Namaku adalah Cakka Barani, usiaku sudah hampir menginjak 22 tahun. Aku seorang mahasiswa jurusan teknik di salah satu universitas yang ada di Sulawesi Selatan.
Tepat satu minggu sebelum perkuliahan ku dimulai, kedua orang tua ku menghilang tanpa jejak. Kejadian itu membuatku terpaksa untuk tinggal sendirian karena kami tidak memiliki satupun kerabat. Aku adalah anak tunggal sehingga tidak memiliki seorang kakak maupun adik.
Aku pernah diberitahu bahwa dulunya ayahku pernah tinggal di panti asuhan saat masih kecil. Ayahku pertama kali bertemu dengan ibuku di pantai. Saat itu, ayahku yang seorang nelayan baru saja kembali dari laut dan menemukan seorang wanita yang sedang terdampar di pantai. Wanita itu tampak kebingungan dan tidak mengetahui dari mana dirinya berasal, ayahku yang tidak memiliki siapapun memutuskan untuk membantunya dan membawa wanita itu ke rumahnya. Beberapa bulan kemudian mereka memutuskan untuk menikah.
Selama hampir empat tahun hidup sendirian, aku menjadikan anime sebagai pelarian saat sedang merasa kesepian. Karena aku sudah terbiasa hidup sendirian, aku mulai terbiasa dengan kejadian yang aku alami saat ini. Entah bagaimana caranya, aku yang saat itu hendak keluar dari kamarku, mendadak dipindahkan ke dunia lain tanpa adanya sebuah peringatan.
Sepertinya sudah sebulan aku berada di sini. Sejak kejadian misterius itu terjadi, entah bagaimana aku bisa bertahan dalam kondisi yang sangat kacau. Aku bahkan terkejut karena tidak menjadi gila akibat semua kejadian tidak masuk akal ini.
Aku jadi penasaran bagaimana jika diriku di masa lalu—tepatnya sebelum kejadian ini—tahu bahwa isekai benar-benar ada. Apakah dia akan bahagia atau malah sebaliknya? Yah ... karena aku yang sekarang ini mengalaminya langsung dan sangat menderita, jelas-jelas aku tidak bahagia sedikit pun.
Setelah berminggu-minggu menjelajahi setiap sudut gua yang bisa aku jangkau, dengan menggunakan kaos putih yang aku pakai sebagai pengganti kertas dan tanah yang dicampur air untuk menghasilkan warna, aku berhasil memetakan gua ini. Struktur tempat ini sangat tidak beraturan namun cukup mudah dihafal, juga terdapat banyak serangga seperti ulat dan larva yang kaya akan nutrisi—yah ... walaupun bentuk dan rasanya sangat mengerikan—sehingga aku tidak perlu cemas soal sumber energi.
Selain serangga, terdapat juga sumber mata air yang aman untuk diminum yang terletak di ujung gua ini. Yah ... aku bisa hidup sampai sejauh ini berkat serangga dan sumber mata air ini. Oh iya, ternyata bukannya tidak ada monster di sini, namun monster yang ada di sini berjenis nokturnal. Mirip dengan kelelawar tetapi ukurannya sangat tidak masuk akal, kira- kira sepanjang 30 senti dan lebar sayapnya jika dibentangkan bisa sampai 80 senti.
Ternyata persepsi ku akan waktu benar-benar salah karena mengira malam hari saat aku baru tiba di sini hanya karena sedang malam di dunia ku sebelumnya.
Di gua ini terdapat lumut yang bercahaya saat siang hari, itu sebabnya ketika pertama kali sampai di sini keadaannya tidak terlalu gelap. Namun ketika malam hari tiba, tempat ini benar-benar jadi gelap gulita. Di malam hari, aku hanya bisa bersembunyi di ujung gua yang terdapat sumber mata air ini.
Entah mengapa monster itu tidak berani mendekat ke wilayah ini. Memang sedikit aneh, tapi berkat hal itu aku bisa bertahan selama ini.
Aku memutuskan untuk langsung tidur ketika malam tiba dikarenakan tidak ada cahaya sedikit pun. Jadi tidak ada gunanya tetap terjaga di malam hari. Dan begitu saja hari pun berlalu dan aku terbangun di pagi hari berkat lumut yang menghasilkan sebuah cahaya yang menandakan bahwa matahari di luar sudah terbit.
Jika kalian bertanya bagaimana caranya aku mengetahui bahwa lumut itu bersinar bukan saat malam hari melainkan ketika siang hari, yah ... jawabannya cukup sederhana. Melihat perilaku monster mirip kelelawar yang aktif ketika cahaya dari lumut mulai hilang sepenuhnya, aku dapat membuat kesimpulan berdasarkan pengetahuan yang ada di dunia sebelumnya. Yah ... walaupun ini hanya asumsi saja.
Baiklah, sebaiknya aku coba gali saja sumber mata air ini.
Melihat aliran air yang begitu konstan selama ini, aku berasumsi bahwa ada sumber air yang jauh lebih besar jauh di dalam sana, jika hipotesis ku benar bisa jadi itu adalah jalan keluar yang aku cari selama ini.
Dengan bermodal batu berbentuk lempengan yang tepiannya cukup tajam, aku menggali dinding tanah ini, ohh ... ternyata tidak sekeras yang aku bayangkan, yah ... karna tembok ini cukup basah jadi tidak terlalu sulit untuk menggalinya. Namun tidak semudah itu, dikarenakan diperlukan waktu setengah hari untuk mencapai kedalaman 50 senti.
Benar-benar melelahkan, untungnya saja di dunia sebelumnya aku sering berolahraga. Coba bayangkan jika tidak, mungkin aku sudah mati karena kelelahan dengan semua hal tidak masuk akal ini.
Setelah menggali sedalam 50 senti, aku memutuskan untuk berhenti dan pergi mencari serangga untuk dimakan, yah ... bagaimanapun juga, mengisi ulang energi sangat penting untuk kelangsungan hidup ini walaupun bentuk dan rasanya sangat mengerikan.
Setelah menggali selama enam hari, dengan jantung berdebar-debar penuh harap, akhirnya mata lelahku menangkap secercah cahaya dan suara gemercik air yang semakin keras. Tembok tanah itu runtuh, dan pemandangan yang terlukis di hadapanku membuatku ternganga. Ini bukan lagi gua sempit yang gelap, melainkan...
Uwohhhhh akhirnyaaaaa ... penggalian selama enam hari ini membuahkan hasil yang sangat baik. Heee ... jadi itu sebabnya saat penggalian, airnya tidak menyebabkan longsor.
Tembok dari ujung gua tempat mata air itu muncul berada di tepi aliran sungai sehingga aliran airnya cukup pelan namun konstan.
Walaupun aku sudah menyangka hal ini, tapi ... tetap saja bukankah ini benar-benar luas? Sangat berbeda dengan gua yang sempit dan gelap sebelumnya. Di sini benar-benar sangat terang dan bahkan aku bisa mandi dengan air yang sebanyak ini.
Terdapat sesuatu yang bercahaya di langit-langit gua, aku tidak tahu apa itu soalnya cukup tinggi jadi sulit untuk mengidentifikasi sumber cahaya itu. Tapi aku berasumsi itu adalah mineral yang dapat menghasilkan cahaya.
Setelah menjelajahi tempat ini dengan mengikuti arah dari datangnya aliran sungai, aku akhirnya menemukan danau dan di sekeliling danau ini terdapat batu yang menghasilkan cahaya yang bersinar terang. Mungkin cahaya yang ada di atas langit-langit gua bersumber dari batu ini, sepertinya kalau ini dijual harganya sangat mahal. Batu kubus itu terlihat seperti kristal yang sangat bening bagaikan kaca transparan, berbentuk aneh—seperti beberapa kubus yang menyatu—namun simetris.
Kalau tidak salah di duniaku juga ada yang seperti ini ... ohh iya, aku ingat ini sangat mirip dengan Pyrite, sejenis mineral berbentuk kubus yang terbentuk secara alami.
Aku melanjutkan penjelajahan ku di sekitar danau ini. Selain batu bercahaya yang jumlahnya sangat banyak, ada juga beberapa tumbuhan yang tumbuh di sekitar danau. Bentuknya seperti Daun Mint, ada juga yang berbentuk seperti Daun Kumis Kucing. Mungkin tumbuhan itu sejenis herbal yang menjadi bahan utama pembuatan potion, seperti yang sering kali ada di dalam anime isekai.
Setelah mempertimbangkan banyak hal—kelelahan yang luar biasa setelah berhari-hari menggali, rasa aman yang relatif di area terbuka ini, dan potensi sumber daya yang belum ku jelajahi di sekitar danau—aku pun memutuskan untuk menetap di sini untuk beberapa waktu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
☆White Cygnus☆
kebanyakan pengulangan kata 'ini' bang
2025-07-13
0
☆White Cygnus☆
sebenarnya kalau dijual harganya sangat mahal. gak ditambahin 'ini' juga sebenarnya gak ngaruh ...
2025-07-13
0
☆White Cygnus☆
gak itu hoak, elu cuma kena genjutsu doang
2025-07-13
0