Bab empat
Hana berjongkok mengambilkan sendok,"huh..."
"Jangan bikin aku paranoid begini..."
"Ayo, makan yang benar..."
"Tunggu dulu." Cegah Marina, dia berdiri. Melihat sekeliling, mencari orang-orang yang mungkin ada waktu di atas kepalanya mulai menghitung.
Marina menatap kedua tangan, lalu diusap ke wajah.
"Ada apa denganmu, Marina... Jangan bikin aku takut aja deh,"
"Maaf ya, kamu bisa makan sendiri, kan? Terima kasih."
"Lho! Kan ini ku beliin buat kamu! Marina! Hei! Sayang, kamu mau kemana!"
Marina terus berlari, berlari dan berlari. Larinya tak ada ujung, saking tak ada ujungnya dia berhenti ke jendela luar. 'Orang yang ada di dalam permainan ada juga orang-orang yang belum lahir, tapi mereka mati di dalam permainan, itu artinya... Apakah mereka tak diperbolehkan lahir? '
'Jahat... Jahat... Jahat! '
'Tak ada orang yang lebih jahat dari iblis itu!! Mereka bukan Tuhan yang memberikan kesempatan hidup, tapi mereka adalah makhluk paling buruk! '
Marina memukul kaca jendela sampai pecah berantakan, dirinya dalam keadaan emosi menarik kepalan tangan yang sudah mengalir darah segar.
"Hosh! Hosh!"
"Aaaaa!!"
"Hei! Apa yang kau lakukan!"
Pritt! Salah satu anggota osis langsung meniup peluit. Marina langsung sadar.
Ia melihat anggota osis itu menghampiri nya sambil memberikan kartu merah."Pelanggaran berat! Ikut aku ke ruang BK!" Katanya, sambil meraih tangan Marina tak peduli itu membuat luka d ttangannya semakin parah.
Marina melihat ke atas kepala.
10 days 24 hours 60 second.
Begins!
"Tunggu! Hei!"
Marina langsung menarik tangan anggota osis laki-laki itu sampai keduanya berhenti ditempat. Anak-anak lain melihat mereka berdua.
Gadis itu memegang kedua bahu laki-laki itu.
"Jangan menyerah! Aku bicara padamu jangan menyerah!"
"Akh-" Keluh si laki-laki OSIS, dia menyadari ada beling masuk menusuk ke telapak tangan gadis itu. Langsung dia panik sendiri,"hei lukamu!"
Marina menepis tangannya, dia tak peduli dengan lukanya sendiri.
"Itu lebih penting! Hei, jangan pernah tinggalkan aku."
"Kalau kau sudah menerima misi itu, kumohon... Tolong ajak aku bersamamu... Gandeng aku..."
"Ap—apa…” Si laki-laki osis langsung ngeblush.
"Apa yang kamu katakan, wah kalian so sweet sekalih..."
"Kiw.. Kiw..."
Si laki-laki tak mengerti, dia melepas tangan Marina dari pundaknya."Aku tak mau melihat pemandangan mengerikan ini, ku baru tau ada gadis yang tahan sakit sepertimu, tapi tolong tau kondisi dulu."
"Jangan menggodaku, ayo pergi ke UKS dulu!"
"Oh... Oke." Jawab Marina, dia menurut ditarik anggota osis itu.
Di belakang punggungnya, Marina tak berhenti melihat jam di atas kepala si laki-laki. Matanya menatap tajam nyalang.
'Kenapa aku masih bisa melihat semua ini? Apa pemain yang menjadi kandidat salah satu dari keabadian umur.
'Mereka mau membuatku mengenang permainan itu tanpa melupakan satupun, wah... '
Heran Marina tak percaya, dia sampai geleng-geleng kepala.
Di UKS dia dibersihkan lalu diperban lukanya. Anggota osis itu masih menunggu sampai selesai.
"Sudah, apa yang terjadi dengannya?" Tanya ibu UKS pada siswa disamping Marina. Tapi dia hanya mengendikkan bahu.
Marina menoleh, dia melihat name tag seragam yang dikenakan sang anggota OSIS.
"Gevano? Itu namamu?"
"Oh, hm... Iya, kenapa?"
"Sekarang sudah diobati, ikut aku ke ruang bk."
Guru UKS menutup p3k, sambil berdehem.
"Hm, tunggu dulu. Luka yang sudah ku perban jangan kau genggam ganteng, nanti pacarmu tersiksa,"
Marina terdiam. Gevano lah yang malah kepanasan sendiri.
"Pa-pacar?! Apa-apaan pacar! Dia bukan pacarku!"
"Dia adalah gadis gila yang memecah jendela, dia gadis yang tak terhentikan."
Pandang Gevan pada wajah Marina yang tak membalas dengan rasa bersalah sama sekali.
Guru UKS memahami hal itu, memang cinta antara muridnya itu.
"Sudah bawa dengan hati-hati pacarmu itu nak, nanti dia marah..."
Marina melihat lalu menghela napas kecil."Aku bukan pacar laki-laki ini, tolong jangan salah paham." Kata Marina dingin, dia keluar dahulu dari UKS meninggalkan keduanya.
Gevano mengikuti Marina keluar.
.
.
.
"Kaca dipecahkan gadis ini?!"
"Apa kau ikut bela diri?"
"Tidak."
"I-ikut... Karate?"
"Tidak."
"Bersemedi sama shifu?"
"Tidak."
Setiap pertanyaan dari para guru dijawab tidak terus oleh Marina.
Gevan terdiam di ujung pintu, dia ikut menemani sebagai saksi.
"Namamu Marina, kan? Muridnya Bu Siska?"
"Um.."
"Waw, ku dengar muridnya selalu lembut-lembut,"
"Dan tak pernah ada yang melanggar peraturan."
"Mungkin yang ini berbeda." Kata guru lain.
Marina mendesah pelan."Kalau begitu, kalian akan memanggil orangtua saya ke sekolah? Tentu saja akan saya izinkan."
"Ya-"
Para guru berunding sebentar dibelakang lalu mereka memutuskan."Tak perlu, karena saya tau kalau tempat tinggal orangtuamu jauh dari perkotaan, bawa saja perwakilan orangtuamu."
'Aku tak punya, siapa yang mau kupanggil? '
"Baik pak."
Marina mengangguki pada akhirnya.
.
.
.
"MARINA!! HUHUHHU! KAMU DARIMANA AJA..."
Hana langsung menghamburkan pelukan.
Leher Marina serasa dicekik tali."Lepas... Lepas..."
"Ah maaf, aku terlalu bersemangat. Kami gak apa kan? Aku khawatir banget lho... Aku dengar-dengar kamu mecahin kaca... Emang benar! Itu ga benar kan..."
"Yang kamu dengar itu benar. Aku terlalu marah sampai tak bisa menahan diri."
Hana terdiam, memang Marina sekuat itu? Bukannya gadis itu jungkir balik saja tak mau? Tapi bisa sekuat itu memecahkan jendela sekolah?
"Tak usah dipikirkan, ini... Makanan tadi yang ada di kantin aku bawakan untukmu, boleh kok dibawa keluar katanya..."
"Makan dulu ya?"
"Untukku? Aku bayar kembali..."
"Tak perlu Marina ku sayang, tak perlu... Simpan saja uangmu,"
"Oh~em..."
Marina terdiam, dia menyimpan dompet ke dalam saku kembali. Uang yang hampir menipis tak bisa bertahan lama, Marina tak ingin menggunakan kupon mematikan itu.
"Ayo makan di kelas, habis ini kan masuk... Hehe"
"Oh ini kenapa tanganmu? Sakit ya? Sakit... Disini ada aku tenang aja,"
"Eung... Makasih,"
Disepanjang jalan menuju ke kelas mereka terus berbincanh-bincang.
.
.
.
"Ah~lelahnya..." Marina merebahkan diri di ranjang. Dia melihat jam di handphone, lalu mendesah kecil.
Ting!
Ada nontifikasi masuk, membuatnya tergugah.
@anonymous
Aku merasa itu juga bukan mimpi
Tapi orang-orang seakan tak mengenal teman mereka sendiri.
Apa kamu juga sama?
Kamu menang juga?
Marina langsung terdiam, dia segera membalas pesan dari seseorang tak dikenal.
@me
Ini bukan sekedar mimpi. Itu nyata. Itu sangat nyata. Kenapa kau bisa menganggapnya mimpi?
Apa kau juga menang? Apa kamu juga mendapat diskon umur 100 tahun juga? Dan kupon hadiah unlimited?
@anonymous
Yah.
Itu... Benar...
@me
Bo-bolehkah kita bertemu, mari kita ketemuan... Mari kita saling mengenal... -
@anonymous
Jl. Pxccggghuip No 5,caffee cat.
Aku tunggu disana.
Terimakasih
@me
Hei kenapa tidak disini saja!
@anonymous tidak online.
Marina menggosok leher, dia menenggelamkan kepala ke bantal. Akhirnya, ada juga orang yang senasib dengannya.
Rasanya beban di pundak Marina terangkat dalam sekejap.
Dia melihat postingan yang ia post di aplikasi twittet.
"Apakah kau pernah memasuki permainan yang memghabiskan banyak nyawa?!
Mereka menjanjikan hal yang paling berharga untukmu, yaitu kehidupan. Kematian yang akan tiba dalam waktu beberapa hari lagi, dan kamu ditawari sosok asing untuk mengikuti permainan.
Mereka menjanjikan hidupmu diperpanjang, mereka juga menjanjikan hadiah lain juga. Kamu hanya menjadi pemenang satu-satunya.
Apa ada yang senasib denganku?"
Posting dua hari yang lalu...
Komentar 15 like 2
•Mana ada yang seperti itu kocak!
•Ini tentang game di apk apa di app store?
•Ya ampun... Nak tolong jangan tanya kita. Jangan tambah stress...
•Hahaha, konyol!
•Nama aplikasinya apa? Keknya seru dimainkan.
•Dimama orang-tua mu?
•Ya ampun Marina...
•Apa ini Marina? Aku Ridho teman kelasmu. Jangan lupa follback ya...
•Aku tau ini, ini bukan main-main.
•Aku rasa semua orang memang tak kan percaya...
•Aku dapat wd 19 juta karena bermain ini! Xxxxxx
•Mantul
•Gak serem
• Ya elah Bacot!
•Hahaha, gak masuk akal di otak.
____________________________
"Hanya satu dari 1000 orang yang percaya, bahkan setelah 1000 orang hanya satu orang yang selamat."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments