DD 02 Manusia Penuh Tipu

Dzaka menepi sejenak di taman. Sejak tadi dia nggak fokus. Pertanyaan dari Raffa dan Tanvir berhasil bikin dia terganggu. Baru kali ini Dzaka terdistraksi sama pertanyaan kayak gini. Apa dia mulai goyah? Bukannya ini bakal bahaya, ya? Helaan napas berat terdengar. Kejadian tadi siang bikin perasaannya kalut.

Dzaka tersentak karena sesuatu menghantam bahunya cukup keras. Dia melihat sebuah bola menggelinding. Nggak lama, seorang bocah laki-laki mendekatinya dengan ragu. Alis Dzaka berkerut.

"Bang ... maaf, ya. Aku gak sengaja," lirihnya takut. Bahkan dia nggak berani natap Dzaka.

Dzaka mengubah ekspresinya. Senyuman yang jarang dia umbar ke orang lain tiba-tiba terbit. "Ini bolanya." Dzaka menyerahkan bola itu dengan satu tangan dan tangan lainnya mengusap kepala bocah laki-laki itu lembut.

Tatapan berbinar yang ditunjukkan bocah itu bikin Dzaka heran. Tapi, belum sempat dia merespon apa-apa, bocah itu beranjak pergi.

"Abang baik! Terima kasih!" teriaknya setelah cukup jauh. Matanya masih mengikuti arah perginya bocah itu. Sampai ... pemandangan di sana membuat hatinya sakit.

Dia langsung balik ke tempat duduknya dan bersandar. Suara gemerisik daun dan angin terdengar jelas di telinganya. Seolah ngasih ruang buat Dzaka melepas bebannya. Apa yang dia liat barusan memicu rasa sakit yang Dzaka pendam.

"Gue kenapa?" gumam Dzaka menutupi matanya dengan lengan. Getaran di ponselnya bahkan diabaikan. Dzaka lagi pengen sendiri. Merenungi apa yang lagi dia alami.

"Apa gue emang harus ke psikolog, ya?" gumamnya pelan. Kayaknya ini nggak sesederhana mimpi buruk.

...----------------...

Sekarang udah jam tujuh malam. Dzaka nggak sadar sampai ketiduran di taman. Anehnya, Dzaka malah tidur nyenyak. Tunggu ... jangan salah paham dulu. Tidur nyenyak versi Dzaka itu nggak samai ngorok, kok. Tapi, waktu dia bisa tidur dengan tenang tanpa mimpi buruk yang udah menemani dia bertahun-tahun.

Jantungnya berdetak lebih cepat waktu liat panggilan di ponselnya. Baru aja Dzaka ngerasa sedikit hidup, udah ada masalah baru yang nunggu dia. Ponselnya bergetar lagi, tapi Dzaka malah nyimpan ponselnya di kantong celana dan menaiki motornya beranjak pergi.

Sebelum komplek perumahannya, ada minimarket langganan Dzaka. Berhubung stok camilannya menipis, dia mampir. Melupakan fakta kalau di rumah mungkin udah ada yang nungguin dia.

Kalau belajar, kalian butuh apa? Kalau Dzaka sih camilan. Bahkan di kamarnya tersedia kulkas mini khusus buat camilan. Soalnya, Dzaka harus belajar berjam-jam di kamar. Pastinya butuh asupan.

Dzaka mengambil keranjang belanja dan bergerak menuju rak makanan. Dzaka melihat ada yang aneh. Rak biskuit dan kue kering di depan sana kok makin miring, ya? Apalagi di sana ada seorang gadis. Kayaknya gadis itu nggak sadar dan terus berusaha menggapai sesuatu di rak.

Dzaka melepas keranjang belanjaannya dan berlari menuju rak itu.

Bruk!

“Ow!” Dzaka mengusap pelipisnya yang tergores kemasan biskuit. Kondisi Dzaka keliatan kacau sambil menahan rak supaya nggak jatuh. Petugas minimarket langsung sigap mengambil alih keadaan.

“Kamu gak papa, kan?” Suara gadis itu bergetar. Kayaknya masih syok karena kejadian barusan.

Dzaka menggeleng. Tapi, badan Dzaka terasa sakit. Soalnya, raknya cukup berat. Belum lagi kaleng-kaleng biskuit yang menghantam kepala dan punggungnya. Dzaka memungut crackers keju yang tergeletak di hadapannya dan menyerahkannya ke gadis itu.

“Lain kali hati-hati!” peringat Dzaka sebelum keluar dari sana. Dia nggak jadi belanja dan memilih buat langsung pulang.

Gadis itu nyuruh kasir lebih cepat menghitung belanjaannya supaya bisa ngejar Dzaka. Tapi, deru motor Dzaka terdengar dan bergerak mengikuti arus jalanan yang masih padat.

“Padahal aku belum sempat bilang makasih,” lirih gadis itu seraya berjalan lesu ke luar.

Matanya sibuk memerhatikan lalu lintas yang masih padat. Dia bersandar di dinding kaca supermarket, mengeluarkan ponselnya dan mulai berselancar di sosial media untuk mengusir kebosanan. Dia cuma belum pengen pulang.

Tangannya meraba-raba isi belanjaan demi mengambil crackers keju. Bayangan kejadian tadi terlintas lagi di pikirannya pas liat crackers keju ini. Juga, wajah pemuda yang nolongin dia.

“Ziya!”

Gadis itu segera mengangkat pandangannya ngeliat siapa yang manggil. Dia tersenyum masam saat mendapati seorang pemuda melambaikan tangan di seberang jalan.

Jalanan yang padat bikin geraknya terhambat. Pas dia pikir udah aman, dia mulai melangkah tergesa. Tapi, deru motor mendekat dengan kencang terdengar jelas di telinganya. Dia cuma diam membisu, padahal motor itu semakin dekat.

Bruk!

...----------------...

Dzaka langsung putar balik pas ingat kalau stok yogurt nya abis. Makanan satu itu nggak boleh sampai kosong di kulkas mininya. Baru aja Dzaka turun dari motor, matanya udah nangkap kejadian menegangkan. Tanpa pikir panjang Dzaka langsung lari ke sana.

Bruk!

Meski tubuhnya remuk, Dzaka berhasil menyelamatkan gadis itu tepat waktu. Setelah memastikan tidak ada luka pada gadis itu, Dzaka menghela napas lega.

“Si–siku kamu ....” Gadis itu gemetar menunjuk darah di siku Dzaka. Dia terlihat kebingungan saat akan menyentuh Dzaka.

Dzaka menyembunyikan lengannya di balik badannya. Jujur aja rasanya perih banget. Tapi, Dzaka coba tahan supaya nggak meringis. Saking perihnya, tangan Dzaka gemetaran.

“Ayo! Gue antar pulang!” titah Dzaka yang mendapat gelengan dari gadis itu.

“A–aku harus obati ka–kamu dulu. Itu pasti perih banget.” Gadis itu langsung berdiri dan berniat pergi ke apotek yang nggak jauh dari sana.

Dzaka menarik lengan baju gadis itu dan menggeleng pelan. "Gue gak papa. Ayo gue anter pulang," ajak Dzaka lagi. Baru sekali ketemu gadis ini udah bikin badan Dzaka remuk dua kali. Wajar dong dia menawarkan bantuan buat nganterin, takut ada kejadian part ketiga.

“Dia pulang sama gue!” sela seseorang yang muncul dengan kaca helm yang masih tertutup.

Dzaka memicing curiga melihat gelagat sosok itu. Sedangkan gadis itu hanya menatap lesu.

“Kalau lo bukan siapa-siapanya dia, gue gak akan biarin dia pulang sama lo!” balas Dzaka tegas.

“Gue abangnya! Jadi, gue berhak, kan, buat bawa adek gue balik?”

Dzaka merasa familiar sama suara itu. Tapi, helmnya beda, sih. Terus nada suaranya lebih dingin. Apa cuma perasaan Dzaka, ya?

“Buka dulu kaca helm lo!” suruh Dzaka yang membuat sosok itu gelisah.

“Hmm, lo bisa tanya dia langsung,” putus sosok itu.

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya gadis itu mengangguk pelan pada Dzaka, mengiyakan ucapan sosok berhelm itu.

"Vir .... Itu lo, kan?" monolog Dzaka.

Lantas kalau memang sesuai tebakannya, seharusnya sosok itu bertingkah kayak biasa, bukannya menyembunyikan diri. Aneh banget.

Dzaka tersentak setelah ingat sesuatu.

"Adek? Adeknya Tanvir udah balik?" gumam Dzaka dengan pandangan lurus ke arah perginya motor Tanvir.

Episodes
1 DD 01 Hanya Objek
2 DD 02 Manusia Penuh Tipu
3 DD 03 Bertemu Kembali
4 DD 04 Manusia?
5 DD 05 Putra Mahkota Boneka
6 DD 06 Jangan Terlalu Kecewa
7 DD 07 Lelah
8 DD 08 Geng River
9 DD 09 Mami?
10 DD 10 Sosok untuk Dilindungi
11 DD 11 Kebenaran
12 DD 12 Rekaman dan Bukti
13 DD 13 Dimitri
14 DD 14 Raffa Sakit
15 DD 15 Manusia Kuat?
16 DD 16 Operasi Penyergapan Pertama
17 DD 17 Sosok Rapuh
18 DD 18 Ingin Menyerah?
19 DD 19 Sahabat
20 DD 20 Rencana Mencari Liontin Buna
21 DD 21 Menjalankan Rencana
22 DD 22 Kabur?
23 DD 23 Dzaka ... Dzaka ...
24 DD 24 Fa... Dzaka....
25 DD 25 Lo ... Dzaka kayak gini karena Lo!
26 DD 26 Batuk Berdarah
27 DD 27 Kritis
28 DD 28 Paman Adi vs Tuan Emir
29 DD 29 Dimitri dan Dzaka
30 DD 30 Adik Kecil
31 DD 31 Bang ... Dimi ....
32 DD 32 Kebebasan yang Direnggut
33 DD 33 Bi Edah
34 DD 34 Luka di Masa Lalu
35 DD 35 Kekecewaan
36 DD 36 Dia Kembali
37 DD 37 Dzaka Sadar
38 DD 38 Lo abang gue?
39 DD 39 Buat apa gue hidup?
40 DD 40 Hari itu ....
41 DD 41 Duo D dan Trauma
42 DD 42 Fakta Baru
43 DD 43 Mungkin gak?
44 DD 44 Geng TDR
45 DD 45 Wanita Misterius
46 DD 46 Berubah
47 DD 47 Orang Itu Datang
48 DD 48 Ada yang Aneh
49 DD 49 Sosok Wanita Saat Itu ...
50 DD 50 Bertemu Seseorang
51 DD 51 Pindah Sekolah?
52 DD 52 Penyelamatan
53 DD 53 Keadaan Tak Kunjung Membaik
54 DD 54 Mengintai
55 DD 55 Hidup Itu ...
56 DD 56 Mencari Petunjuk Lain
Episodes

Updated 56 Episodes

1
DD 01 Hanya Objek
2
DD 02 Manusia Penuh Tipu
3
DD 03 Bertemu Kembali
4
DD 04 Manusia?
5
DD 05 Putra Mahkota Boneka
6
DD 06 Jangan Terlalu Kecewa
7
DD 07 Lelah
8
DD 08 Geng River
9
DD 09 Mami?
10
DD 10 Sosok untuk Dilindungi
11
DD 11 Kebenaran
12
DD 12 Rekaman dan Bukti
13
DD 13 Dimitri
14
DD 14 Raffa Sakit
15
DD 15 Manusia Kuat?
16
DD 16 Operasi Penyergapan Pertama
17
DD 17 Sosok Rapuh
18
DD 18 Ingin Menyerah?
19
DD 19 Sahabat
20
DD 20 Rencana Mencari Liontin Buna
21
DD 21 Menjalankan Rencana
22
DD 22 Kabur?
23
DD 23 Dzaka ... Dzaka ...
24
DD 24 Fa... Dzaka....
25
DD 25 Lo ... Dzaka kayak gini karena Lo!
26
DD 26 Batuk Berdarah
27
DD 27 Kritis
28
DD 28 Paman Adi vs Tuan Emir
29
DD 29 Dimitri dan Dzaka
30
DD 30 Adik Kecil
31
DD 31 Bang ... Dimi ....
32
DD 32 Kebebasan yang Direnggut
33
DD 33 Bi Edah
34
DD 34 Luka di Masa Lalu
35
DD 35 Kekecewaan
36
DD 36 Dia Kembali
37
DD 37 Dzaka Sadar
38
DD 38 Lo abang gue?
39
DD 39 Buat apa gue hidup?
40
DD 40 Hari itu ....
41
DD 41 Duo D dan Trauma
42
DD 42 Fakta Baru
43
DD 43 Mungkin gak?
44
DD 44 Geng TDR
45
DD 45 Wanita Misterius
46
DD 46 Berubah
47
DD 47 Orang Itu Datang
48
DD 48 Ada yang Aneh
49
DD 49 Sosok Wanita Saat Itu ...
50
DD 50 Bertemu Seseorang
51
DD 51 Pindah Sekolah?
52
DD 52 Penyelamatan
53
DD 53 Keadaan Tak Kunjung Membaik
54
DD 54 Mengintai
55
DD 55 Hidup Itu ...
56
DD 56 Mencari Petunjuk Lain

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!