Bab 2 : Pernikahan Menyesakkan

..."Berpura-pura tak terluka, tapi nyatanya menderita sampai tak bisa lupa. Itu sangatlah menyakitkan daripada harus bicara, tapi tetap tak bisa bersamanya."...

...~~~...

Halaman Pesantren Darussalam.

Setelah memutuskan untuk saling bersama selamanya dan tak terpisahkan lagi oleh jarak yang membuat keduanya nyaris tak bertemu dan terhalang oleh rindu. Cukup sudah di sini, Alya menahan dirinya untuk bersabar menunggu Raihan menyelesaikan perguruan tingginya di Spanyol.

Sekarang pemuda tampan yang berselisih lima tahun lebih muda darinya itu, telah memutuskan untuk mempersuntingnya di hari ini. Pukul sembilan pagi, di aula lapangan Pesantren Darussalam, dengan di saksikan oleh seluruh santri Abi Ilham yang menunggu ikrar suci itu terucap oleh laki-laki yang begitu di cintainya.

Perjodohan yang awalnya tidak di rencanakan, tapi dengan keputusan kedua belah pihak, dengan kedua calon yang saling menerima, membuat perjodohan itu bisa sampai ke jenjang pernikahan. Tingkatan paling suci di bandingkan dengan hubungan tanpa kepastian.

Di hadapan semua santri dan juga kerabat dekat, serta keluarga dari kedua mempelai pengantin. Kini Raihan menjabat tangan Abi Ilham dengan penuh kesungguhan, serta tatapan tajam yang menandakan kesiapannya itu.

"Nak Raihan, apa sudah siap?" tanya Pak Penghulu di saat-saat menegangkan itu.

"Saya siap, Pak!" balas Raihan dengan cepat tanpa ragu sedikitpun.

Dengan begitu, Pak Penghulu langsung memberikan instruksi kepada Ustaz Ilham yang sudah menjabat tangan mempelai pria untuk segera melangsungkan akad pernikahan.

Dengan menatap wajah Raihan tajam, Ustaz Ilham pun segera menikahkan putrinya dengan pilihannya itu.

"Sudara Raihan Al-Ghifari, saya nikahan dan kawinkan engkau kepada putri saya yang bernama Alya Syafira binti Muhammad Ilham Rasyidi, dengan mas kawin seberat seratus gram, serta seperangkat alat salat di bayar tunai!" Ustaz Ilham menghentakkan jabatan tangannya kepada Raihan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Alya Syafira binti Muhammad Ilham Rasyidi dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" Dengan sekali tarikan nafas, Raihan mengucapkan kata ijab kabul itu dengan benar.

"Gimana para saksi?" tanya Pak Penghulu langsung menatap kedua saksi yang ada di sana. Dan keduanya bukan orang biasa, melainkan kyai yang di kenal oleh Ustaz Ilham---yakni abi dari Alya.

"SAH!" jawab kedua saksi dan pernikahan itu terbukti sah di mata hukum dan negara.

"Alhamdulillah," ucap banyak orang di sana yang menyaksikan momen sakral tersebut. Bahkan, serempak para santri mengucapkan hamdalah, setelah seorang anak pemilik pondok pesantren itu resmi menyandang status sebagai istri orang itu.

"Selamat, kalian berdua telah resmi menjadi pasangan suami istri secara hukum dan agama," ucap Pak penghulu kepada Raihan dan Alya yang tengah berbahagia.

"Alhamdulillah, terimakasih Pak," ucap Raihan dan Alya dengan begitu bahagia.

Di mana, setelah bakar pernikahan selesai, torai putih transparan yang menghalangi keduanya untuk saling bersitatap itu terbuka, dengan memperlihatkan Alya yang begitu cantik dalam balutan busana pengantin, dan riasan wajah yang begitu cantik.

Tanpa ragu, Alya di minta duduk di samping Raihan yang telah resmi menjadi istrinya itu, dengan full senyum manis yang terlihat di wajahnya yang cantik.

Sejenak keduanya saling menatap, dengan tatapan kagum dan juga penuh cinta yang membuat keduanya semakin bahagia pada haru spesial ini.

"Di cium dulu Alya, tangan suami kamu itu," ucap Ustaz Ilham kepada putri semata wayangnya itu.

Alya hanya mengangguk saja, dengan sedikit takut dan gugup, ia meraih tangan Raihan dan menciumnya dengan begitu mesra dan cukup lama.

Cup.

Dan tiba-tiba sebuah ciuman di kening Alya pun mendarat darurat laki-laki yang kuku telah resmi menjadi suaminya itu, sekaligus pendamping hidupnya.

Rayan yang melihat momen bahagia dan mengharukan itu, seketika memegang dadanya, dengan segera berbalik dan menjadi dari pasangan pengantin itu, dan sedikit berlari menghindari kerumunan orang yang menyaksikan momen istimewa dalam pernikahan itu.

Dengan menahan sesak yang amat dahsyat, Rayan sekuat tenaga berlari menjauh dari aula pesantren yang di penuhi oleh tamu undangan, serta para santri yang jumlahnya itu tidak sedikit. Meskipun begitu, Rayan nampak kesusahan untuk keluar dari kerumunan tamu undangan itu, tapi karena rasa sakitnya itu tak tertahan lagi, ia pun bisa melewati orang-orang itu, dengan pergi ke tempat yang lebih sepi dan jauh dari para tamu serta kelurganya.

Tes!

Sebuah air mata menetes membahasi pipinya yang begitu putih bersih tanpa noda. Dengan cepat pula, Rayan menghapus air mata itu menggunakan tangan kanannya, dan tangan kirinya memegang dadanya yang terasa begitu sakit.

"Mengapa rasanya sesakit ini, Ya Allah? Melihat wanita yang aku cintai menikah dengan Abangku sendiri, sedangkan aku tak berdaya di sini, melihat Bang Raihan menikahi wanita yang aku cintai selama dua puluh tahun ini. Sakit sekali rasanya hati ini," ucap Rayan di dalam hatinya sembari terus mengusap air matanya yang terus keluar itu.

Selama dua puluh tahun, semenjak usianya lima tahun sampai dua puluh lima tahun, Rayan tidak pernah menangis, walupun terjatuh dan terluka. Namun, kali ini air mata laki-laki itu pecah seketika tak tertahan lagi, setelah melihat wanita yang di cintainya itu di nikahi oleh abangnya sendiri, tepat di depan mata kepalanya sendiri.

Dengan segela cara, Rayan lakukan untuk menghentikan rasa sakit di dalam hatinya itu, dan juga air matanya yang tak kunjung berhenti. Akan tetapi, semua usahanya itu nihil, ia tidak bisa menghindari rasa sakit dan sesak itu, karena kali ini Rayan begitu rapuh. Bahkan, jika di gambarkan bagaimana perasaannya sekarang, sudah pasti begitu hancur berkeping-keping, sampai tak ada lagi cara untuk menyembuhkan luka yang menganga di dalam hatinya itu.

"Kali ini aku kalah, Alya. Aku tidak bisa menahan rasa sakit dan hancurnya hatiku ini. Aku tidak kuasa melihatmu bersanding dengan Bang Raihan---Abangku sendiri. Rasa sakit ini tak bisa aku tahan lagi. Dan ini sungguh sangat menyiksa diriku," ucap Rayan sembari meremas dadanya yang terasa sesak dan behjh8 menyakitkan.

Bahkan, tidak ada yang tahu bagaimana rasa sakit yang tengah laki-laki itu rasakan, setelah pernikahan abangnya dengan anak dari pemilik pondok pesantren itu. Dan nyaris tak ada yang tahu, bagaimana perasaan Rayan saat ini.

Entah itu hatinya yang hancur, hidupnya, cintanya, jati dirinya, dan kekuatan tubuhnya yang begitu kuat, sekarang rapuh hanya dengan melihat abangnya sendiri menikahi wanita yang di cintanya. Sampai-sampai, tubuh Rayan bisa ambruk saat itu juga. Namun, dengan sekuat tenaga Rayan menahan diri, walupun ia sendiri tahu bahwa dirinya sudah tak berdaya lagi untuk sekedar menghadapi abangnya dan juga Alya nantinya.

.

.

.

Terpopuler

Comments

🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ

🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ

seandainya Alya tau kalau Rayan tuh suka sama dia mungkin perjodohan itu tak akan terjadi

2025-07-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Di Balik Persahabatan
2 Bab 2 : Pernikahan Menyesakkan
3 Bab 3 : Ikhlas Cinta Rayandra
4 Bab 4 : Karena Dering Ponsel
5 Bab 5 : Ada Yang Enggak Beres
6 Bab 6 : Mendiamkannya
7 Bab 7 : Pemandangan Menyesakkan
8 Bab 8 : Di Tepi Sungai
9 Bab 9 : Mulai Insecure
10 Bab 10 : Maaf Yang Di Balas Diam
11 Bab 11 : Kebingungan Melanda Diri
12 Bab 12 : Sedikit Peringatan
13 Bab 13 : Berlarut-Larut
14 Bab 14 : Duka Di Balik Senyuman
15 Bab 15 : Tidak Menyukainya
16 Bab 16 : Naik Pitam
17 Bab 17 : Nasihat Bunda Zahra
18 Bab 18 : Menuntut Penjelasan
19 Bab 19 : Amarah Dan Kata Maaf
20 Bab 20 : Apa Mungkin Menyerah?
21 Bab 21 : Pasrah Dengan Takdir
22 Bab 22 : Menatap Senja Di Sore Hari
23 Bab 23 : Wanita Tak Di Kenal
24 Bab 24 : Cukup Mengganggu Pikiran
25 Bab 25 : Insiden Terpeleset
26 Bab 26 : Sikap Yang Berbeda
27 Bab 27 : Salah Sangka
28 Bab 28 : Beda Tangan Beda Rasa
29 Bab 29 : Selalu Salah
30 Bab 30 : Tuntutan Menjadi Istri Ideal
31 Bab 31 : Teka-teki Di Balik Iris Mata
32 Bab 32 : Bertemu Kembali
33 Bab 33 : Saran Di Balik Kenyataan
34 Bab 34 : Dugaan Yang Tidak Salah
35 Bab 35 : Bicara Empat Mata
36 Bab 36 : Aku Tidak Sebodoh Itu
37 Bab 37 : Sebuah Ancaman Dari Raihan
38 Bab 38 : Harus Mendapatkan Keadilan
39 Bab 39 : Niat Memberitahu Kebenaran
40 Bab 40 : Bukan Waktu Yang Tepat
41 Bab 41 : Amarah Di Balik Rahasia
42 Bab 42 : Tiba-Tiba Menyuruh Berhenti
43 Bab 43 : Permintaan Yang Sulit
44 Bab 44 : Merenung Untuk Sesat
45 Bab 45 : Tidak Langsung Percaya
46 Bab 46 : Terjebak Dalam Pertanyaan
47 Bab 47 : Kali Ini Mungkin Lolos
48 Bab 48 : Jauh Berbeda Dari Kriteria
49 Bab 49 : Laksana Bidadari Salah Tangan
50 Bab 50 : Nasehat Opa Reno
51 Bab 51 : Tidak Bisa Cerita
52 Bab 52 : Rasa Sakit Yang Terpendam
53 Bab 53 : Sudah Waktunya Kamu Tahu
54 Bab 54 : Mulai Bersikap Dingin
55 Bab 55 : Jangan Harap Bisa Lolos!
56 Bab 56 : Terbongkar Sudah
57 Bab 57 : Tidak Dapat Berkutik Lagi
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 : Di Balik Persahabatan
2
Bab 2 : Pernikahan Menyesakkan
3
Bab 3 : Ikhlas Cinta Rayandra
4
Bab 4 : Karena Dering Ponsel
5
Bab 5 : Ada Yang Enggak Beres
6
Bab 6 : Mendiamkannya
7
Bab 7 : Pemandangan Menyesakkan
8
Bab 8 : Di Tepi Sungai
9
Bab 9 : Mulai Insecure
10
Bab 10 : Maaf Yang Di Balas Diam
11
Bab 11 : Kebingungan Melanda Diri
12
Bab 12 : Sedikit Peringatan
13
Bab 13 : Berlarut-Larut
14
Bab 14 : Duka Di Balik Senyuman
15
Bab 15 : Tidak Menyukainya
16
Bab 16 : Naik Pitam
17
Bab 17 : Nasihat Bunda Zahra
18
Bab 18 : Menuntut Penjelasan
19
Bab 19 : Amarah Dan Kata Maaf
20
Bab 20 : Apa Mungkin Menyerah?
21
Bab 21 : Pasrah Dengan Takdir
22
Bab 22 : Menatap Senja Di Sore Hari
23
Bab 23 : Wanita Tak Di Kenal
24
Bab 24 : Cukup Mengganggu Pikiran
25
Bab 25 : Insiden Terpeleset
26
Bab 26 : Sikap Yang Berbeda
27
Bab 27 : Salah Sangka
28
Bab 28 : Beda Tangan Beda Rasa
29
Bab 29 : Selalu Salah
30
Bab 30 : Tuntutan Menjadi Istri Ideal
31
Bab 31 : Teka-teki Di Balik Iris Mata
32
Bab 32 : Bertemu Kembali
33
Bab 33 : Saran Di Balik Kenyataan
34
Bab 34 : Dugaan Yang Tidak Salah
35
Bab 35 : Bicara Empat Mata
36
Bab 36 : Aku Tidak Sebodoh Itu
37
Bab 37 : Sebuah Ancaman Dari Raihan
38
Bab 38 : Harus Mendapatkan Keadilan
39
Bab 39 : Niat Memberitahu Kebenaran
40
Bab 40 : Bukan Waktu Yang Tepat
41
Bab 41 : Amarah Di Balik Rahasia
42
Bab 42 : Tiba-Tiba Menyuruh Berhenti
43
Bab 43 : Permintaan Yang Sulit
44
Bab 44 : Merenung Untuk Sesat
45
Bab 45 : Tidak Langsung Percaya
46
Bab 46 : Terjebak Dalam Pertanyaan
47
Bab 47 : Kali Ini Mungkin Lolos
48
Bab 48 : Jauh Berbeda Dari Kriteria
49
Bab 49 : Laksana Bidadari Salah Tangan
50
Bab 50 : Nasehat Opa Reno
51
Bab 51 : Tidak Bisa Cerita
52
Bab 52 : Rasa Sakit Yang Terpendam
53
Bab 53 : Sudah Waktunya Kamu Tahu
54
Bab 54 : Mulai Bersikap Dingin
55
Bab 55 : Jangan Harap Bisa Lolos!
56
Bab 56 : Terbongkar Sudah
57
Bab 57 : Tidak Dapat Berkutik Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!