Sheilla nampak gemetar ketakutan, melihat sekeliling ruangan kecil berbau busuk yang ia tempati saat ini.
'Apa yang akan mereka lakukan padaku?.'
Dari apa yang dia ingat sebelum mereka membawanya masuk secara paksa ke tempat ini, Sheilla ingat jika tempat ini berada di ruang bawah tanah dari sebuah klub malam, klub yang belum pernah ia kunjungi dan tidak pernah memiliki keinginan untuk pergi ke sana.
"Biarkan dia disini supaya kita bisa bersenang-senang nanti." Seorang pria yang bertanggung jawab atas beberapa orang pria tertawa bersama yang lainnya. "Bos tidak boleh tau tentang hal ini, kalian mengerti?."
Ya— Sean memiliki satu peraturan, tidak boleh membahayakan wanita atau pun anak-anak.
"Kita akan mendapatkan masalah besar jika bos mengetahuinya." Seorang pria terlihat ragu-ragu dan gugup.
"Menyebalkan! Tidak ada salahnya jika bos tidak mengetahuinya." Ketua itu menyeringai dengan nada yang berbahaya.
Sementara bawahannya hanya bisa mengangguk setuju karena pria itu adalah andalan dari bos mereka.
Dan biasanya, bos mereka memang tidak memeriksa ruang bawah tanah ini. Membuat si ketua itu sering memasukkan beberapa wanita sebagai mainan sehingga si ketua itu berpikir jika untuk yang kali ini, Sean pun tetap tidak akan mengetahuinya.
"Mmmm." Erang Sheilla ketika tiba-tiba dia jatuh ke tanah dengan kasar. "A-apa yang akan kau lakukan padaku?." Gadis kecil itu terlihat gugup dan bergerak menjauh dari mereka.
Keadaan Sheilla saat ini berada di dalam ruangan dengan bau busuk yang menyengat seakan ada bangkai orang mati di dalam sana. Sementara dia tidak bisa lagi mendengar suara musik dari dalam klub malam itu, jadi Sheilla ragu apakah ada orang yang bisa mendengar teriakan minta tolongnya, apalagi menyelematkan dirinya?.
"Bagaimana menurutmu?." Tanya pria itu bernama Alex, lalu menyeringai licik. "Kau tidak menghormati ku, jadi kau harus membayar harganya."
"Harga?." Sheilla bergumam sembari menelan salivanya.
"Apa yang kau punya selain tubuh lezat itu?." Tanya pria itu tertawa.
Terlihat menggigil ketakutan, Sheilla menyadari jika dirinya berada dalam masalah besar sekarang. Padahal gadis itu dulu sering menentang para pengganggu di panti asuhan dan sekolahnya dan saat ini ia tidak pernah menduga akan melawan anak buah mafia yang sebenarnya.
"Sekarang, mari kita bicarakan tentang hukuman mu." Alex menyeringai dan menjilat bibir bawahnya sembari membuka resleting celananya. "Aku mungkin akan membiarkanmu hidup dan memberimu pekerjaan jika kau menyenangkan aku hari ini." Katanya, agar Sheilla mau menuruti kemauannya.
"Aku tidak butuh pekerjaan dari mu." Jawab Sheilla dengan cepat, otaknya menolak untuk memproses apa yang akan pria itu lakukan padanya.
"Pekerjaan sebagai pelacur di tempat ini!." Para pria tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata ketua mereka.
Sementara Sheilla menyadari dengan putus asa bahwa ruang bawah tanah ini bahkan tidak memiliki jendela untuk memberinya secercah harapan untuk melarikan diri.
Alex melepaskan ikat pinggangnya, berjalan mendekati Sheilla secara perlahan. Sementara Sheilla berlari menjauh dari pria itu hingga dia menabrak dinding. Tidak ada tempat untuk lari sekarang.
Apa ini benar-benar takdir untuk hidupnya?.
"Jangan melawan! Jika kau tidak melawan. Maka semakin banyak kesenangan bagi kita berdua. Sebaliknya jika kau tetap keras kepala, itu akan menyakitkan bagimu." Ancam Alex dengan santainya.
Sheilla merasa saat ini lebih baik mati daripada kehilangan kesuciannya di sini karena para pria brengsek itu. Dia tidak pernah benar-benar mengerti dengan kata 'mafia' sampai sekarang. Tetapi yang ia tahu mereka lebih buruk daripada iblis!.
Tepat ketika Sheilla mengira jika hidupnya akan berakhir, nada dering ponsel yang keras terdengar dalam keheningan ruang bawah tanah, membuat Sheilla melompat panik.
Alex memberikan kode dari tatapannya agar mereka mengawasi Sheilla saat dirinya mengeluarkan ponsel dengan raut wajah datarnya. Tetapi kemudian, kerutan di dahinya berubah menjadi raut wajah panik yang mengerikan.
'Bos menghubungiku?.' Gumam Alex. Lalu mendongak menatap anak buahnya, agar mereka menutup mulut Sheilla dengan kuat sebelum dirinya mengangkat panggilan itu.
"Ya, Bos?." Alex menjawab panggilan tersebut dengan nada yang sopan.
Sheilla mengernyitkan dahinya saat pria menakutkan itu bersikap sopan dan terlihat berbeda dari gayanya yang sebelumnya.
Sebentar! Pria itu terlihat ketakutan setelah berbicara dengan seseorang yang di panggil Bos olehnya?.
"Hmm.... saya.." Pria itu terlihat ragu-ragu dan sebelum dia bisa mengulur waktu lagi, pintu ruang bawah tanah tiba-tiba terbuka.
Orang-orang yang menangkap Sheilla dengan segera menarik gadis itu dan membawanya untuk bersembunyi di bawah tangga ruang bawah tanah.
Pintu itu terbuka dengan hanya sekali dobrakan, terlihat seorang pria dengan rambutnya yang di biarkan acak-acakan, dengan ponselnya yang masih menempel di samping telinganya, wajahnya terlihat datar namun tetap tampan dengan pandangannya yang mengamati sekeliling ruangan pengap itu.
"Bos!." Ketua yang bernama Alex itu terlihat panik, menatap bosnya yang berjalan menuruni tangga.
Ya— di bawah tangga itu, Sheilla tengah di sembunyikan oleh para pria anak buahnya.
Sheilla nampak mencoba mendengar percakapan diantara Sean dan Alex. Jantungnya berdegup kencang, dalam diam ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri siapakah pria yang membuat pria jahat itu bertindak begitu ketakutan.
'Apa dia Sean?.'
"Apa kau sedang menyembunyikan mainanmu di sini?." Tanya pria itu dengan nada bicaranya yang dingin. "Aku pikir kau sudah mengerti apa alasanku menghukum mu terakhir kalinya, Alex."
Sheilla bisa melihat pria itu melalui celah tangga. Berdasarkan percakapan mereka, ia menyadari bahwa mereka semua tidak boleh membuat Sean mengetahui apa yang sedang mereka lakukan di belakangnya. Jadi, Sheilla yang cerdik mencoba membuat keributan, tetapi orang-orang itu menahan pergerakannya dengan sangat erat.
"Saya datang ke sini hanya untuk mengambil bola lampu, Bos." Kata Alex, nada bicaranya terdengar bergemetaran. "Tidak ada hal lain."
"Pertemuannya masih awal." Pria berambut hitam itu memperhatikan sekeliling ruangan sekali lagi sebelum akhirnya berbalik dan berjalan menuju pintu. "Ayo cepat."
"Baik, Bos." Balas Alex cepat sebelum pintu tertutup. Begitu pula dengan secercah harapan bagi Sheilla.
"Apa kau mencoba membuat masalah denganku?." Alex menampar dengan keras pipi mulus Sheilla. "Jika kau macam-macam, aku akan memberimu hukuman sampai kau memohon agar cepat mati."
Sheilla meringkuk di bawah tangga, pipinya terasa panas akibat ulah tamparan Alex.
Mereka menutup mulut Sheilla dan mengikat tangannya ke belakang punggung sebelum akhirnya mereka bergegas keluar dari ruangan pengap itu, meninggalkan Sheilla yang berbaring miring dilantai yang berdebu.
Sheilla menahan air matanya saat dia mencoba melepaskan diri dari tali, mengetahui bahwa dirinya akan dikutuk begitu mereka datang kembali.
Tali itu bukanlah masalah yang besar, tetapi pria yang bernama Alex itu. Sheilla harus berjaga-jaga dengan pria itu. Tidak mungkin dia bisa melarikan diri dari klub sendirian, apalagi mereka tahu dimana tempat tinggalnya.
Tetapi mungkin ia bisa mencari Sean tepat waktu dan memberitahu pria itu tentang apa yang sedang anak buahnya itu lakukan.
Ya— Sheilla berpikir jika Sean adalah harapan terakhirnya.
Sheilla tak mendengar suara apa pun yang terdengar dari balik pintu dan ketika ia merasa yakin kalau para pria itu telah pergi, Sheilla menghembuskan napas leganya.
Bersamaan dengan itu tali yang mengikat tangannya juga telah terlepas dan dia bisa menggerakkan tangannya dengan bebas. Sekarang Sheilla hanya perlu menemukan sesuatu untuk membantunya agar dapat membuka pintu dan melarikan diri dari tempat malang ini.
Sekali ini dalam hidupnya, Sheilla merasa bersyukur karena dia pernah mengalami kehidupan kerasnya dengan tinggal didalam panti asuhan. Karena dia perlu melindungi dirinya sendiri, Sheilla berteman dengan banyak orang dan mempelajari segala ketrampilan untuk bertahan hidup.
Memetik sebuah pengalaman adalah salah satu kuncinya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Sheilla untuk akhirnya bisa keluar dan sekarang dia harus tersesat di sebuah klub. Tetapi gadis kecil sebelumnya tidak menyangka jika bisa keluar dari dalam ruangan pengap tadi dan sekarang dia tidak boleh membuang waktu dan harus segera mencari dimana ruangan Sean sebelum Alex dan yang lainnya selesai dengan urusan mereka.
Meskipun nyatanya Sheilla tidak begitu terbiasa dengan tempat-tempat seperti ini, tidak sulit untuk mengetahui bahwa dia mencoba peruntungannya dengan memasuki sebuah ruangan yang terlihat mewah, yang terletak dilantai dua.
Dengan mencoba mengingat pria berambut hitam tadi, langkah kaki Sheilla yang terhuyung-huyung di sepanjang lorong berasap. Beberapa pintu terbuka dan terlihat wanita dan juga pria sedang asyik meminum alkohol dan menari bersama, tenggelam dalam alkohol dan asap rokok.
Tetapi dari para pria yang Sheilla lihat, tidak seorang pun dari mereka yang menunjukan jas yang mahal seperti yang Sean kenakan.
Ketika harapannya hampir pupus, Sheilla menyadari jika pintu paling ujung belum ia kunjungi. Gadis itu terlihat ragu-ragu di depan pintu yang tertutup. Jantungnya berdebar kencang dan saat kemudian Sheilla menyakinkan dirinya dan mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu.
Dia hanya ingin mencari Bos dari para pria sialan itu untuk mengadu tentang perlakuan mereka!.
Saat itu Sheilla hanya ingin mengintip dan langsung pergi jika ternyata orang yang dia cari tidak sedang berada didalam. Namun, tiba-tiba telinga Sheilla mendengar suara yang pernah ia dengar sebelumnya, suara jahat yang menuntut seks di ruang bawah tanah yang gelap dan bau.
Alex ada di sekitar sini!
Sheilla menarik napasnya dalam-dalam dan langsung menerobos masuk kedalam ruangan yang pintunya ia intip tadi. Gadis itu berdiri di belakang pintu, setelah menutup pintu itu. Berharap agar Alex tidak sempet melihatnya masuk kedalam ruangan ini.
Sementara itu beberapa wanita dan pria yang ada didalam ruangan ini tengah sibuk dengan segala macam hal.
Ada sekolompok orang yang bermain poker di dekat meja, ada pula yang duduk sofa sendirian dan ada yang tengah bersenang-senang dengan seorang wanita yang telanjang di pelukan nya.
Wajah Sheilla berubah pucat ketika memperhatikan seorang remaja putri yang mengenakan rok mini dengan bagian atas dada yang telanjang. Buah dada mereka dibiarkan terbuka agar para pria diruangan itu dapat meremas dan menghisap sesuka mereka.
Itu semua adalah pemandangan yang memuakkan bagi Sheilla. Orang-orang itu berperilaku seperti binatang, Bahkan jauh lebih buruk dari binatang.
Namun beberapa saat ruangan itu menjadi sunyi dan semua mata tiba-tiba tertuju kearah Sheilla.
"Hmm." Sheilla memaksakan bibirnya untuk tersenyum tipis, menyembunyikan rasa takutnya. "Aku mencari Sean."
Dia masuk kedalam ruangan ini untuk menghindari Alex. Namun yang terjadi saat ini bak keluar dari kandang singa dan masuk ke mulut buaya.
"Kau mau kemana, pelacur kecil? Kupikir tadi kau bilang mencari Sean? Aku Sean!." Pria itu dengan cepat menahan pergelangan Sheilla.
Jantung Sheilla berdebar kencang saat mendengar suara pria itu dan seisi ruangan tertawa terbahak-bahak.
"Maaf aku salah ruangan!." Sheilla bergegas menarik tangannya dari cengkraman pria itu, dia terlihat panik. Dia memberanikan dirinya untuk masuk, agar dapat menemukan cara untuk melarikan diri dari Alex, tetapi satu-satunya hal yang tidak dirinya waspadai adalah ia masuk kedalam ruangan yang tidak tepat.
"Ya... jangan hanya berdiri didepan pintu. Ayo masuk!." Seorang pria lain yang ada didalam ruangan itu berteriak pada Alea. Dan detik kemudian Alea melihat bubuk putih yang ada diatas meja.
Mereke menggunakan narkoba!
"Kak! Dia terlihat polos mungkin saja dia newbie!."
"Wah beruntung nya kau Bob, kau bisa menikmati yang segar!." Kata temannya dan kata-kata menghina itu sampai di telinga Sheilla, membuatnya merasa jijik.
Pria yang menahan pergelangan Sheilla mulai menarik tangannya ke arah sebuah sofa. "Ayolah, aku akan menjagamu."
"Aku bukan pelacur! Aku salah kamar! Tolong lepaskan aku!." Teriaknya tak berdaya.
"Oh, mereka semua bilang begitu, sayang. Jangan khawatir, aku akan bersikap lembut padamu."
"Aku milik Sean!." Sheilla berteriak panik, meminjam nama mafia itu sembari melepaskan cengkraman pria asing itu. "Jika kau berani menyentuhku, kau akan mendapatkan masalah besar!."
Namun sialnya, seisi ruangan justru menertawakannya dan pria yang mencengkram tangannya menoleh. "Oh benarkah? Apa kamu tau betapa banyak wanita yang di miliki Bos Mafia itu? Kamu?! Hahahaha, apa dia akan tertarik padamu?."
Mereka berhenti tertawa ketika tiba-tiba pintu terbuka dan seorang pria menjulurkan kepalanya kedalam, bermaksud mengintip keadaan didalam ruangan itu.
Mata Sheilla yang telah berair, menahan air matanya menoleh untuk melihat dan pria itu menatapnya dengan tatapan bingung.
Pria berotot itu terlihat sangat tampan dengan mengenakan kemeja putih. Rambut berwarna pirang coklat dan Sheilla bisa merasakan jika dia datang membawa harapan baginya.
"Tolong bantu aku, Tuan." Sebelah tangan Sheilla meraih lengan pria itu. "Aku salah masuk ruangan! Maafkan aku! Tolong bantu aku!."
Pria itu terdiam seakan tengah memikirkan sesuatu. Lalu pandangannya tertuju pada sebuah bubuk putih di atas meja. Pria yang berdiri didepan pintu itu pun, mendorong pintu hingga terbuka sepenuhnya dan berjalan memasuki ruangan.
Membuat pria mabuk yang tadinya menarik tangan Sheilla pun melepaskan cengkraman tangannya.
Sheilla tidak bisa mengalihkan pandangan darinya, ada sesuatu dalam dirinya yang mampu menarik perhatiannya dari cara pembawaan dirinya, dia begitu tenang, dia tampak seperti seorang pria yang sopan dan klub seakan bukanlah tempat yang cocok bagi pria itu, terutama dengan setelan mahal yang dia kenakan.
Namun, pria itu memancarkan aura pemimpin yang mampu membuat orang-orang tetap berada dalam jarak dekat. Seseorang tidak akan bisa melakukan kontak langsung dengan bola mata birunya yang bak sedingin es itu.
Seluruh sikapnya memancarkan aura kekuatan dan dominan, membuat orang tanpa sadar ingin tertunduk padanya.
"Jadi, kau gadisnya Sean?." Pria itu menoleh kearah Sheilla, mengulurkan tangannya dengan sopan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments