bertemu

Zhong Yao berlari keluar dari gedung pengadilan, mengejar Lu Yu yang hendak menaiki keretanya.

“Sutradara Li! Ini aku, Bai Hua!” serunya penuh harap.

Lu Yu menoleh dengan ekspresi netral, lalu menepuk tempat duduk di sampingnya, “Tenanglah... duduk dulu dengan baik, seperti orang normal.”

Zhong Yao duduk—meski dengan wajah setengah tersinggung.

“Aku bukan orang yang kau sebut ‘Sutradara Li’. Jadi, ada urusan apa kau kejar-kejar aku seperti penagih utang?”

Nada suara Lu Yu terdengar tenang, tapi dingin seperti sup semalam yang lupa dipanaskan.

Zhong Yao terdiam, kesal. Ia baru sadar—ini dunia lain. Mana mungkin ada Sutradara Li di sini? Bodohnya ia tadi sempat berharap.

Ia berdiri dan berbalik tanpa sepatah kata, wajahnya muram seperti habis ditolak saat melamar kerja... padahal dia bosnya.

Ia berjalan keluar dari gerbang istana, sendiri. Tak satu pun wajah yang dikenalnya. Dunia ini benar-benar asing.

Tepat di luar gerbang, ia melihat seorang pria berpakaian jerami menangis tersedu-sedu. Beberapa orang lainnya duduk lemas. Wajah mereka penuh kesedihan. Sepertinya ini bukan audisi sinetron, tapi benar-benar masalah nyata.

Zhong Yao melirik seorang gadis yang berdiri dengan gagah, menenteng genderang. Sepertinya dia pemimpin kelompok ini.

“Apa yang terjadi?” tanyanya.

Gadis itu menatapnya tajam. “Kau terus bertanya seolah dunia ini indah? Kau pasti anak orang kaya, ya? Mana paham derita kami! Ternak hilang, panen dirampas. Para tuan tanah gila minta separuh hasil panen kami! Separuh! Kami bahkan belum makan separuh nasi kami sendiri!”

Zhong Yao sempat ternganga, tapi langsung mengangguk mengerti.

“Lalu, kalian mau bagaimana?” tanyanya penasaran.

“Kami menunggu gerbang dibuka,” gumam si gadis sambil menggenggam genderangnya, kesal.

Zhong Yao mengangguk. “Menurutku... pejabat-pejabat itu tuli. Kita harus teriak sekencang mungkin nama hakimnya.”

Si gadis memandangnya, tercengang. “Itu... ide bagus.”

Lalu dengan semangat empat lima, Zhong Yao mulai berteriak:

“HAKIM YANG!!! KELUAR!!! DENGAR KELUHAN KAMI!!! JANGAN SOK MULIA KAU ITU, KAU HANYA PEGAWAI DENGAN JUBAH! DASAR HAKIM SIALAN, PENYIKSA PETANI! KALAU KAU TAK DENGAR AKU... AKU AKAN DOAKAN KAU MANDUL!!!”

Beberapa warga yang tadinya lesu kini ikut bersemangat. Makian bergema seperti paduan suara rakyat yang tak punya saluran TV untuk curhat.

Si gadis menatapnya dengan wajah bingung. “Saudara, kenapa kau... ikut-ikutan kami?”

“Aku sedang terapi batin,” jawab Zhong Yao, nyengir.

---

Di tempat lain, Yang Xian panik mencari Zhong Yao. Ia berpapasan dengan Lu Yu yang baru saja lewat.

“Apakah Zhong Yao bersama Anda?” tanyanya dengan napas terengah.

Lu Yu menggeleng dengan datar, lalu berlalu tanpa penjelasan. Yang Xian makin bingung.

Saat ia kembali ke pengadilan, terdengar keributan dari luar.

“Pei Zuo, suara apa itu?” tanya Yang Xian.

“Rakyat mengadu karena ternak mereka hilang,” jawab Pei Zuo dengan ekspresi ragu.

Namun suara teriakan makin menggila:

“HAKIM YANG!!! AKU BERSUMPAH AKAN MENYUMBAT TELINGAMU DENGAN JAGUNG BUSUK!!!”

Yang Xian langsung menegang. Ia mengenali suara itu.

Ia melongok ke luar jendela kecil, mengintip...

“Zhong Yao???” gumamnya kaget. Ia sampai tidak bisa berkata-kata.

“Bagaimana bisa...?”

---

Sementara itu, dari kejauhan, Lu Yu yang keretanya baru berbelok, mendengar keributan juga. Ia menoleh, matanya menangkap pemandangan yang ganjil: seorang pria berwajah tampan luar biasa, mengenakan jubah hijau sutra, rambut bersinar dan senyum mematikan... sedang maki-maki pejabat seperti preman pasar.

Lu Yu turun dari kereta, mendekat, diam-diam mengamati.

Zhong Yao, yang mulai kelelahan setelah dua jam orasi penuh semangat, menghampiri si gadis yang tadi ia ajak bicara.

“Eh, saudari... siapa namamu?” tanyanya sambil duduk di atas batu.

“Hua Jia,” jawab si gadis, wajahnya memerah malu.

“Bawa aku ke desa kalian. Mungkin kita bisa tangkap si maling itu,” ucap Zhong Yao santai seperti menawarkan bantuan cari kucing hilang.

“Kami sudah coba. Nihil,” ujar Hua Jia lesu.

“Lebih nihil kalau kalian cuma duduk di sini. Hakim yang itu tampangnya seperti kolektor pajak hantu. Tenang saja, aku punya uang. Kita cari malingnya.”

Warga yang mendengar tawarannya langsung menyala lagi semangatnya. Hua Jia mengangguk dan memimpin rombongan pulang ke desa... kini dengan satu anggota VIP: Zhong Yao.

Dari kejauhan, Lu Yu mengamati mereka hingga menghilang dari pandangan.

“Zhu Xin,” panggilnya pelan.

Seorang pria berbaju gelap muncul dari bayangan.

“Ikuti mereka. Lindungi Zhong Yao,” titahnya.

Zhu Xin mengangguk dan pergi dalam senyap.

Lu Yu berdiri sejenak, memandang langit.

“Zhong Yao tak pernah peduli dengan rakyat. Bahkan jika seseorang mati di depannya pun, wajahnya datar seperti batu nisan. Tapi sekarang... dia berubah.” Ia menghela napas.

“Apa yang terjadi padamu. _? "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!