Suamiku Seorang Berondong
Aira Tanisa .
Seorang wanita muda berusia 27 tahun. Bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi seorang manajer yang cukup diperhitungkan.
Ia bekerja di perusahaan Santoso, perusahaan yang berkembang di negara ini dan memiliki kekuasaan dalam bidang perekonomian.
Aira Tanisa sudah bekerja di perusahaan itu selama 4 tahun. Ia sangat menikmati hari-harinya dan bekerja dengan sepenuh hatinya.
Bahkan ia memiliki gaji yang cukup fantastis untuk memenuhi semua kebutuhannya. Meski begitu Aira Tanisa masih memilih tinggal di kediaman orang tuanya.
Sebagai anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, Aira memang sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Tapi itu semua tidak membuat Aira menjadi wanita yang malas untuk bekerja.
Pulang bekerja dari kantor hari ini, Aira sedikit heran ketika mamanya memerintahkan ia untuk mandi dan mengenakan sebuah dress yang terlihat begitu cantik.
Meski ia sangat penasaran kenapa ia disuruh mengenakan dress itu. Namun Aira tidak menolak permintaan mamanya. Ia beranggapan mungkin saja malam ini mereka akan makan malam di luar dan merayakan sesuatu.
Bisa saja bukan? Pemikiran itu membuat Aira melangkah ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Sedikit bersenandung kecil menikmati air yang mengalir membasahi seluruh tubuhnya. Hingga membuat perasaannya lebih segar kembali.
Usai mandi, ia mengenakan dress itu dan sedikit merias wajahnya.
'Klek!'
Pintu kamar yang dibuka mengalihkan perhatian Aira melihat mamanya memasuki kamar itu.
Mamanya yang bernama Aluna, tersenyum lembut melihat putri semata wayang yang telah rapi dan terlihat begitu cantik.
"Sebenarnya kita mau merayakan apa ma?" Aira semakin tidak sabar.
Ia semakin bingung dan penasaran atas sesuatu yang harus mereka rayakan.
Aluna berjalan mendekati Aira dan mengelus luncak kepala putrinya dengan perlahan. Sebagai anak perempuan satu-satunya dan anak paling bungsu, Aluna sangat menyayangi Aira.
Kedua kakaknya telah menikah dan memiliki keluarga masing-masing. Karena itulah, hanya Aira anak mereka yang belum menikah.
"Papa akan kedatangan beberapa tamu malam ini ke rumah." Aluna mencoba menjelaskan dan menatap pantulan sang putri dari cermin tersebut.
"Mereka datang ingin berbicara hal yang sangat serius bersama dengan papamu Aira." Ia kembali berbicara dengan nada yang lebih lembut. Memandangi sang putri yang setia mendengar penjelasan darinya.
"Dan untuk itu kamu diharapkan agar ikut menemani Papa dan Mama, menyambut mereka nantinya." Aluna kembali bersuara.
"Baiklah mama. Aira pasti akan menyambut tamu Papa dengan baik." Dengan mengangguk kecil Aira meyakinkan mamanya dan menggenggam jemari mamanya.
"Tapi ada urusan apa sehingga mereka mendatangi kediaman kita Mama?" sedikit penasaran Aira kembali bertanya.
"Nanti juga kamu akan tahu." Aluna menjawab dan berusaha mengalihkan pembicaraan padahal lain.
Aira yang melirik mamanya seolah tidak ingin membicarakan hal ini lebih jauh, memilih diam dan mengangguk. Meski mamanya tidak mengatakan apapun, tentu saja Aira akan mengetahui pembahasan itu nantinya bukan?
15 menit kemudian salah satu pelayan yang ada di rumah itu mendatangi kamarnya, memberitahukan jika tamu yang ditunggu oleh Anton telah tiba.
Aluna berdiri dan menarik putrinya agar melangkah mengikutinya.
"Sepertinya kita harus segera turun sayang. Karena kita tidak mungkin membiarkan papa dan para tamunya menunggu lebih lama." Aluna kembali merapikan penampilan Aira dan memilih menggandeng tangan anaknya itu.
Mereka berdua turun dari lantai 2 menuju ruang tamu. Dan di sana mereka melihat Papanya bersama dengan sepasang suami istri yang telah duduk dan bertukar kabar.
Aira tersentak menyadari sepasang paruh baya itu. Itu adalah Harry Santoso beserta istrinya, Liana Santoso. Aira mengenal keduanya dari perusahaan tempat ia bekerja.
Melihat kedatangan Aluna dan Aira, sepasang suami istri itu tersenyum lebar dengan tatapan berbinar yang tertuju kepada Aira.
"Inikah anak Pak Anton yang bernama Aira?" Wanita paruh baya yang diketahui bernama Liana itu tersenyum lebar dan mengulurkan tangan.
Aira yang bingung hanya tersenyum dan menyambut uluran tangan tersebut.
"Benar tante saya bernama Aira." Ia menjawab dengan sopan dan menyalam tangan wanita paruh baya yang bernama Liana Santoso tersebut.
"Kamu ternyata memiliki anak perempuan yang sangat cantik Anton." Harry tidak segan-segan memuji kecantikan Aira kepada Anton, Papa Aira sendiri.
"Tentu saja! Bukankah itu terlihat jelas dari ketampananku?!" Dengan percaya diri, Anton malah menjawab hingga menimbulkan kekehan kecil bagi mereka yang ada di ruang tamu.
Aluna mempersilahkan Liana kembali duduk dengan Aira yang duduk diantara mereka berdua.
"Sepertinya kita harus segera melaksanakan acara itu Anton." Harry melirik Aira dan mengangguk kecil, kemudian menoleh kepada Anton dengan sorot yang lebih serius.
"Niat baik itu tidak bagus jika dilamakan. Dan akan semakin baik jika dipercepat." Sekali lagi Harry berbicara.
Aira semakin bingung dengan pembicaraan antara Harry Santoso dengan dengan papanya. Ia mengerutkan kening melihat Papanya mengangguk dan menjawab perkataan itu.
"Kamu benar sekali. Kita akan melaksanakan acara itu secepatnya." Anton menjawab dengan pasti.
"Acara apa sebenarnya Mama?" Aira dengan cepat menoleh kepada Aluna yang tersenyum dan menatapnya dengan ragu.
Entah kenapa Aira merasakan sebuah firasat yang tidak baik. Tapi ia masih mencoba bersikap netral dan menunggu jawaban dari mamanya.
" Lho, kamu belum tahu sayang?" Liana yang mendengar pertanyaan Aira menyambut dan bersuara.
"Belum tahu apa Tante?" Aira tentu saja dengan cepat menoleh kepada Liana dan menatap wanita itu dengan tidak sabar.
"Kami datang kemari karena membicarakan perjodohan antara kamu dengan Brian, anak kami." Liana menjelaskan dengan cepat kepada Aira.
Ucapan Liana yang begitu antusias karena menyambut baik rencana perjodohan ini, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Aira.
Ia seketika terdiam dengan tangan yang mencengkram dress yang sedang ia kenakan. Aira menoleh kepada mamanya meminta jawaban dalam diam.
Dan melihat mamanya yang tidak berani menatapnya secara langsung membuat Aira yakin jika ucapan yang dilontarkan oleh Liana Santoso benar adanya.
"Perjodohan?"
Aira kembali mengulangi perkataan itu karena terkejut dengan tindakan yang diambil oleh papa dan Mamanya. Ia melihat papanya yang terkekeh kecil berbicara dengan Harry Santoso.
Rasanya Aira tidak sanggup untuk menelan ludahnya demi mencerna informasi ini.
"Dan kami telah memutuskan jika pernikahan kamu dengan anak kami akan diadakan minggu depan." ucapan itu seketika membuat Aira pucat dan sangat shock.
Tubuhnya terasa lemah karena kalimat perjodohan dan pernikahan yang akan diadakan seminggu lagi. Bagaikan ultimatum dan sebuah perintah mutlak yang tidak bisa ia bantah lagi.
Aira memejamkan mata dengan tangan terkepal, ketika emosi yang besar menggelegak dan berusaha meledak dalam dirinya.
"Kami menyerahkan semua urusan akad nikah itu kepada keluarga Santoso." Anton menjawab dengan senyuman lebar.
"Setelah akad nikah minggu depan, kita akan membicarakan kembali perihal resepsi. Yang akan membuat kedua belah pihak keluarga merasa semuanya sempurna." Harry mengangguk dan menoleh kepada Anton.
"Begitu anak kami tiba tiga hari lagi dari luar negeri, kami akan segera melakukan proses untuk akad nikah minggu depan."
Ucapan final dari Harry Santoso beserta Anton, benar-benar membuat Aira ingin pingsan seketika.
Adakah yang lebih mengerikan dari ini semua?
---------------
Hai,,,,,,,
Selamat datang di karya pertamaku di aplikasi ini......
Ikuti perjalanan Aira Tanisa yang dijodohkan dengan lelaki pilihan keluarganya.....
Semoga kalian menyukainya....
See u next Part.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments