5

Tring....

Bunyi lift terbuka, membuat kedua pasang mata itu saling bertabrakan.

Ah sial.

"Ayo flor, ada apa? mengapa membeku di sana. Cepat lah masuk, apa kau akan membiar kan yang lain menunggu kita, hm?." Decak salah satu gadis yang merupa kan teman flor sedari smp, dan sekarang mereka masih berteman dengan baik walau pun berada di sekolah yang berbeda.

Flor berdehem, menetral kan rasa gugupnya yang mulai menjalar. Mengabaikan tatapan tajam itu dengan menunduk kan wajah dan sesekali akan tersenyum menanggapi ucapan temannya, yang sedari tadi terus saja berbicara.

Tak lama dari itu, pintu lift pun tertutup membuat keadaan yang flor rasa kan semakin sesak saja apa lagi jelas jelas ia begitu merasa kan jika saat ini ada tatapan tajam yang mampu menembus belakang punggungnya walau pun tak kasat mata.

"Ku dengar, ranov akan datang juga. Jadi aku pikir ini saatnya kau memberitahu dia dengan jawaban yang tempo hari kau janji kan, bukan kah begitu?." Goda gadis bernama remika.

Sebab sebelum mereka melakukan ujian kelulusan, pemuda bernama ranov itu sempat menyata kan perasaannya terhadap flor. Dan tentu saja flor tak langsung menjawab sebab kala itu ia masih terikat kesepakatan dengan kakeknya jika tidak akan menjalin hubungan asmara sebelum dia berusia 17 tahun.

Sebelum flor sempat menjawab, pintu lift pun kembali terbuka di mana ada dua orang yang juga masuk untuk bergabung dengan mereka ke lantai atas. Dan itu membuatnya bernafas dengan lega karna tidak harus menjawab pertanyaan remika di depan pria di belakangnya ini, dan flor bersyukur akan itu.

Setelah mereka sampai ke lantai tujuan dan itu juga merupa kan lantai di mana tujuan pria di belakangnya, dan saat kaki flor hendak melangkah keluar menyusul remika yang lebih dulu keluar dari dalam lift, sebuah suara menghentikannya.

"Apa kah ini salah satu cara itu nona? Sebuah bentuk pemberontakan yang anda kata kan tempo hari, dengan cara membolos, begitu?." Ucap suara di belakangnya yang sangat datar namun terkandung penekanan telak di setiap kata katanya yang keluar.

Flor membalik kan tubuh, menatap stanley tak suka walau pun dalam hati ia memuja pria matang itu.

Flor ingin sekali mendekap tubuh tegap itu, merasa kan kehangatan dan kerasnya otot otot di tubuh stanley.

Ya, itu yang sering ia pikir kan kala melihat penampilan stanley yang seperti ini. Jas yang sengaja di gantung di lengan kiri, meninggalkan kemeja putih polos yang begitu pas di tubuhnya dengan lengan yang sengaja di gulung sampai siku, serta 2 kancing teratas yang di buka. Apa lagi tangan kanan yang di masuk kan ke dalam saku celana, serta tatapan tajam penuh kharisma ke arah depan.

Dan satu lagi pemandangan yang sangat di sukai oleh flor, yaitu ketika stanley sedang serius mengerja kan beberapa dokumen perusahaan kakeknya di ruangan khusus yang di buat kan oleh kakeknya untuk asistennya ini.

"tapi aku tidak membolos, di sekolah sedang ada jam kosong untuk pelajaran terkahir. Dan jujur saja, aku sedikit berbohong pada guru yang bertugas jika aku sedang tidak enak badan. Dan lagi pula, aku sudah memberitahu kakek jika aku akan datang ke rumah daisy untuk ikut meraya kan ulang tah--,"

"Lalu untuk apa anda datang ke sini nona? Ini tentu bukan rumah teman mu itu bukan, tapi hotel, yang jelas jelas kau sendiri tau apa kegunaannya." Sela stanley cepat. "Apa lagi jarak dari sekolah dan rumah teman mu itu berada cukup jauh dari sini, lantas ada keperluan apa sehingga kalian jauh jauh datang ke sini. Oh iya kalau tidak salah dengar, kau ingin berkencan bukan? Ck, di hari pertama tuan tidak ada kau sudah berani melakukan hal yang ia larang."

Suara flor tertahan, merasa kesal dengan ucapan stanley yang memojok kan dirinya seperti ini.

"Sudah lah, kau tidak berhak ikut campur. Kau hanya lah asisten kakek ku, jadi jangan bersikap seolah olah kau adalah daddy ku."

"Bukan kah selama ini kau menganggap ku seperti itu? Bahkan sangat sering, sampai aku merasa bosan namun juga terbiasa untuk itu."

"Sialan, apa maksudnya? Padahal daddy yang aku maksud bukan panggilan daddy seperti panggilan ku ke pada daddy northon. Tapi lihat lah, pria tua ini malah menganggapnya seperti  itu." Batin flor tak habis pikir.

"Baik lah, terserah kau mau bagaimana. Tapi aku mohon, kali ini izin kan aku menemui teman teman ku dulu. Kami sudah sepakat untuk memberi kan daisy kejutan di hotel ini karna ternyata dia semalam memang menginap di sini juga, dan untuk pesta di rumahnya, akan di lakukan nanti." Seteleh mengata kan itu, flor pun pergi meninggalkan stanley yang masih setia menatap punggung kecil nona nya yang mulai menjauh, tanpa menunggu ucapan apa yang akan keluar dari mulut pria itu.

"Sedang melihat apa?." Tanya seseorang menepuk bahu stanley, karna melihat pria itu yang terdiam sedikit lama.

"Hm tidak, hanya tupai kecil yang baru saja belajar berjalan. Dia terlihat liar, tapi juga sangat cerdik." Jawabnya, membuat senyum tipis terbit dari bibir pria yang menegurnya.

"Oh ya, bagaimana perjalanan mu? Maksud ku apa tujuan mu jauh jauh datang ke sini sendirian. Bukan kah biasanya kau akan datang bersama tuan mu itu? Tuan gila mu yang menikahi gadis belia, dan ku rasa kau juga akan menyusulnya bukan." Sindir stanley, membuat kakak sepupunya itu lagi lagi tersenyum tipis.

"Entah lah, aku sebenarnya bingung dan juga ragu harus menjelas kan ini pada mu dan tentu saja ingin meminta saran. Karna ku rasa kau tidak berpengalaman untuk hal ini, kecuali kau juga mau mengikuti jejak kami berdua." Ungkap pria jakung yang tak lain adalah drako, kakak sepupu stanley yang hampir 5 tahun ini mereka tidak pernah bertemu secara langsung, kecuali hanya berkomunikasi via telfon saja.

"Sialan." Umpat stanley pelan, karna merasa di remeh kan.

Pria itu juga sedikit terdiam, merasa aneh dengan ucapannya yang berlebihan saat  menegur cucu dari tuannya tersebut.

Tapi bukan itu alasan utamanya, ia hanya tak terbiasa dengan tingkah florencia yang mulai berubah.

Di mana flor kecil dan polos itu, sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang menunjuk kan jati dirinya terlepas dari peraturan yang selama ini mengikatnya.

Mungkin saja, stanley terbawa akan kebiasan flor yang sering memanggilnya dengan sebutan daddy, sehingga pria itu juga tampak menganggap flor sudah seperti keluarga yang harus ia lindungi terutama pergaulan gadis itu.

"Mari, kita bicara di sana." Ajak drako, membawa stanley untuk duduk di salah satu sofa yang ada lantai tersebut.

Lantai di mana biasanya hanya di tempati oleh orang orang yang membayar biaya lebih saat berada di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!