Bab 5 : Ada Yang Enggak Beres

..."Sikap seseorang akan terlihat dari kebiasaannya. Dan apa yang di lakukannya, tidak akan jauh dari kesehariannya, sehingga jika orang itu berubah, maka akan terlihat jelas ada yang salah dengannya."...

...~~~...

Alya sedikit tertegun dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Rayan kepada dirinya, seakan begitu memperdulikan dirinya.

"Loh kok diam saja, Kak? Jawab Kak Alya, ada apa denganmu? Mengapa bisa menangis?" ucap Rayan dengan sedikit menggoyangkan pundak Alya yang masih diam saja.

Hal itu, malah membuat Alya semakin bungkam, ia bingung harus menjawab apa. Terlebih lagi, tidak mungkin juga ia bercerita kepada Rayan, karena ini adalah urusan pribadi rumah tangganya.

"Ah, aku enggak papa kok, Rayan. Mana ada aku nangis," ujar Alya dengan menyangkal fakta yang sebenarnya.

Kening Rayan sedikit mengeryit, dengan jawaban dari wanita itu, karena dengan jelas ia tadi melihat Alya berjalan melewati kamarnya, dengan isak tangis dan juga air mata yang membasahi kedua pipinya. Dan itu tidak mungkin, jika tidak ada yang terjadi.

"Bohong, katakan yang jujur! Kamu habis nangis, kan?" seru Rayan dengan tidak mempercayai pengakuan dari Alya, dengan semakin dalam menatap kedua mata wanita itu.

"Apaan sih, Rayan? Aku enggak nangis, kamu ini salah lihat kali," sangkal Alya dengan memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

"Aku tahu kamu bohong, Kak Alya! Jawab yang jujur kepadaku! Mengapa kamu menangis? Aku melihatmu menangis tadi," ucap Rayan dengan memegang pergelangan tangan Alya agar tidak pergi dari hadapannya.

Deg.

Ucapan Rayan barusan cukup membuat dirinya terkejut. Terlebih lagi, ia tak menyangka bahwa Rayan akan melihat dirinya sewaktu menangis tadi.

Namun, di saat keduanya masih saling menatap dan mematung di tempat, tiba-tiba saja terdengar teriakan seorang wanita dari bawah sana.

"Rayan, Alya cepat turun ke bawah! Jangan diam saja di situ!" teriak Bunda Zahra dari bawah.

Di mana Bunda Zahra hendak menaiki anak tangga untuk menuju kamar Rayan. Akan tetapi, sebelum wanita itu sampai ke lantai atas, matanya menangkap keberadaan Alya dan Rayan di atas tangga, sehingga membuat Bunda Zahra meneriaki namanya.

Sontak saja teriakan dari Bunda Zahra membuat keduanya sedikit terkejut. Bahkan, secara bersamaan Alya dan Rayan menatap ke bawah, melihat keberadaan Bunda Zahra yang meneriaki nama keduanya.

"Iya Bun, sebentar Alya ke bawah sekarang," sahut Alya dengan segera menuruni anak tangga untuk menghampiri ibu mertuanya itu.

"Alya, tunggu! Urusan kita belum beres!" kata Rayan dengan memegang tangan Alya, sehingga membuat wanita itu berhenti sejenak.

"Lepas!" pinta Alya tanpa banyak bicara melepas tangan Rayan yang memegang pergelangan tangannya itu.

Sampai tangan itu terlepas, Alya pun segera turun ke bawah dan berjalan menuju meja makan bersama Bunda Zahra untuk menyiapkan makanan yang masih tersisa di dapur.

Dan Rayan masih berdiri di atas, dengan melihat kepergian Alya. "Aku yakin, ada yang tidak beres dengan Alya. Dia tak pernah menangis selama berada di sini. Bang Raihan selalu memperhatikannya dengan baik, lalu apa yang membuatnya bisa sampai menangis seperti itu?" gumamnya dengan sedikit berpikir.

Setelah lama berpikir, Rayan pun memutuskan untuk segera turun ke bawah, dan bergabung di meja makan bersama kedua orangtuanya untuk sarapan pagi.

"Ini piringnya, Den," ucap Mbak Ratna---pembantu di sana yang sudah bekerja bertahun-tahun di rumah Ayah Muhtaz dan Bunda Zahra.

"Baik, Bi. Terimakasih," balas Rayan dengan senyuman di bibirnya, setelah Bi Ratna menyiapkan piringnya untuk makan.

Di saat semua orang akan makan, tiba-tiba Bunda Zahra menatap wajah menantunya yang masih menuangkan air minum di sana.

"Alya, di mana Raihan? Bukanya tadi kamu menyusulnya ke atas?" tanya Bunda Zahra dengan tatapan begitu menelisik.

Alya sedikit terkejut, dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Bunda Zahra kepada dirinya, sehingga membuat wajahnya langsung berubah gelisah.

"Eemmm ... itu Bunda. Mas Raihan masih siap-siap di atas. Mungkin bentar lagi turun," jawab Alya dengan sedikit gugup dan keringat dingin membahasi pelipisnya.

"Oh gitu, ya udah kamu coba susul lagi! Mana tahu Raihan sudah siap sekarang," kata Bunda Zahra dengan tidak menatap curiga.

"Tapi Bunda ... Mas Raihan sebentar lagi akan ke sini kok," balas Alya seperti tengah menghindar dari suaminya itu.

"Oh ya udah. Kalau begitu, kamu langsung duduk dan makan saja, nanti Raihan pasti sebentar lagi gabung," ucap Bunda Zahra dengan tersenyum tipis.

Dan Alya hanya mengangguk nurut saja, dengan duduk di kursi yang kosong, lalu membalikan piring yang masih terbalik, dengan tangan yang sedikit bergetar.

Hal itu, cukup menarik perhatian Rayan sedari tadi, karena ia tak pernah melihat Alya dalam kondisi seperti sekarang ini. Gugup sampai membuat tangan wanita itu bergetar. Rayan sudah bisa menebaknya, jika Alya seperti itu berarti wanita itu tengah menyembunyikan sesuatu dari banyak orang, sebab Rayan sudah begitu lama mengenal Alya.

Tidak lama dari itu, Raihan turun dengan sudah rapih menggunakan setelan kantornya, walupun dasinya terlihat sedikit miring, karena sepertinya terburu-buru sewaktu memakainya.

"Pagi Bunda, Ayah. Rayan," ucap Raihan menyapa anggota keluarga yang sudah ada di meja makan.

"Pagi juga Raihan. Langsung duduk saja, sayang!" balas Bunda Zahra dan Ayah Muhtaz, sembari langsung meminta putranya itu segera duduk.

Raihan tidak banyak bicara, ia langsung menduduki kursi makan di samping istrinya Alya, walupun wanita di sampingnya itu terlihat mendiamkan dirinya, dengan berpura-pura tidak melihat keberadaannya di meja makan tersebut.

"Pagi juga, Kak. Tumben terlambat?" tanya Rayan kepada kembarannya itu, setelah Raihan duduk bergabung.

Sontak saja Raihan menatap kepada sang adik, walupun sebelumnya tengah memperhatikan wajah Alya yang diam saja di sampingnya.

"Oh itu biasa, aku agak terlambat bangun tadi makanya sedikit terlambat," jawab Raihan dengan senyum tipis.

Sejenak Rayan terdiam, tapi ia pun langsung tersenyum. "Oh gitu, pantasan enggak kayak biasanya," katanya dengan sedikit menatap curiga kepada Raihan.

Raihan yang mengerti tatapan Rayan, sehingga cepat beralih menatap kepada sang istri agar tak menimbulkan kecurigaan kepada orangtuanya juga.

"Sayang, tolong ambilkan itu dong," pinta Raihan dengan nada memohon kepada Alya yang tengah menyantap sarapan paginya.

"Iya Mas," sahut Alya ketus dengan mengambil capcay yang tak jauh dari tempatnya, serta menaruhnya di piring sang suami tanpa senyum yang menghiasi bibirnya lagi.

"Terimakasih sayang," ucap Raihan dengan berusaha keras membangkitkan komunikasi dengan sang istri.

"Sama-sama Mas," balas Alya singkat dengan kembali menyantap sarapannya yang tertunda.

"Sepertinya Alya masih marah kepadaku. Sialan! Pasti akan susah ini," gumam Raihan di dalam hatinya dengan menggerutuki perbuatannya tadi.

Sedangkan Rayan sedari tadi tatapannya tak lepas dari pasangan suami istri yang ada di depannya itu, dengan sesekali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, walupun masih menatap curiga kepada Alya dan Raihan. Itu pun berlangsung sampai acara sarapan selesai.

"Fix ini mah, pasti ada yang enggak beres dengan Alya dan Kak Raihan! Aku harus segara mencari tahu sebabnya," ucap Rayan di dalam hatinya, setelah sedari tadi memperhatikan pasangan suami istri itu yang nampak berbeda dari biasanya. Bahkan, terlihat jelas Alya seperti lebih banyak menghindar dari Raihan.

.

.

.

Terpopuler

Comments

🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ

🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ

yuk cari tau masalah mereka Raihan

2025-07-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Di Balik Persahabatan
2 Bab 2 : Pernikahan Menyesakkan
3 Bab 3 : Ikhlas Cinta Rayandra
4 Bab 4 : Karena Dering Ponsel
5 Bab 5 : Ada Yang Enggak Beres
6 Bab 6 : Mendiamkannya
7 Bab 7 : Pemandangan Menyesakkan
8 Bab 8 : Di Tepi Sungai
9 Bab 9 : Mulai Insecure
10 Bab 10 : Maaf Yang Di Balas Diam
11 Bab 11 : Kebingungan Melanda Diri
12 Bab 12 : Sedikit Peringatan
13 Bab 13 : Berlarut-Larut
14 Bab 14 : Duka Di Balik Senyuman
15 Bab 15 : Tidak Menyukainya
16 Bab 16 : Naik Pitam
17 Bab 17 : Nasihat Bunda Zahra
18 Bab 18 : Menuntut Penjelasan
19 Bab 19 : Amarah Dan Kata Maaf
20 Bab 20 : Apa Mungkin Menyerah?
21 Bab 21 : Pasrah Dengan Takdir
22 Bab 22 : Menatap Senja Di Sore Hari
23 Bab 23 : Wanita Tak Di Kenal
24 Bab 24 : Cukup Mengganggu Pikiran
25 Bab 25 : Insiden Terpeleset
26 Bab 26 : Sikap Yang Berbeda
27 Bab 27 : Salah Sangka
28 Bab 28 : Beda Tangan Beda Rasa
29 Bab 29 : Selalu Salah
30 Bab 30 : Tuntutan Menjadi Istri Ideal
31 Bab 31 : Teka-teki Di Balik Iris Mata
32 Bab 32 : Bertemu Kembali
33 Bab 33 : Saran Di Balik Kenyataan
34 Bab 34 : Dugaan Yang Tidak Salah
35 Bab 35 : Bicara Empat Mata
36 Bab 36 : Aku Tidak Sebodoh Itu
37 Bab 37 : Sebuah Ancaman Dari Raihan
38 Bab 38 : Harus Mendapatkan Keadilan
39 Bab 39 : Niat Memberitahu Kebenaran
40 Bab 40 : Bukan Waktu Yang Tepat
41 Bab 41 : Amarah Di Balik Rahasia
42 Bab 42 : Tiba-Tiba Menyuruh Berhenti
43 Bab 43 : Permintaan Yang Sulit
44 Bab 44 : Merenung Untuk Sesat
45 Bab 45 : Tidak Langsung Percaya
46 Bab 46 : Terjebak Dalam Pertanyaan
47 Bab 47 : Kali Ini Mungkin Lolos
48 Bab 48 : Jauh Berbeda Dari Kriteria
49 Bab 49 : Laksana Bidadari Salah Tangan
50 Bab 50 : Nasehat Opa Reno
51 Bab 51 : Tidak Bisa Cerita
52 Bab 52 : Rasa Sakit Yang Terpendam
53 Bab 53 : Sudah Waktunya Kamu Tahu
54 Bab 54 : Mulai Bersikap Dingin
55 Bab 55 : Jangan Harap Bisa Lolos!
56 Bab 56 : Terbongkar Sudah
57 Bab 57 : Tidak Dapat Berkutik Lagi
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 : Di Balik Persahabatan
2
Bab 2 : Pernikahan Menyesakkan
3
Bab 3 : Ikhlas Cinta Rayandra
4
Bab 4 : Karena Dering Ponsel
5
Bab 5 : Ada Yang Enggak Beres
6
Bab 6 : Mendiamkannya
7
Bab 7 : Pemandangan Menyesakkan
8
Bab 8 : Di Tepi Sungai
9
Bab 9 : Mulai Insecure
10
Bab 10 : Maaf Yang Di Balas Diam
11
Bab 11 : Kebingungan Melanda Diri
12
Bab 12 : Sedikit Peringatan
13
Bab 13 : Berlarut-Larut
14
Bab 14 : Duka Di Balik Senyuman
15
Bab 15 : Tidak Menyukainya
16
Bab 16 : Naik Pitam
17
Bab 17 : Nasihat Bunda Zahra
18
Bab 18 : Menuntut Penjelasan
19
Bab 19 : Amarah Dan Kata Maaf
20
Bab 20 : Apa Mungkin Menyerah?
21
Bab 21 : Pasrah Dengan Takdir
22
Bab 22 : Menatap Senja Di Sore Hari
23
Bab 23 : Wanita Tak Di Kenal
24
Bab 24 : Cukup Mengganggu Pikiran
25
Bab 25 : Insiden Terpeleset
26
Bab 26 : Sikap Yang Berbeda
27
Bab 27 : Salah Sangka
28
Bab 28 : Beda Tangan Beda Rasa
29
Bab 29 : Selalu Salah
30
Bab 30 : Tuntutan Menjadi Istri Ideal
31
Bab 31 : Teka-teki Di Balik Iris Mata
32
Bab 32 : Bertemu Kembali
33
Bab 33 : Saran Di Balik Kenyataan
34
Bab 34 : Dugaan Yang Tidak Salah
35
Bab 35 : Bicara Empat Mata
36
Bab 36 : Aku Tidak Sebodoh Itu
37
Bab 37 : Sebuah Ancaman Dari Raihan
38
Bab 38 : Harus Mendapatkan Keadilan
39
Bab 39 : Niat Memberitahu Kebenaran
40
Bab 40 : Bukan Waktu Yang Tepat
41
Bab 41 : Amarah Di Balik Rahasia
42
Bab 42 : Tiba-Tiba Menyuruh Berhenti
43
Bab 43 : Permintaan Yang Sulit
44
Bab 44 : Merenung Untuk Sesat
45
Bab 45 : Tidak Langsung Percaya
46
Bab 46 : Terjebak Dalam Pertanyaan
47
Bab 47 : Kali Ini Mungkin Lolos
48
Bab 48 : Jauh Berbeda Dari Kriteria
49
Bab 49 : Laksana Bidadari Salah Tangan
50
Bab 50 : Nasehat Opa Reno
51
Bab 51 : Tidak Bisa Cerita
52
Bab 52 : Rasa Sakit Yang Terpendam
53
Bab 53 : Sudah Waktunya Kamu Tahu
54
Bab 54 : Mulai Bersikap Dingin
55
Bab 55 : Jangan Harap Bisa Lolos!
56
Bab 56 : Terbongkar Sudah
57
Bab 57 : Tidak Dapat Berkutik Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!