Bab. 4

Syifa tidak menyangka jika mulai detik ini dia harus memakai hijab selama bekerja di mansion itu.

Syifa memperhatikan penampilan terbarunya yang memakai hijab. Dia semakin terlihat cantik ketika memakai pakaian yang tertutup.

“Masya Allah, saya bisa secantik ini yah kalau pake hijab,” gumamnya Syifa yang terkagum-kagum melihat perubahan penampilannya.

Tok… tok…

Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar.

“Tunggu,” ucapnya Syifa yang berjalan cepat ke arah pintu.

“Kamu dipanggil sama Pak Tio katanya kamu harus bersihkan kamar pribadinya Tuan Muda pertama,” ujarnya Dania.

“Oh iya hampir saja saya lupa kalau pekerjaan saya sekarang membersihkan ruangan kamar pribadinya Tuan Muda Pertama,” balasnya Syifa.

“Kamu masih muda tapi keseringan lupa, sana cepatlah nanti Pak Tio marah-marah dan kami semua kena semprot nya lagi,” ucap Dania kemudian meninggalkan depan kamarnya Syifa.

Syifa hanya cengengesan mendengarnya kemudian ia mengecek kamarnya terlebih dahulu, sebelum meninggalkannya karena dia tidak ingin rahasia besarnya terbongkar.

Syifa sudah berjalan di belakangnya Pak Tio menuju kamarnya Tuan muda pertama. Sepanjang perjalanan Pak Tio mewanti-wanti dan tidak menjelaskan apa saja yang harus dikerjakan oleh Syifa di dalam kamar itu hingga air liurnya Pak Tio tumpah-tumpah meluber kemana-mana.

“Apa kamu sudah paham semua yang sudah kujelaskan padamu?” Tanyanya pak Tio ketika hendak membuka pintu kamar yang paling besar yang ada di lantai tiga itu.

Saking seriusnya berbicara sampai-sampai ilernya mengenai wajahnya Syifa.

“Astaga dragon kalau mau gerimis kira-kira dong? Jangan langsung di wajah,”

Syifa dalam hati ngedumel terkena cipratan iler dari Pak Tio yang terlalu bersemangat dalam berbicara. Sehingga dia harus menghindar agar tidak terkena cipratan iler tersebut.

“Saya sudah paham Pak Tio apa yang bapak sampaikan kepadaku,” balas Syifa yang berdiri di depan pintu masuk kamar bercat putih itu.

Pak Tio tersenyum karena menganggap Syifa memahami apapun yang dijelaskan olehnya. Padahal Syifa sengaja tidak membantah dan mengiyakan kalau dia paham hanya untuk cepat-cepat mengakhiri percakapan mereka. Dikarenakan setiap kali berbicara, Pak Tio selalu menyemburkan cairan yang mampu membasahi wajahnya.

“Sedari dulu kamu memang selalu cepat tanggap dan tidak pernah membuat saya pusing-pusing seperti pelayan lainnya yang lemot ketika dijelaskan apa yang seharusnya mereka kerjakan,” pujinya pak Tio.

“Kalau gitu saya pamit ke dalam takutnya Tuan Muda pertama sudah pulang tapi saya belum bersih-bersih lagi,” ucap Syifa yang hendak mengakhiri pembicaraan mereka.

“Bekerjalah yang giat dan serius karena Tuan Muda berjanji akan memberikan kamu bonus kalau kerjaan kamu bagus,” ujarnya Pak Tio dengan nada menyemangati Syifa.

Syifa menutup pintu kamar tersebut dan berjalan ke arah dalam, ia memindai setiap sudut kamar yang memberikan kesan yang sangat mendalam dan akan selamanya diingatnya.

“Kamu tidak boleh memakai hati dalam hubungan transaksi kita berdua! Karena kita melakukan semuanya ini atas dasar sebagai bentuk kerjasama mutualisme saling menguntungkan. Kamu dapat uang saya dapat kepuasan dari pelayanan kamu,’

Ucapannya suami sirinya selalu diingatnya dan akan selalu ditanamkan di dalam hati dan pikirannya sampai kapanpun.

“Saya tidak akan pernah memakai perasaan dalam hubungan transaksi kita berdua. Saya malah bersyukur karena mendapatkan orang yang rela membantuku.”

Syifa memperhatikan sprei berwarna merah yang dipakainya semalam bersama dengan suaminya yang menjadi saksi bisu ketika dia bersama suami siri nya melewati malam panas yang sangat panjang.

Matanya terbelalak melihat ada beberapa bercak darah di atasnya, ia cepat-cepat melepas dan mengambil spreinya agar tidak ketahuan oleh orang lain.

“Ya Allah, untungnya bukan orang lain yang melihatnya bisa-bisa orang-orang akan curiga apa yang sudah diperbuat oleh Tuan Muda sampai-sampai ada bercak darah,” cicitnya.

Syifa memasukkan semua kain kotor ke dalam keranjang khusus. Dia berencana mencucinya langsung tanpa bantuan orang lain agar rahasianya terjamin tetap aman.

“Ini pasti darah milikku ketika kami melakukannya,” cicitnya.

Syifa membersihkan setiap sudut hingga ke sela-sela paling sulit pun dibersihkannya. Bahkan sudut itu nampak bersih, tapi tetap dia bersihkan agar lebih kinclong lagi.

Setiap gerakannya memperlihatkan kalau dia sudah biasa mengerjakan semua pekerjaan itu. Dia cukup teliti, ulet dan giat dalam bekerja.

“Syukur alhamdulilah selesai juga, kayaknya saya bisa beristirahat di sofa beberapa menit sebelum kembali ke kamar,” lirih Syifa sambil menyimpan alat-alat perlengkapan kebersihannya ke tempat khusus.

Ruangan itu sebenarnya tanpa dibersihkan setiap hari masih tetap bersih. Tetapi, karena yang punya kamar adalah pecinta kebersihan sehingga tetap wajib dan kudu dibersihkan setiap harinya.

Syifa mengecek pakaian di walk in closetnya, padahal niatnya sudah siap untuk beristirahat siang itu, tapi karena kerjaannya adalah mengecek dan menyiapkan pakaian majikannya sehingga dia harus meluangkan waktu untuk mengeceknya.

“Masya Allah, ini lemari pakaian atau isi Mall yang pindah kemari? Banyak banget, terus apa semuanya akan habis dipakai setiap minggunya,” puji Syifa.

Ia dibuat terheran-heran hingga mulutnya menganga lebar saking takjubnya melihat isi dalamnya.

Syifa takjub melihat deretan baju dan celana dari berbagai merek dan model yang ada di dalam lemari berpintu dua belas itu. Pakaian dewasa dengan merek ternama yang diperkirakan hanya memiliki harga yang sangat mahal.

“Orang kaya mah bebas! Anak sultan di lawan. Berbeda dengan kami yang hanya orang kismin makan saja kadang kesulitan,”

Syifa memilih beberapa pasang setelan kerja dan santai kemudian dia menyimpan di tempat khusus pakaian yang siap dipakai.

“Kapan yah saya juga bisa memakai pakaian yang mahal? Buru-buru beli pakaian bagus, uang gajiku sudah habis saya berikan untuk Abang Amri dan adekku Salsabila sama Sarah,” cicitnya.

Tanpa disadari dan diketahuinya semua yang dilakukannya terekam kamera pengawas cctv yang terpasang di sudut yang tidak terjangkau oleh pandangan orang-orang.

Pemilik kamar tersebut tersenyum samar melihat apa yang diperbuat oleh Syifa di dalam kamarnya sambil sesekali senyum-senyum memperhatikan tingkah lucu dan menggemaskan Syifa dimatanya.

“Untungnya mami punya aturan khusus untuk pelayan yang melayaniku harus pake hijab jadi para lelaki hidung belang tidak bisa melihat dan menerawang atau menghayalkan bentuk tubuhnya.”

Disela-sela mengerjakan pekerjaannya dia curi-curi waktu untuk melihat apa yang diperbuat oleh istri sirinya itu.

“Bagaimanapun dia adalah wanitaku, gue nggak mau lah berbagi dengan pria lain!” Tegasnya.

Ia terus memperhatikan dengan seksama apa yang dikerjakan oleh Syifa di dalam kamarnya melalui layar ponselnya karena terhubung langsung dengan cctv di kamarnya.

Ia masih mengingat kejadian siang tadi ketika adiknya Jonathan dan sepupunya Kian memperhatikan dengan seksama bentuk tubuhnya dan wajahnya yang Syifa.

“Selama dia menjadi wanitaku, gue nggak izinin dia deketan dengan lelaki manapun termasuk kekasihnya di desa. Amit-amit lah kalau harus berbagi wanita dengan orang lain!”

“Nanti malam gue akan meminta kepadanya untuk melakukan gaya baru yang berbeda dengan apa yang kami lakukan semalam. Dia pasti semakin seksi dan menggoda pakai lingerie pink,” gumamnya seraya membayangkan seksinya Syifa memakai pakaian yang menerawang, kekurangan bahan dan tembus pandang.

Syifa yang barusan terlelap dalam tidurnya tidak menyadari kalau ponselnya berdering sekaligus bergetar di atas meja sofa. Saking lelapnya dia tidak menyadari telepon terus berdering.

Sekitar pukul enam, barulah Syifa bangun tidur. Dia mengerjapkan kedua kelopak matanya sambil menyesuaikan cahaya yang masuk mengenai retina matanya.

“Alhamdulillah, masih bisa bangun,” gumamnya.

Syifa mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dan betapa kagetnya ketika tersadar kalau dia masih di dalam kamar majikannya.

“Astaghfirullahaladzim, saya harus buru-buru pergi dari sini takutnya tuan muda marah-marah lagi karena saya tidur di atas sofanya yang mahal,” cicitnya Syifa yang gegas meninggalkan kamar tersebut.

Tapi, usahanya terhenti ketika mendengar suara bariton yang sangat dikenalnya berseru kepadanya.

“Jangan pergi! Layani saya sebelum kamu keluar!” Titahnya Tuan Muda.

Syifa menolehkan kepalanya ke arah belakang seorang pria duduk di atas sofa sambil memainkan cawan minuman beralkoholnya yang menatap dengan tatapan seperti seorang predator yang melihat mangsanya.

“Ba-iklah Tuan,” balasnya Syifa.

Pria itu memanggil Syifa menggunakan kode dari tangannya. Ia berjalan ke arah Tuan mudanya sambil melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya.

Tuan Muda tersenyum smirk karena Syifa sudah paham apa tugas dan pekerjaannya jika hanya berduaan dengan suami sirinya.

Malam itu kedua pengantin baru kembali memadu kasih. Syifa semakin lihai dan pro memanjakan torpedo milik tuan mudanya.

“Oh yes!! Oh no baby!!” Racaunya Tuan Muda yang masih dalam posisi duduk.

Kedua bola matanya merem melek menikmati sentuhan demi sentuhan jari jemarinya Syifa bergantian dengan lid4hnya yang mengulum melum4t mengus4p dan mengis4p sang senjata pamungkas.

“Kamu semakin pintar saja padahal baru dua hari,” ucapnya sambil menangkupkan kedua jarinya di dagu Syifa hingga terangkat dan mendongak menatap ke arahnya.

“Apakah Tuan Muda menyukai apa yang saya lakukan?” Tanyanya balik.

“Ingat baik-baik aku tidak ingin berbagi barang milik saya ke orang lain! Jadi jangan sekali-kali melakukannya dengan pria manapun!”

Syifa mengangguk patuh,” saya bukan tipe perempuan yang akan berselingkuh dengan pria lain ketika status saya adalah seorang istri Tuan Muda Jordan!” Tegasnya Syifa.

“Good girls! Aku suka dengan gayamu dan ucapanmu ini!” Ucap Jordan.

Jordan bangkit dari posisi duduknya dan mengangkat tubuhnya Syifa ke atas ranjang karena ingin lebih leluasa mengeksplorasi tubuh seksi milik istrinya.

Adegan plus-plus selalu terjadi ketika Jordan ada di rumahnya. Mereka melakukannya berulang-ulang hingga Jordan benar-benar puas dan kelelahan.

“Jangan pernah memakai cinta dalam hubungan ini karena cinta itu hanya untuk Abang Amri, lagian meski kami saling mencintai tapi cinta kami takkan pernah bersatu karena terhalang jodoh dan kasta.”

Sudah delapan bulan lebih kehidupan rumah tangga rahasia mereka. Setiap hari tak pernah absen untuk saling beradu peluh keringat.

Bagi Syifa dia akan melakukan segala cara agar majikannya bahagia karena mengingat hubungan mereka halal.

Selain itu ada banyak keuntungan dari balik hubungan mereka yaitu dia tidak pernah kekurangan finansial lagi.

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

Syifa jgn bodoh tu si Amri jadikan kamu mesin atm berjalan nya aja , semoga Syifa cepat tau kelakuan Amri yg macam lintah dan parasit

2025-05-24

1

sunshine wings

sunshine wings

jangan mau tuan muda dan mintalah Syifa untuk memutuskan hubungan dengan Amri

2025-05-24

1

sunshine wings

sunshine wings

😍😍😍😍😍

2025-05-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!