ISTRI GEMUK CEO DINGIN
Mateo terbangun dengan kepala berat dan tubuh terasa pegal. Ruangan kantornya masih remang, hanya diterangi cahaya redup dari lampu meja. Ia mencoba duduk, tapi tubuhnya terasa aneh lebih hangat, lebih sempit.
Lalu ia menoleh ke samping.
Dan dunia seakan berhenti berputar.
Seorang gadis muda tertidur di sampingnya. Tanpa busana. Rambutnya kusut, kulitnya pucat, dan tubuhnya terbalut sebagian selimut yang juga menutupi pinggang Mateo. Ia tidak mengenal wajah itu. Bukan rekan kerja dekat, apalagi salah satu dari wanita-wanita yang biasa ia bawa ke pesta.
Mateo langsung terduduk panik, menarik selimut ke tubuhnya. “Apa-apaan ini?!”
Gadis itu menggeliat pelan, membuka mata perlahan. Saat menyadari situasinya, ia langsung membeku. Wajahnya pucat, bibirnya gemetar. Dengan cepat ia menarik selimut ke dadanya, menunduk dalam-dalam.
“S-saya… saya tidak tahu kenapa saya ada di sini,” katanya pelan, nyaris berbisik. “Saya tidak ingat apa pun. Maaf, Tuan…”
Mateo menyipitkan mata. “Siapa kamu?”
“Saya Livia Hartanto. Pegawai officer girls di lantai dua. Semalam saya diminta mengantarkan dokumen ke sini. Saat saya masuk, Anda sedang tertidur, dan… saya tidak tahu bagaimana bisa berakhir seperti ini…”
Klik.
Suara itu pelan, tapi cukup tajam untuk membuat bulu kuduk meremang.
Mateo langsung menoleh ke arah pintu sedikit terbuka. Di balik celahnya, cahaya lorong menyelinap masuk. Bayangan seseorang tampak mundur cepat, lalu menghilang di balik dinding.
“Seseorang memotret kita,” gumam Mateo. Rahangnya menegang. Ia melompat dari tempat tidur dan berlari ke pintu, tapi sudah terlambat. Lorong kosong. Siapa pun itu sudah kabur.
Belum sempat ia memikirkan langkah selanjutnya, ponselnya berbunyi. Notifikasi masuk bertubi-tubi.
[Berita Viral] CEO Mateo Velasco Tertangkap Skandal Seks di Kantor Sendiri!
[BREAKING] Pegawai Rendahan Terlibat Skandal dengan CEO Ganteng Velasco Group!
[Eksklusif] Foto Telanjang Mateo dan Pegawai Wanita Gemuk Bocor ke Media!
Mateo menatap layar ponselnya, matanya semakin gelap. Livia menatap ponselnya sendiri dengan tangan gemetar, bibirnya bergetar saat membaca isi berita yang membuat jantungnya nyaris berhenti.
“Saya… saya tidak tahu ini semua kenapa bisa terjadi… Sumpah, saya tidak berniat apa-apa, Tuan,” katanya sambil menunduk. “Tolong percayalah…”
Mateo tidak menjawab. Tatapannya kosong. Dunia yang ia bangun bertahun-tahun runtuh hanya dalam semalam.
Dan pagi itu, tanpa mereka sadari, hidup keduanya akan berubah selamanya.
Mateo duduk di balik meja kantornya, kedua tangan mengepal di atas permukaan kayu. Di hadapannya, berdiri dua orang yang sudah sejak kecil mengatur arah hidupnya. Don Marsel Velasco, ayahnya yang tegas dan berwibawa, serta Ariana, sang ibu, yang kini menangis sambil memegangi tisu namun masih sempat menatap tajam ke arah satu sosok lainnya di ruangan itu.
Livia duduk dengan tangan di pangkuan, bahunya sedikit membungkuk, wajahnya tertunduk menahan malu dan ketakutan. Ia tahu tempat ini bukan dunianya. Ruangan besar berlapis marmer itu terlalu mewah untuk dirinya yang hanya pegawai kecil. Terlebih lagi, semua mata seolah menyalahkannya.
"Aku bersumpah tidak melakukan apa pun, Papa," ucap Mateo dengan suara keras, bernada marah. "Aku bahkan tidak tahu kenapa dia bisa ada di sana waktu aku bangun!"
Don Marsel menatap tajam ke arah putranya, rahangnya mengeras. "Tapi fotonya sudah tersebar, Mateo. Reputasi kita jadi bahan ejekan. Dan kamu berharap aku percaya semua ini hanya 'kebetulan'?"
Ariana memalingkan wajahnya ke arah Livia. "Kau pasti yang menjebak putraku, kan? Ngaku, gadis miskin!" bentaknya sambil menunjuk, suaranya tinggi dan bergetar karena amarah.
Livia mengangkat wajahnya perlahan, matanya berkaca-kaca tapi ia tetap berusaha tenang. "Saya bersumpah… saya hanya disuruh untuk membawa dokumen ke ruangan Pak Mateo. Saya meletakkannya di meja, lalu… saya tidak ingat apa pun setelah itu," ujarnya pelan, nyaris berbisik.
"Omong kosong!" Ariana kembali menjerit. "Kau pasti sudah rencanakan ini! Kau pikir ini dongeng? Tidur dengan pewaris Velasco lalu hidup mewah selamanya?"
Livia menunduk lagi, kali ini benar-benar ingin menghilang dari tempat itu. Tangannya gemetar, jantungnya berdebar terlalu kencang. Ia ingin menangis, tapi tak mau terlihat lemah di depan mereka.
Mateo menoleh ke ibunya. “Cukup, Ma! Jangan seperti itu.”
“Cukup? Kamu pikir kamu masih bisa pilih-pilih, Mateo? Kamu pikir wanita seperti ini pantas untuk jadi bagian keluarga kita?” suara Ariana nyaring, penuh jijik.
Livia memejamkan mata. Ia ingin menjelaskan, ingin membela diri, tapi apapun yang ia katakan rasanya hanya akan menjadi bahan olokan. Ia hanyalah Livia Hartanto, anak pegawai laundry dan pegawai kecil yang tak punya siapa-siapa.
Dan kini, ia terjebak dalam badai yang bahkan tak ia ciptakan.
Saat ketegangan di ruangan masih mengambang, Don Marsel berdiri dan tanpa sengaja menoleh ke arah lemari nakas di pojok ruangan. Pintu kecilnya terbuka sedikit, dan dari sela-sela kayu itu, terlihat leher botol kaca yang familiar.
Tatapan Don langsung tajam. Ia melangkah cepat ke arah nakas, membuka pintu lemari dengan kasar. Sebuah botol minuman keras nyaris habis isinya masih tersisa seperempat. Ia mengangkat botol itu dan menatap putranya dengan sorot kecewa yang tajam.
“Kau sepertinya mengabaikan ucapan Papa, Mateo.” Suaranya rendah namun penuh tekanan. “Sudah Papa bilang… jangan pernah membawa atau meminum minuman keras di dalam kantor.”
Mateo menghela napas berat, mencoba berbicara, tapi suaranya tercekat. Ia bahkan lupa kalau minuman itu masih ada di sana, menambah bukti yang memberatkannya.
Don menggenggam botol itu lebih erat, tatapannya mengeras. “Dan ini akibatnya.” Ia menunjuk ke arah Livia yang duduk dengan tangan terlipat di atas pangkuan, tubuhnya tampak kaku dan gemetar. “Karena kelalaianmu, kau memperkosa gadis ini.”
“Papa!” Mateo langsung berdiri, matanya membelalak, terkejut dan marah. “Aku tidak melakukan itu! Aku tidak ingat apa pun! Aku tidak menyentuh dia, aku—”
“Jangan coba bohongi aku, Mateo.” Suara Don makin meninggi. “Kau minum di dalam kantor. Tentu saja kamu tidak ingat apa pun. Tapi dia ingat. Gadis ini kehilangan keperawanannya karena ulahmu!” Don melemparkan kata-kata itu seolah-olah melemparkan batu besar ke wajah Mateo.
Livia, yang sejak tadi tertunduk, mengangkat wajahnya perlahan. Air mata mengalir di pipinya, dan matanya terpejam sejenak, merasakan sakit yang lebih dalam daripada fisik. Ia tidak ingin mengungkapkan ini di depan orang-orang yang bahkan tidak menganggapnya lebih dari seorang pegawai rendahan. Tapi setiap detik terasa seperti siksaan. Setiap kata yang keluar dari bibir Don Marsel adalah bayangan nyata dari apa yang telah terjadi malam itu.
“Jadi… saya… saya benar-benar kehilangan itu karena dia?” suara Livia hampir tak terdengar, nyaris terhisap dalam kesunyian ruangan.
Ariana, yang sejak tadi menangis, berbalik dan menatap Livia dengan penuh kebencian. “Kau ingin hidup mewah, kan? Inilah akibatnya! Kau pikir dengan tidur dengan putraku, semuanya akan berakhir bahagia? Kau hanya menjebaknya, gadis bodoh!” Ariana menangis histeris, hampir tidak bisa menerima kenyataan ini.
Livia memeluk diri sendiri, menahan sesak di dadanya. Suasana semakin mencekam, dan ia bisa merasakan tatapan tajam dari Mateo. Mateo yang sudah sangat marah, kini terlihat tak berdaya, bingung, dan cemas. Tatapannya beralih dari ibunya ke Livia, tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya. Namun, kebenaran terasa sangat jelas dan tak bisa disangkal.
Don Marsel menatap putranya dengan tajam. “Inilah akibat dari kelalaianmu, Mateo. Dan ini bukan hanya soal kita, ini soal keluarga, soal nama baik kita. Dan satu-satunya cara untuk menutup semua ini adalah…”
Ia berhenti sejenak, memandang Livia yang kini menunduk dalam-dalam, merasakan airmata yang tak bisa ia tahan.
“Kalian harus menikah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Uthie
Coba mampir Thor 👍
2025-05-22
1