Sepupuku Suamiku.

Sepupuku Suamiku.

Bab 1.

Sah.

Sah.

Sah.

Kata sah kompak terucap dari mulut penghulu dan saksi pernikahan serta warga yang hadir di kantor desa setelah Mahardika melafazkan ijab qobul. Tak ada pesta ataupun sekedar perayaan, semua berlangsung cepat bahkan terkesan terburu-buru akibat desakan dari warga yang menganggap Mahardika dan Za telah melakukan tindakan tak senonoh dan mengotori kampung mereka, padahal faktanya Mahardika dan Za hanya ketiduran di mobil saat menunggu hujan reda. Ya, malam itu situasi tidak memungkinkan jika terus melanjutkan perjalanan sehingga Mahardika memutuskan menepikan mobilnya sejenak, tapi siapa sangka mereka justru ketiduran di saat menunggu hujan reda. Mungkin karena posisi mereka yang terlihat oleh warga tengah berpelukan sehingga tudingan tersebut dialamatkan kepada keduanya. Meskipun Mahardika dan juga Za telah menjelaskan kejadian yang sebenarnya, baik kades dan juga warga setempat menolak percaya dan memaksa mereka untuk dinikahkan.

Pernikahannya laksana mimpi buruk bagi seorang Zaliva Andira. Ingin rasanya Za segera bangun dari mimpi buruknya, akan tetapi semua itu tidak akan pernah terjadi sebab ini bukanlah mimpi melainkan kenyataan. Kini Za telah resmi berstatus istri dari saudara sepupunya sendiri, pria yang dijulukinya pria buaya darat.

Jujur, baik mama Thalia dan juga Mama Riri tak tega melihat Za menikah dengan cara seperti ini, mengingat seorang gadis pasti memimpikan pernikahan bahagia, bukannya menikah dalam kondisi memprihatikan seperti ini.

Mama Thalia mengusap jejak air mata di pipi putrinya. "Za jangan bersedih, mama dan papa pasti akan melangsungkan pesta resepsi untuk pernikahan Za dan Dika."

"Tidak perlu, mah." tolak Zaliva dengan wajah lemas tak bersemangat.

Mahardika yang duduk berdampingan dengan Za hanya bisa menghela napas melihat ekspresi saudari sepupu yang kini sudah sah menjadi istrinya tersebut.

Sebagai sesama wanita tentunya mama Thalia dan juga mama Riri mengerti betul bagaimana perasaan Za saat ini hingga kedua wanita paruh baya tersebut memutuskan untuk tak lagi banyak bicara.

Setelah semua urusan di tempat itu selesai, mereka pun berpamitan pada pak kades.

"Kamu mau kemana, Za?." Tanya papa Rasya dengan dahi berkerut ketika putrinya itu hendak masuk ke mobilnya.

"Mau pulang memangnya mau kemana lagi, pah." masih dengan tubuh lemas tak bersemangat Za menjawab.

"Maksud papah, kenapa kamu malah naik ke mobil papah bukannya ke mobil Dika?." papa Rasya memperjelas maksud ucapannya.

Za yang terlihat seperti orang bingung tersebut lantas menoleh pada abangnya, berharap Faras bisa sedikit melontarkan pembelaan untuk dirinya. Tapi sayangnya, Abangnya itu hanya diam saja. Ya, Faras diam saja karena menghargai ayahnya, jika ia bersuara demi membela adiknya tentu sama artinya ia telah meremehkan ayahnya, begitu pikir Faras, sehingga suami Inara tersebut memilih diam saja.

Sorot mata Za saat menatapnya mampu membuat hati Faras berdenyut nyeri. Maafkan Abang, Za, kalimat tersebut hanya terucap dalam hati Faras.

Mau tak mau Za pun akhirnya masuk ke mobil Mahardika.

Di sepanjang perjalanan tak ada obrolan apapun di antara Mahardika dan Za, keduanya sama-sama diam hingga mobil yang dikemudikan Mahardika tiba di kediaman papa Rasya. Za yang turun dari mobil Mahardika itupun langsung berlalu menuju kamarnya. Inara dan Zi yang melihat Za berlalu menuju kamarnya, segera menyusul.

Zi tidak dapat membendung air matanya ketika melihat saudari kembarnya duduk meringkuk di samping tempat tidur sambil memeluk kedua lututnya, Za terisak dalam tangis.

"Kak...." Zi mengayunkan langkah mendekati saudari kembarnya itu kemudian merengkuh tubuh Za. Inara turut menyusul langkah Zi mendekat pada Za.

Baik Zi maupun Inara sama-sama diam, tak seorangpun dari mereka yang mencoba melontarkan kalimat-kalimat sok bijak dihadapan Za, mengingat mereka sendiri belum tentu sanggup jika berada di posisi Zaliva saat ini, menikah dalam kondisi memperhatikan seperti ini.

Setelah tangis Za sedikit reda, Zi lantas mengurai pelukannya, mengusap jejak air mata di pipi saudari kembarnya itu.

"Kalian berdua beruntung bisa menikah dengan pria yang mencintai kalian, tidak seperti aku." Ungkap Za dengan tatapan menyedihkan.

Beberapa saat kemudian, Inara dan Zi pamit meninggalkan kamar Za ketika menyadari kedatangan Mahardika. Ya, Mahardika di minta oleh papa Rasya dan juga ayahnya untuk menyusul Za di kamarnya.

Za membulatkan matanya menyadari pergerakan Mahardika menutup pintu kamarnya.

"Tenanglah...! Aku tidak akan berbuat macam-macam, aku hanya ingin bicara berdua denganmu." ujar Mahardika seolah dapat membaca isi hati Zaliva.

Mahardika nampak menghela napas sebelum mulai berbicara.

"Apapun alasannya sampai kita menikah, sekarang kamu sudah menjadi istriku, dan otomatis mulai sekarang kau adalah tanggung jawabku."

"Apa maksudmu?." jangan pikir Za bertanya dengan nada lembut karena faktanya pertanyaan Za terdengar agak ketus, terlebih saat Mahardika mengakui dirinya sebagai istrinya.

"Aku ingin kamu ikut bersamaku kembali ke Jakarta!." Sekalipun Za agak ketus padanya, Mahardika tetap berbicara dengan tenang bahkan terkesan lembut.

"Aku tidak mau ikut bersamamu. Lagipula aku tidak mau tinggal bersama dengan lelaki buaya darat sepertimu." tolak Zaliva dengan nada yang masih terdengar ketus.

"Aku sudah membahas tentang ini pada kedua orang kita dan mereka sudah setuju sehingga kamu tidak punya pilihan lain, selain ikut bersamaku kembali ke jakarta, Za." Sebenarnya Mahardika sangat paham dengan perasaan Za, akan tetapi ia tidak bisa berlama-lama di kota ini sebab pekerjaannya di jakarta sudah menanti. "Satu lagi, kenapa kamu selalu menyebutku lelaki buaya darat?." imbuh Mahardika penasaran.

"Karena faktanya kamu memang lelaki buaya darat yang punya banyak kekasih."

Mahardika menarik sudut bibirnya ke samping mendengar jawaban Za.

"Memangnya kamu tahu dari mana kalau aku punya banyak kekasih, hm?."

"Ck...." Za hanya berdecih pelan tanpa berniat menjawab pertanyaan Mahardika.

Setelahnya, Mahardika pun berlalu meninggalkan kamar Za.

"Enak saja, memangnya siapa juga yang mau ikut dengannya ke jakarta." gerutu Za dengan nada kesal setelah kepergian Mahardika.

Jujur, kalau dari segi fisik, Za tidak dapat memungkiri jika Mahardika memiliki wajah yang tampan dan juga bentuk tubuh yang digandrungi oleh kaum hawa, tapi masalahnya Za tidak pernah membayangkan menikah dengan sepupunya sendiri.

Malam harinya.

Mereka semua telah berkumpul di meja makan guna makan malam bersama, termasuk Mahardika dan juga Za tentunya.

"Layani suami kamu, nak!." mama Thalia menasehati putrinya dengan nada lembut.

"Nggak papa Tante, Dika bisa sendiri kok." Timpal Dika yang tahu betul jika Za enggan melakukannya.

"Tidak bisa begitu Dika, sekarang Za sudah menjadi istri kamu, dan tugas seorang istri melayani suaminya." Papa Rasya ikut bersuara. Sementara papa Okta dan mama Riri memilih diam saja, memaklumi sikap Za, mengingat pernikahan mereka terjadi begitu cepat.

Ingin rasanya Za berteriak sekeras-kerasnya untuk menyatakan bahwa ia tak mau menjadi istri dari pria buaya darat yang duduk di sampingnya itu, namun Za hanya bisa memendam semua itu di dalam hati saja. Dengan berat hati ia mulai melayani Mahardika, mengisi piring dihadapan Dika dengan nasi dan juga lauk.

"Oh iya Za, karena sekarang Dika sudah menjadi suaminya Za maka sebaiknya Za tidak lagi memanggil Dika hanya dengan sebutan nama saja, tidak sopan!." imbuh papa Rasya mengingatkan putrinya.

"Tapi_."

"Zaliva Andira!." Sambar Faras, dan itu mampu membuat Za mengurungkan niatnya untuk menyatakan protesnya.

"Baik, bang." Kalau sudah abangnya yang bersuara, tidak ada pilihan lain selain mengiyakannya.

Mahardika mengulum senyum melihat Za yang begitu patuh pada abangnya, walaupun ia tahu betul jika di dalam hati Za ingin membantah tapi tidak memiliki keberanian.

Selamat datang di kisah Mahardika dan Zaliva...

Btw, bagi yang kurang berkenan dengan cerita yang aku sungguhkan mohon di skip saja, jangan memberikan vote buruk! Mari saling menghargai Antara penulis dan pembaca, sebab mengarang tak semudah membaca!.

Terpopuler

Comments

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

mana tau selama ini ternyata Dika memendam rasa padamu Za,tapi di pendam karena kalian sepupuan...
terlebih mama Thalia dan papa Okta sepupuan juga...

2025-08-03

2

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

akhirnya...
Novel Dika dan Zaliva launching juga...
Biasanya buku baru tuh lebih mengharu biru nih kisahnya...🥰🥰🥰🥰

2025-08-03

0

aleena

aleena

dalam hati za seakan dia sendirian tak ada yg membelanya,,
sedih itu pasti

2025-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!