TDT 5

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang ketika Raka akhirnya menyeka keringat di pelipisnya dan menegakkan badan. Ia menatap kembali tanaman yang tadi ditelitinya satu per satu, lalu menatap catatannya.

"Untuk hari ini cukup, Bu. Sampel dan datanya saya bawa dulu. Nanti sore saya langsung ke lab, biar besok bisa saya laporkan hasil sementaranya ke Ibu," ucapnya, menutup map kerjanya dan memasukkan alat-alat ke dalam tas.

Aruna mengangguk, meski dalam hatinya masih ingin lebih lama di dekat pria muda itu. Mereka berdua segera berjalan kembali ke arah mobil Raka. Perjalanan kembali ke rumah Aruna tidak banyak kata, hanya sesekali komentar ringan tentang kondisi cuaca dan pemandangan sekitar.

Sesampainya di depan rumah, Aruna sempat menawarkan, “Kalau belum makan, makan siang dulu di sini, Raka. Kebetulan tadi pagi saya suruh Bu Marni masak ayam rica dan tumis bunga pepaya. Kamu pasti suka.”

Raka menoleh sambil tersenyum lembut. “Aduh, terima kasih banyak, Bu. Tapi saya harus langsung ke lab sekarang, biar semua ini bisa segera diproses. Sayang banget sebenarnya, tapi nanti malah kelamaan.”

Aruna hanya tersenyum, menahan kecewa kecil yang tidak ia tunjukkan. “Baiklah kalau begitu. Hati-hati ya di jalan, dan kabari saya kalau sudah dapat hasilnya.”

“Pasti, Bu. Sampai jumpa besok pagi, ya.” Raka membalas dengan senyum yang ramah, lalu masuk ke mobilnya dan perlahan melaju meninggalkan halaman rumah Aruna.

Saat mobil itu menghilang di tikungan, Aruna masih berdiri di depan teras, memandangi jejak roda yang basah di bebatuan. Ada sesuatu dalam dada yang tak bisa ia abaikan.

Malam mulai larut saat Aruna berdiri di depan lemari bajunya, membuka pintu gesernya perlahan. Ia memandangi deretan pakaian yang tergantung rapi, jemarinya menyusuri tekstur kain satu per satu, berpikir keras baju mana yang akan ia kenakan esok pagi. Sesuatu yang kasual, tapi tetap anggun. Yang tidak terlalu mencolok, tapi cukup membuat Raka meliriknya. Ia tersenyum kecil membayangkan reaksinya, hingga lamunan itu buyar oleh suara ponsel yang tiba-tiba berdering.

Getaran lembut di meja rias membuatnya menoleh cepat. Ia berjalan ke arah ponsel itu, lalu melihat nama yang tertera di layar: Bagas.

Wajah Aruna seketika berubah. Antusiasmenya seolah luruh dalam satu kedipan mata. Ia menarik napas, lalu menjawab panggilan itu dengan suara datar.

“Halo?” ucapnya singkat, tanpa nada lembut yang biasanya ia simpan untuk tamu atau rekan bisnis.

Suara Bagas terdengar di seberang, terdengar seperti biasa tenang, penuh kendali, dan agak jauh. Jauh seperti keberadaannya yang selama ini lebih banyak di luar negeri daripada di samping istrinya.

“Aruna, gimana kabarmu? Aku baru dapat sinyal bagus. Tadi sempat kirim email juga,” ujar Bagas.

Aruna mengangguk kecil, meski tahu Bagas takkan melihatnya. “Aku lihat tadi,” jawabnya pendek.

“Kamu sibuk?” tanya Bagas.

Aruna menoleh kembali ke lemari pakaiannya yang masih terbuka. Pikirannya sudah tidak lagi di situ. “Sedikit. Banyak yang harus aku urus,” jawabnya masih dengan nada yang tertahan.

Bagas mengangguk pelan di seberang sana, seolah mencoba membaca suasana hati istrinya dari jarak ribuan kilometer.

Obrolan itu berlanjut dengan tanya jawab ringan, tapi semuanya terasa hambar bagi Aruna. Jiwanya sudah tidak sepenuhnya terhubung ke suara Bagas, seperti ada batas yang tak bisa dijembatani. Dan untuk pertama kalinya sejak sekian lama, ia tidak merasa bersalah karena hatinya sedang memikirkan pria lain.

Melirik kebelakang tentang Aruna...

Dua puluh tahun lalu, Aruna resmi menjadi istri Bagas, lelaki bungsu dari keluarga terpandang di daerah mereka. Sebuah pernikahan yang kala itu disambut hangat oleh banyak orang, karena Aruna dikenal sebagai wanita cerdas, berpendidikan, dan bersahaja. Meski belum dikaruniai anak hingga hari ini, Aruna tetap menjaga rumah tangganya dengan keteguhan hati yang luar biasa.

Bagas adalah anak bungsu dari seorang pengusaha perkebunan yang memiliki lahan seluas 60 hektar. Sejak ayahnya wafat, lahan itu diwariskan kepada tiga anak lelakinya. Namun, kedua kakaknya lebih memilih jalan hidup yang berbeda pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan tinggi, lalu menetap dan bekerja di sana. Demi membiayai pilihan hidup mereka, kedua kakak Bagas menjual bagian warisan perkebunan masing-masing, tanpa minat sedikit pun untuk mempertahankan atau mengelola apa yang ditinggalkan ayah mereka.

Berbeda dengan Bagas, bukan karena ia mencintai dunia pertanian, tapi lebih karena ia menikah dengan Aruna. Ia membiarkan lahan miliknya tetap utuh karena tahu istrinya memiliki latar belakang sarjana pertanian, dan di tangan Aruna-lah sebenarnya seluruh roda perkebunan itu berputar. Bukan hanya merawat, Aruna mengembangkan, memperluas, bahkan memodernisasi sistem pengelolaannya. Ia membangun jaringan dengan supermarket, hotel, hingga distributor besar. Aruna menjadikan kebun itu bukan hanya tempat bertani, tapi juga jantung ekonomi yang hidup dan terus tumbuh.

Dan selama dua dekade ini, saat Bagas lebih sering pergi dan sibuk dengan urusan luar baik bisnis maupun kegemaran pribadinya, Aruna tetap setia berdiri di ladangnya. Dengan tangan sendiri, ia menjaga warisan yang bahkan bukan miliknya sejak awal, demi cinta yang kini mulai ia pertanyakan kembali.

Sepuluh tahun pertama pernikahannya dengan Bagas, Aruna menjalani kehidupan rumah tangga yang, meskipun tidak sempurna, masih terasa hangat. Mereka saling mencintai, tertawa bersama, dan saling mendukung, meskipun dari awal Aruna tahu bahwa suaminya memiliki jiwa petualang yang tak bisa diam. Bagas adalah pria yang selalu mencari tantangan baru rimba belantara, pegunungan terjal, sungai deras, hingga pelosok terpencil Nusantara semuanya telah dijelajahinya bersama rekan-rekan seprofesinya.

Namun gairah itu tak berhenti di dalam negeri. Setelah menjelajahi hampir seluruh sudut Indonesia, Bagas mulai membidik hutan-hutan di berbagai belahan dunia. Mulailah ia menghilang dari rumah untuk waktu yang lebih lama. Jadwal pulangnya semakin jarang, dan ketika pulang pun, ia hanya berada di rumah paling lama seminggu sebelum kembali berangkat entah ke mana. Aruna lama-lama merasa ditinggalkan secara perlahan, seperti rumah tangganya hanya menjadi persinggahan singkat dari petualangan Bagas yang tak berujung.

Dalam kesunyian yang semakin menghimpit, Aruna mulai merasakan kehampaan yang nyata. Bukan hanya kesepian secara emosional, tetapi juga fisik. Ia menyadari, dirinya memiliki kebutuhan biologis yang tinggi, sesuatu yang tak pernah ia kira akan menjadi masalah. Tapi semakin lama, kerinduan itu berubah menjadi kegelisahan, lalu menjadi luka yang sulit diabaikan.

Aruna tidak pernah berniat menduakan suaminya. Tapi ia pun tak bisa terus menyangkal fakta bahwa pernikahannya kini terasa hambar, dingin, dan nyaris tanpa gairah. Dan yang paling menyakitkan adalah ketika ia harus terus berpura-pura kuat, seolah tak ada yang kurang dari rumah tangganya. Padahal, dalam hati, ia hanya ingin dicintai seutuhnya dengan hadir, tubuh, dan jiwa.

Terpopuler

Comments

ovi eliani

ovi eliani

kapan bagas pulang, pingin melihat kecemburuan disaat raka dan aruna berdua ..

2025-05-22

2

ovi eliani

ovi eliani

belum up thor

2025-05-24

1

lihat semua
Episodes
1 TDT 1
2 TDT 2
3 TDT 3
4 TDT 4
5 TDT 5
6 TDT 6
7 TDT 7
8 TDT 8
9 TDT 9
10 TDT 10
11 TDT 11
12 TDT 12
13 TDT 13
14 TDT 14
15 TDT 15
16 TDT 16
17 TDT 17
18 TDT 18
19 TDT 19
20 TDT 20
21 TDT 21
22 TDT 22
23 TDT 23
24 TDT 24
25 TDT 25
26 TDT 26
27 TDT 27
28 TDT 28
29 TDT 29
30 TDT 30
31 TDT 31
32 TDT 32
33 TDT 33
34 TDT 34
35 TDT 35
36 TDT 36
37 TDT 37
38 TDT 38
39 PENGUMUMAN
40 TDT 39
41 TDT 40
42 TDT 41
43 TDT 42
44 TDT 43
45 TDT 44
46 TDT 45
47 TDT 46
48 TDT 47
49 TDT 48
50 TDT 49
51 TDT 50
52 TDT 51
53 TDT 52
54 TDT 53
55 TDT 54
56 TDT 55
57 TDT 56
58 TDT 57
59 TDT 58
60 TDT 59
61 TDT 60
62 TDT 61
63 TDT 62
64 TDT 63
65 TDT 64
66 TDT 65
67 TDT 66
68 TDT 67
69 TDT 68
70 TDT 69
71 TDT 70
72 TDT 71
73 TDT 72
74 TDT 73
75 TDT 74
76 TDT 75
77 TDT 76
78 TDT 77
79 TDT 78
80 TDT 79
81 TDT 80
82 TDT 81
83 TDT 82
84 TDT 83
85 TDT 84
86 TDT 85
87 TDT 86
88 TDT 87
89 TDT 88
90 TDT 89
91 TDT 90
92 TDT 91
93 TDT 92
94 TDT 93
95 TDT 94
96 TDT 95
97 TDT 96
98 TDT 97
99 TDT 98
100 TDT 99
101 TDT 100
102 TDT 101
103 TDT 102
104 TDT 103
105 TDT 104
106 TDT 105
107 TDT 106
108 TDT 107
Episodes

Updated 108 Episodes

1
TDT 1
2
TDT 2
3
TDT 3
4
TDT 4
5
TDT 5
6
TDT 6
7
TDT 7
8
TDT 8
9
TDT 9
10
TDT 10
11
TDT 11
12
TDT 12
13
TDT 13
14
TDT 14
15
TDT 15
16
TDT 16
17
TDT 17
18
TDT 18
19
TDT 19
20
TDT 20
21
TDT 21
22
TDT 22
23
TDT 23
24
TDT 24
25
TDT 25
26
TDT 26
27
TDT 27
28
TDT 28
29
TDT 29
30
TDT 30
31
TDT 31
32
TDT 32
33
TDT 33
34
TDT 34
35
TDT 35
36
TDT 36
37
TDT 37
38
TDT 38
39
PENGUMUMAN
40
TDT 39
41
TDT 40
42
TDT 41
43
TDT 42
44
TDT 43
45
TDT 44
46
TDT 45
47
TDT 46
48
TDT 47
49
TDT 48
50
TDT 49
51
TDT 50
52
TDT 51
53
TDT 52
54
TDT 53
55
TDT 54
56
TDT 55
57
TDT 56
58
TDT 57
59
TDT 58
60
TDT 59
61
TDT 60
62
TDT 61
63
TDT 62
64
TDT 63
65
TDT 64
66
TDT 65
67
TDT 66
68
TDT 67
69
TDT 68
70
TDT 69
71
TDT 70
72
TDT 71
73
TDT 72
74
TDT 73
75
TDT 74
76
TDT 75
77
TDT 76
78
TDT 77
79
TDT 78
80
TDT 79
81
TDT 80
82
TDT 81
83
TDT 82
84
TDT 83
85
TDT 84
86
TDT 85
87
TDT 86
88
TDT 87
89
TDT 88
90
TDT 89
91
TDT 90
92
TDT 91
93
TDT 92
94
TDT 93
95
TDT 94
96
TDT 95
97
TDT 96
98
TDT 97
99
TDT 98
100
TDT 99
101
TDT 100
102
TDT 101
103
TDT 102
104
TDT 103
105
TDT 104
106
TDT 105
107
TDT 106
108
TDT 107

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!