Shaper's Ripples - Burning Vow

Matanya terbuka melebar dan nafasnya tertarik. Hanya mendapatkan bahwa lantai keras dan dingin berganti dengan seprai keputihan dan ruangan sunyi. Nafasnya beradu kencang dan sengau suaranya memecah keheningan. Ia menoleh lurus dengan perasaan kengerian. Tangannya meraup leher miliknya dan menepuknya berkali-kali.

Perasaan itu begitu jelas. Sensasi dimana lehernya setengah terputus. Sensasi dimana arterinya menyemprotkan cairan darah. Menyita kengeriannya sepenuhnya. Ditambah keheranan karena tidak tahu dimana ia sekarang. Ini bukan kamar kecilnya, bahkan kamar tidurnya. Terlebih ia terpekik saat melihat gaun kurang bahannya. Putri macam apa yang menggenakan baju tidur setipis ini?

Ia menggerakkan kakinya, menyentuhkan tumit penuh kehati-hatian ke marmer dan terkejut. Menarik lagi kaki telanjangnya ke atas. Sebelum kamar lain yang tidak dikenalnya terbuka dan menampakkan seorang pria.

Ia terkesiap dan hampir terjungkal.

“Ada apa denganmu?”

Wanita ini menolak tangan yang akan menyentuhnya, tidak menjawab apapun. Matanya bertentangan dan pikirannya kacau balau. Tangannya menarik kain putih tebal dan menariknya ke atas. Hampir seperti anak kecil yang takut untuk diculik.

Di sisi lain lawan jenisnya berhenti mendekat, merasa bingung akan reaksi yang ditampakkan olehnya. Keduanya menatap dalam keheningan, tidak berbicara apapun. Hingga wanita itu membuka mulutnya, menanyakan pertanyaan lain.

“Bukankah seharusnya aku mati? Mengapa aku malah terbangun disini?”

Lelaki itu tidak menjawab pertanyaan Caroline. Tangannya sedikit bergerak, namun kakinya diam di tempat seperti patung. Rasanya dia seperti terkejut, kaku, dan takut? Dia yang menjaga jarak, beberapa detik kemudian tiba-tiba keluar dari kamar.

Caroline menggaruk kepalanya dan mengernyit. Meraba sekali lagi dan menemukan karet kecil melekat di rambut. Mengamati beberapa saat sebelum menyentuh tempat lainnya. Rambutnya kusut sekali, bahkan sudah ada yang rontok di tangannya saat ia selesai meraba-raba.

Lebih rapuh. Tetapi warna rambutnya sama persis. Tidak ada perbedaan yang begitu besar antara tubuh dulunya dan saat ini.

Dia menyebarkan fokusnya ke segala penjuru. Berbagai benda sama sekali tidak dikenal olehnya. Sampai dia mendongak ke atas, terkejut karena penerangan disini justru datang dari benda bulat kecil, bukan lilin.

Saat ia sibuk dengan pikirannya. Lelaki yang tadinya keluar tergesa-gesa sudah masuk lagi. Di tangannya ada makanan, obat, dan air putih. Dia mengaduk bubur, meniup, dan mengulurkannya pada perempuan itu.

“Lin, makan dahulu sebelum meminum obat.”

Hmm… cukup perhatian. Tunggu, panggilan namanya. Sama.

Segala pikiran buruk dan rencana yang akan ia lakukan hangus saat wangi sari ayam dan daun bawang memasuki hidungnya. Perutnya bergemuruh. Terutama bayangan dimana ia kekurangan makan saat di penjara, semakin membuatnya kelaparan. Dia tidak peduli apakah itu beracun atau tidak, ia hanya ingin makan.

Saat Caroline mengambil suapan pertama, matanya berkaca-kaca. Sudah lama sekali semenjak ia makan layak. Masih hangat, tidak berbau amis, bahkan basi. Tidak ada juga tikus yang berkeliaran dan menggerogoti mangkuk makanannya. Perempuan itu menelannya dengan susah payah.

Laki-laki di hadapannya sudah duduk menyamping. Dia memperhatikan Caroline dalam diam dan mengernyitkan keningnya. “Lin?”

Tidak mendengar panggilannya, Caroline menggerakkan tangan dan memasukkan suapan yang lebih besar ke mulutnya. Dia ketagihan dan tidak bisa berhenti. Sebelum menelannya habis, ia sudah mengambil lagi suapan baru dan memakannya sembarang hingga bawah wajahnya dipenuhi sisa bubur.

Tangannya ditahan dan ia melihat pria pembawa bubur itu, menatapnya tenang. “Pelan-pelan,” katanya. “Masih ada sepanci bubur di dapur, aku akan mengambilkannya lagi jika belum kenyang.”

Caroline melihatnya mengambil tisu dan disapu ke wajahnya. Sentuhannya penuh kehati-hatian sampai ia menyadari bahwa jari si lelaki agak gemetaran. Akhirnya Caroline mengambil tisu di wajahnya dan mengelap lebih bersih. “Tanganmu gemetaran.. aku saja sendiri.”

Setelah masalah tisu itu, Caroline sudah jauh lebih tenang. Makannya tetap lahap, namun tidak lagi seperti orang kelaparan tujuh hari tujuh malam. Ia menambah sampai tiga kali, rasanya dengan makan seperti ini, ia sudah mengobati rasa lapar yang ia alami saat dipenjara di kehidupan dulu. Yang pasti, ia baru berhenti meminta lagi saat perutnya terasa begah.

Sadar sepenuhnya, Caroline mulai penasaran dengan pria di depannya. “Namamu..?”

“Pratama,” jawab lelaki itu dan saat bersamaan menyodorkan tiga biji lonjong. “Dua suplemen dan satu obat. Agar kamu.. pulih lebih cepat.”

Caroline menerimanya dan menelan obat itu dengan air putih. Oke. Jadi dia adalah Pratama. Selesai menelannya, dia bertanya lagi. “Tidak masalah jika kupanggil Pram?”

Pram menggeleng. “Panggil sesukamu.” Selesai merapikan semuanya, ia akan berdiri lagi tetapi ragu. Lalu dia mengajukan pertanyaan berbeda. “Apakah tidak ada pusing? Rasa nyeri?”

“Sedikit pusing..” Ucapannya terhenti karena Pram membetulkan bantal sandarannya. “..agak dingin juga.”

Beberapa detik kemudian, ia mendengar suara aneh dan angin yang menerpa tubuhnya jauh lebih hangat. Caroline tertegun. Apakah angin bisa dikendalikan sejauh itu? Dia kira..

Oke tidak jadi. Pram menambah selimut untuknya. Dia kira akan mendapat tambahan kain atau baju yang lebih tebal atau panjang saja.

“Ada yang lain?” tanyanya lagi tepat setelah memastikan Caroline tidak kedinginan.

Perempuan itu mengeluarkan tangan dan menghembuskan nafas. Agak meringis karena bau aneh dari mulutnya. Kemudian ia baru sadar bahwa badannya juga lengket dengan baju. “Kurasa aku harus membersihkan diri.”

Pratama menatap Caroline sesaat, kemudian mengangguk. "En. Kamar mandi ada disana.” Caroline teringat bahwa pertama melihatnya, lelaki itu keluar dari sana. “Biar kubantu."

Caroline tersentak. "Tidak perlu!" Dia segera menarik tangan dan memeluk dirinya. "Aku bisa sendiri."

Pratama mengangkat satu alisnya, lalu mendesah kecil. Tangannya meletakkan mangkuk ke meja dan tangannya terulur ke Caroline. "Aku bantu sampai ke kamar mandi, takutnya karena baru bangun, langkahmu oleng dan malah jatuh." Ucapannya lebih panjang kali ini tetapi terdengar meyakinkan. Maka perempuan itu agak berlutut di tempat tidurnya sebelum dipapah Pram.

Benar saja, tubuhnya mudah bergoyang kesana-kemari. Rasanya seperti ranting yang patah hanya dengan tiupan kecil. Caroline diam-diam berterima-kasih tetapi tetap saja tubuhnya agak tegang. Rasanya kehangatan di tangannya masih tidak nyata. Posturnya bertambah stabil setelah berjalan beberapa langkah.

Pram membuka pintu, masih menahan Caroline hingga wanita itu bersandar di dinding. Dia menunjuk ke sebelah kanan pintu kamar mandi dengan dagunya. "Handuk bersih ada di almari. Handuk warna merah di baris kedua."

Caroline mengangguk kaku. Setelah Pratama berbalik untuk keluar dari kamar, Caroline baru menyadari masalah barunya.

Dia sama sekali tidak tahu apa yang pertama harus ia lakukan! Dia masih belum melepaskan bajunya karena sudah kebingungan parah dengan kamar mandi ini. Bahkan ia tidak tahu dimana air mandinya berada.

Ini bukan kamar mandi yang dikenalnya. Tidak ada bak air besar atau gayung dari tempurung kelapa. Sebaliknya, ada sebuah kotak kaca ber-embun dan selang besi berkilau. Dia mengamati tombol-tombol yang tidak dikenalnya, mencoba menebak cara kerjanya. Sebelum menyentuh tombol, pintunya diketuk lagi.

“Masuklah.”

Pram masuk dengan mata terpejam. Caroline berbicara lagi, “Aku masih memakai baju, buka saja matamu.”

Pram membuka matanya. Lalu ia menggantung baju ganti secepatnya. “Ini bisa dipakai setelah membersihkan tubuh.” Dia hampir membuka pintu sebelum berhenti di tempat. “Apakah ada masalah?”

Pram merasa bahwa Caroline sama sekali belum membuka pakaiannya setelah ditinggal sepuluh menit. Jelas ada masalah. Tetapi ia berbasa-basi dengan wajah menghadap pintu dan membelakangi perempuan itu.

“Ya, kurasa.” Caroline keluar dari kotak kaca dan bertanya, “Aku lupa cara memakai semua barang disini dan tidak tahu apa yang harus kugunakan untuk membersihkan diri.”

Hening sejenak. Pram berpikir dalam hatinya. Apakah amnesia yang disebutkan dokter sama halnya dengan ini? Tetapi sampai lupa cara menggunakan alat mandi bukankah agak parah?

Berhenti memikirkannya, Pram maju dan mengenalkan shampoo, sabun, pasta gigi, sikat gigi dan letaknya. Membedakan yang mana miliknya dan milik Caroline. Barulah menyebutkan shower, bak mandi, kloset, dan pemanas sekaligus memperagakan cara penggunaannya.

“…Oh.” Caroline mengerti, namun juga kurang mengerti.

Pram mendesah kecil. Mengulangi perkataannya.

"Jadi yang ini untuk rambut, yang ini untuk badan?" Dia menunjuk botol sampo dan sabun cair secara bergantian.

“Terbalik," jawabnya sabar. "Pelan-pelan saja, nanti juga terbiasa."

Dia mengamati ekspresi Caroline yang masih diliputi kebingungan. Perilakunya benar-benar seperti orang yang baru pertama kali melihat benda-benda ini, bukan hanya sekadar lupa. Pram harus bertanya lagi ke dokter nantinya.

"Ini, apakah harus dilakukan setiap hari?" tanya Caroline, tangannya memegang sikat gigi. Di masa lalu, bahkan mandi tidak sampai tiap hari dan tidak ada pembersih sebanyak ini dari atas hingga bawah tubuh.

Terpopuler

Comments

Anyelir

Anyelir

kak, mampir yuk ke ceritaku juga

2025-08-01

1

lihat semua
Episodes
1 Ethel Cain – Punish
2 Shaper's Ripples - Burning Vow
3 Magicalform - Eyes Across the Room
4 Lullaby of Woe - Ashley Serena
5 Ruelle - War Of Hearts
6 Creep– Radiohead
7 Jintian – Scattered
8 Rokudenashi - The Shape of Rain
9 Spica – I'll Be There
10 Ado-Mirror
11 Jiamu - Dilemma
12 Natori - Monkey Show
13 Ado-Glaring
14 Natori-Osmanthus
15 Qiuji-Fingertip Smile
16 Lauv - Paris in the Rain
17 Wang Jingxuan & Si Nan - Passing by a Wind and Moon
18 Chinoiserie- Clouds Beyond the Mountain
19 Against the Tide-Cartethyia
20 Zhang Hao - Ke Bu Ke Yi
21 Ryan, Effie - No Reason
22 Yu You-Hua Xin
23 Yueyue-Entwined Winter
24 Paper Bride 7-Obstacle
25 Minami-Kawaki Wo Ameku
26 Ado-Elf
27 Wang Jingwen-Empty Joy
28 Yin Lin-Unaging Dream
29 Qu Xiaobing - Who
30 Meng Ran - Shi Ni
31 Pear Frozen Tight - Rashomon
32 Aioz - I Wish Her All The Best
33 Deng Li Jun–San Yuan
34 Both Sides Now
35 Time Machine
36 Van Gogh
37 Niru Kajitsu-Kilmer
38 Si O- Therefore You And Me
39 Ma Zhengyang & Chen Zhang-Missing You In My Dreams
40 Zhou Shen-Du Bai
41 Yi Qi Jiu Si & Nuan Shu- Yi Qu Sheng Ge
42 Eason Chan-My start is here
43 Ren Ran - Ai Guo De Ren
44 A Lin - Tian Ruo You Qing
45 Ai Chen - Cuo Wei Shi Kong
46 Mai La Jiao Ye Yong Quan-The Wind Rises
47 Eric Chou - You Don't Belong to Me
48 Wang Ji Wen - Lun Xian
49 Yao Beina-Painted Love
50 Bunnyi-Feng Zou Zhi Hou
51 Cheng Xiaoshi/Lu Guang/Qiao Ling-1,2,3!
52 Yan Renzhong-Good Evening
53 Liu Yangyang – Hate Heaven
54 Xin Wen-The years are still young
55 Shallow Shadow - Exploring The World
56 On the Way Home-Zhang Yangyang
57 Bob Chilcott- Did You Hear It Too
58 Time Machine
59 Extra Part (When It’s Done-Quantveilz Studio)
60 Extra Part (Before the Fade-Quantveilz Studio)
61 Extra Part (Song of the Sunflower-Shang Shang, Miumiu)
62 Side Part (Waking Phoenix-Yue Lai Yue Bu Tong)
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Ethel Cain – Punish
2
Shaper's Ripples - Burning Vow
3
Magicalform - Eyes Across the Room
4
Lullaby of Woe - Ashley Serena
5
Ruelle - War Of Hearts
6
Creep– Radiohead
7
Jintian – Scattered
8
Rokudenashi - The Shape of Rain
9
Spica – I'll Be There
10
Ado-Mirror
11
Jiamu - Dilemma
12
Natori - Monkey Show
13
Ado-Glaring
14
Natori-Osmanthus
15
Qiuji-Fingertip Smile
16
Lauv - Paris in the Rain
17
Wang Jingxuan & Si Nan - Passing by a Wind and Moon
18
Chinoiserie- Clouds Beyond the Mountain
19
Against the Tide-Cartethyia
20
Zhang Hao - Ke Bu Ke Yi
21
Ryan, Effie - No Reason
22
Yu You-Hua Xin
23
Yueyue-Entwined Winter
24
Paper Bride 7-Obstacle
25
Minami-Kawaki Wo Ameku
26
Ado-Elf
27
Wang Jingwen-Empty Joy
28
Yin Lin-Unaging Dream
29
Qu Xiaobing - Who
30
Meng Ran - Shi Ni
31
Pear Frozen Tight - Rashomon
32
Aioz - I Wish Her All The Best
33
Deng Li Jun–San Yuan
34
Both Sides Now
35
Time Machine
36
Van Gogh
37
Niru Kajitsu-Kilmer
38
Si O- Therefore You And Me
39
Ma Zhengyang & Chen Zhang-Missing You In My Dreams
40
Zhou Shen-Du Bai
41
Yi Qi Jiu Si & Nuan Shu- Yi Qu Sheng Ge
42
Eason Chan-My start is here
43
Ren Ran - Ai Guo De Ren
44
A Lin - Tian Ruo You Qing
45
Ai Chen - Cuo Wei Shi Kong
46
Mai La Jiao Ye Yong Quan-The Wind Rises
47
Eric Chou - You Don't Belong to Me
48
Wang Ji Wen - Lun Xian
49
Yao Beina-Painted Love
50
Bunnyi-Feng Zou Zhi Hou
51
Cheng Xiaoshi/Lu Guang/Qiao Ling-1,2,3!
52
Yan Renzhong-Good Evening
53
Liu Yangyang – Hate Heaven
54
Xin Wen-The years are still young
55
Shallow Shadow - Exploring The World
56
On the Way Home-Zhang Yangyang
57
Bob Chilcott- Did You Hear It Too
58
Time Machine
59
Extra Part (When It’s Done-Quantveilz Studio)
60
Extra Part (Before the Fade-Quantveilz Studio)
61
Extra Part (Song of the Sunflower-Shang Shang, Miumiu)
62
Side Part (Waking Phoenix-Yue Lai Yue Bu Tong)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!