi dirumah kita yang lama. Ayah janji,yang penting kamu sabar yah." Stella mendongak melihat ayahnya dengan mesih dipelukannya.

"Janji yah. Kalau kita ngak akan lama tinggal disini." Stella mengangkat jari kelingking,reza menautkan jari kelingkingnya dengan stella.

"Janji."

Lalu mereka tertawa bersama. Seperti inilah keluarga yang reza inginkan,selalu ada disaat suka maupun duka.

"Sekarang kamu bersih-bersih,setelah itu makan. Kamu belum makankan? Bunda mau masak. Mau dimasakin apa?"

"Ayam goreng." Reza dan Stella serentak menyebutkan makanan kesukaan mereka. Lauren menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Yaudah bunda sama ayah keluar dulu yah."

"Iya. Yah,bun."

Stella menutup pintu kamar setelah Reza dan lauren keluar.

Stella menghembuskan nafasnya,"Stella lo harus semangat. Lo pasti bisa." Stella mengepalkan kedua tangannya dan menyemangati dirinya sendiri untuk menjalani hari-hari kedepannya.

...#####...

"Sudah sampe." Axel memberhentikan mobilnya. Alexa menatap axel kesal.

"Kok diam aja?. Hm gue tau lo mau lama-lama yah sama gue?." Axel tersenyum menggoda.

"Siapa juga yang mau lama-lama,gue malah eneg sama lo." Alexa mengerucutkan bibirnya.

"Yah terus kenapa lo ngak keluar,kita udah lebih dari 10 menit disini. Tu bibirnya kenapa kayak gitu. Ngode gue ya?."

"Apaasih. Gue tuh lagi kesel sama lo. Lo seenaknya aja nyulik gue."

"Gue ngak nyulik,gue minjam lo. Gue udah izin sama abang lo." Alexa memukul kepala axel dengan tasnya.

"Lo pikir gue barang."

Ting

Alexa melirik hp axel yang berbunyi

Pacar ke-5

axel dengan cepat menghalanginya.

"Buat apa lo tutupin gue juga udah liat kok." Axel cengengesan gak jelas.

"Kayaknya lo ada urusan,gue pergi aja bye." Alexa keluar dari mobil dan menutup pintunya kasar. Alexa masuk kedalam rumah dengan menghentakkan kakinya kesal.

"Kalo udah playboy tetep aja playboy. Ngak pernah berubah. Ish nyebelin banget sih." Alexa terus saja mengomel.

Alexa mengerinyit bingung ketika melihat orang yang pada sibuk.

"Ini ada apa ya?"

"Eh sayang kamu sudah pulang." Alexa menyalimi mamanya.

"Mah ini ada apa sih,kok rame banget?"

"Nanti kamu juga tau sendiri. Mendingan sekarang kamu masuk kekamar mandi terus kita makan malam. Kita ada tamu spesial." Jelas citra,mama alexa.

Alexa hanya menurut. Alexa menutup pintu kamarnya.

"Siapa ya,tamu spesial. Emang ada ya yang lebih spesial dari gue. Au ah mendingan gue mandi deh. Gerah banget."

Alexa bersiap-siap. Alexa memoleskan bedak kewajahnya,dan lip balm.

"Alexa,alexa. Lo tuh memang cantik yah." Alexa tersenyum dan bergaya-gaya seperti model.

Alexa memudarkan senyumnya,"tapi ngapain yah gue dandan cantik-cantik segala. Ini kan hanya makan malam. Tapi kan gue emang cantik,jadi nggak dandan pun tetap cantik."

"Iya-iya,kamu cantik. Tapi udah dong. Tamu nya udah dateng tuh. Ayo turun." Ucap citra.

Lalu mereka turun kebawah,di meja makan sudah ada ayah dan kakaknya sama satu orang gadis yang membelakanginya.

Alexa terdiam kaku ketika gadis itu berbalik dan tersenyum kearahnya. Lebih tepatnya menyeringai.

"Alexa,ini marsya sepupu kamu. Marsya ini alexa. Kalian masih ingatkan."

"Masih lah tante,ngak mungkin aku melupakannya." Marsya memeluk alexa dan berbisik.

"Gue kembali."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!