BAB 3 - BAYANGAN YANG HIDUP

Elysia masih berdiri kaku di tengah kamar, tatapannya tetap terpaku pada cermin yang sudah tertutupi oleh selimut. Pikirannya terus memutar ulang pesan suara yang baru saja ia dengar. Ya, suara Edric yang seharusnya tidak ia dengar kembali.

"elysia,,,jangan lihat cermin itu..."

Suara itu masih terngiang-ngiang di pikiran nya.

Ia melangkah mundur perlahan, ponselnya hampir jatuh dari genggamannya. Ruangan terasa semakin dingin, seolah ada sesuatu yang mengintai dari balik kaca yang tersembunyi.

Tapi ini adalah rumahnya sendiri. Tidak seharusnya ia merasa takut, bukan ?

namun, nalurinya berkata lain.

Elysia menelan ludah dan mengambil nafas panjang. Ia tetap harus berfikir jernih. Mungkin ada penjelasan logis untuk semua ini. Mungkin suara itu hanya rekaman lama yang tiba tiba terkirim karena kesalahan sistem.

Ya... Mungkin begitu.

Tangannya gemetar saat ia perlahan menarik selimutnya yang menutupi cermin.

hanya sedikit.

Cukup untuk memastikan bahwa pantulannya masih di sana.

Saat kain itu tersingkap, ia langsung menyesal telah melakukannya.

Karena di dalam cermin, bayangannya tidak berdiri seperti seharusnya.

Tubuhnya kaku, tetapi bayangannya tersenyum.

Senyuman yang tampak tidak alami. Terlalu lebar. Terlalu... Salah.

Jantung Elysia berdegup dengan sangat cepat hingga terasa akan meledak. Ia ingin mundur, ingin berlari keluar dari kamar. Tapi kakinya terasa terpaku ke lantai.

Lalu, sesuatu yang lebih mengerikan terjadi.

Bayangan itu mengangkat tangannya, tetapi Elysia tetap diam.

Ia tidak bergerak. tidak bernafas.

Tetapi bayangannya bergerak sendiri.

Jemari pantulannya terangkat perlahan,kemudian mengetuk permukaan cermin.

Ketuk. Ketuk

Elysia tersentak dan mudur dengan sangat cepat, tubuhnya pun hampir terjatuh lemas. Ia mengalihkan pandangan dari cermin, berharap semua yang ia alami hanyalah halusinasi.

Tapi, saat ia menoleh kembali, bayangannya telah kembali normal.

Ia berdiri disana, mengikuti gerakannya seperti biasa.

seolah tidak terjadi apa apa.

Elysia terengah-engah, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Apakah ini efek dari kesedihan dan stres yang ia alami setelah kematian Edric ? Apakah pikirannya bermain trik dengannya ?

Tidak. Ia yakin melihat bayangan itu bergerak dengan sendirinya.

Tangannya gemetar saat ia meraih ponselnya lagi. Ia harus menceritakan ini kepada seseorang.

Nadia.

Ya, Nadia pasti bisa membantunya memahami semua ini.

Ia segera mengetik pesan.

"Nad, aku butuh bicara. Ada sesuatu yang aneh di rumahku."

Pesannya terkirim, tetapi tidak ada balasan.

Elysia menunggu beberapa menit, tetapi ponselnya tetap hening.

Ia menghela nafas, lalu menatap kembali ke arah cermin. Kali ini pantulannya benar benar biasa. Ia mencari menggerakkan tangannya, dan bayangan itu meniru gerakannya dengan sempurna.

Mungkin ia hanya lelah.

Mungkin otaknya mulai menciptakan ilusi karena ia terlalu lama berada sendirian di rumah ini.

Ia harus tidur.

Ya, tidur adalah pilihan terbaik saat ini.

Dengan tangan gemetar, ia mengambil selimutnya dan berbaring di tempat tidur. Ia mencoba menenangkan pikirannya, tetapi jantungnya masih berdegup kencang.

Saat ia hampir terlelap, suara ketukan terdengar lagi.

Perlahan.

Berulang.

ketuk. Ketuk. Ketuk.

Elysia membuka matanya dengan sangat cepat.

Suara itu berasal dari dalam kamar.

Ia menoleh ke arah cermin dan darahnya langsung membeku.

Bayangannya masih disana, tetapi ada sesuatu yang berubah.

Ia tidak lagi mengikuti gerakannya.

Dan kali ini, bayangannya menatap lurus ke arahnya.

Elysia merasakan keringat dingin mengalir di tengkuknya. Ia berdiri terpaku didepan cermin, nafasnya memburu. Bayangannya baru saja tersenyum, tanpa ia lakukan.

Ia mengedipkan mata, berharap itu hanya permainan cahaya atau pikirannya yang lelah. Tapi tidak. Refleksi dirinya di cermin masih tersenyum tipis, dingin dan tidak wajar.

Tiba tiba bayangan itu bergerak sendiri.

Bibirnya bergetar, mencoba berkata sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar.

Ketika Elysia akhirnya mundur selangkah, bayangan itu tetap diam. Tidak mengikuti gerakannya seperti seharusnya.

Jantungnya hampir berhenti berdetak.

Ia mengulurkan tangannya ke arah cermin dengan ragu. Jemarinya bergetar saat mendekat ke permukaan kaca yang dingin. Saat hampir menyentuhnya, tiba tiba, , ,

Tok. Tok. Tok.

Ketukan datang dari cermin.

Elysia terlonjak mundur, tubuhnya membentur dinding yang berada di belakangnya. Nafasnya putus putus, dadanya naik turun dengan cepat.

Tidak. Ini tidak mungkin. Ini tidak masuk akal.

Cermin itu tidak seharusnya bisa mengetuk balik.

Dalam keheningan yang menyesakkan, bayangan di cermin perlahan mengangkat tangannya sendiri, mengetuk kaca dari dalam sekali lagi.

Tok. Tok. Tok.

Elysia ingin sekali menjerit, ingin berlari keluar dari kamar. Namun, sebelum ia sempat melangkah, sesuatu yang lebih mengerikan terjadi.

Bayangan di cermin membuat mulutnya, dan suara Serak berbisik di telinganya.

"aku akan keluar."

Elysia langsung berbalik, berlari keluar dari kamar dan membanting pintu di belakangnya. Nafasnya memburu, tubuhnya gemetar hebat.

Apa yang baru saja terjadi ? Apa itu benar benar dirinya di cermin ? Atau. . . Sesuatu yang lain ?

Ia meraih ponselnya dengan tangan gemetar dan langsung menghubungi Satrio.

"Sat. . . Satrio, aku. . . Aku butuh bantuan. "

Suaranya nyaris tidak keluar, bergetar karena ketakutan.

"Elysia ? Hei, ada apa ?" suara Satrio terdengar cemas.

Elysia mencoba menarik nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Tapi suara itu, "Aku akan keluar " , terus berulang di kepalanya.

"Ada sesuatu di dalam cermin, sat,"bisiknya masih terengah-engah. "Bayanganku. . . Itu bukan aku."

Di seberang, Satrio terdiam sejenak sebelum menjawab dengan nada serius.

"Dengar, aku akan ke rumahmu sekarang. Jangan menyentuh apapun. Jangan lihat cermin. Aku segera ke sana."

Elysia mengangguk meski tahu Satrio tak bisa melihatnya. Ia merasa lega mendengar seseorang akan menemaninya. Tapi tetap saja, ketakutan itu tidak hilang.

Ia berjalan menjauh dari kamarnya, menuju ruang tamu. Pikirannya berputar putar, mencari jawaban atas apa yang baru saja ia alami.

Kemudian, matanya menangkap sesuatu di meja ruang tamu, sebuah buku jurnal Hitam.

Itu bukan miliknya.

Ia mendekat perlahan dan mengambil jurnal itu. saat membukanya, jantungnya semakin berdegup kencang.

Itu milik Edric.

Halaman pertama hanya berisi satu kalimat yang ditulis dengan tinta hitam tebal.

>"Jangan percaya bayanganmu sendiri."

Elysia menelan ludah. Tangan kirinya mencengkram sampul buku itu lebih berat.

Ia membalik beberapa halaman, menemukan catatan catatan yang semakin aneh.

Ada sketsa bayangan seseorang yang tidak terhubung dengan tubuhnya. Ada simbol simbol aneh yang menyerupai lingkaran dengan garis patah di tengahnya.

Kemudian, pada salah satu halaman terakhir, ia membaca sesuatu yang membuat tubuhnya menegang.

>"Mereka hidup di balik refleksi. Mereka menunggu saat yang tepat untuk menggantikan kita."

Seketika, lampu di ruang tamu berkedip kedip.

Dari sudut matanya, Elysia melihat sesuatu bergerak di dalam kaca lemari di ruang tamu.

Ia menoleh dan langsung menyesali nya.

Bayangan dirinya di kaca lemari menatapnya lurus, padahal ia sedang tidak menghadap ke sana.

Elysia melepaskan buku itu dan menjerit.

Ketika lampu akhirnya mati total, satu satunya yang tersisa hanyalah kegelapan, dan bisikan pelan dari dalam refleksi.

"Aku sudah hampir keluar."

Terpopuler

Comments

Graziela Lima

Graziela Lima

Ngebayangin jadi karakternya!

2025-03-25

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - BAYANGAN CERMIN
2 BAB 2 - BISIKAN DI BALIK CERMIN
3 BAB 3 - BAYANGAN YANG HIDUP
4 BAB 4 - PESAN TERSEMBUNYI
5 BAB 5 - PESAN TERSEMBUNYI (LANJUTAN)
6 BAB 6 - TELEPON TANPA SUARA
7 BAB 7 - DI BALIK BAYANGAN
8 BAB 8 - PINTU YANG TERKUNCI
9 BAB 9 – JEJAK YANG HILANG
10 BAB 10 – CEMBURU BAYANGAN
11 BAB 11 – BAYANGAN DI DALAM KEPALA
12 BAB 12 - KEBENARAN DI BALIK CERMIN
13 BAB 13 - JEJAK DIBALIK CERMIN
14 BAB 14 - MENEMBUS BAYANGAN
15 BAB 15 - JALAN KELUAR YANG HILANG
16 BAB 16 - BAYANGAN YANG MENGAWASI
17 BAB 17 - PINTU KE DUNIA BAYANGAN
18 BAB 18 - JEJAK DI DUNIA BAYANGAN
19 BAB 19 - PINTU TERAKHIR MENARA TANPA CAHAYA
20 BAB 20 - JEJAK YANG TAK TERHAPUS
21 BAB 21 - KEBENARAN YANG TERBELAH
22 BAB 22 - WAJAH DI BALIK RETAKAN
23 BAB 23 - CAHAYA DI BALIK LUKA
24 BAB 24 - JEJAK YANG KEMBALI
25 BAB 25 - PINTU YANG TERKUNCI DARI DALAM
26 BAB 26 - LABIRIN DALAM DIRI
27 BAB 27 - BAYANGAN YANG KEMBALI BERBISIK
28 BAB 28 - SUARA DARI ARSIP YANG TERBAKAR
29 BAB 29 - DIBALIK NAMA NAMA YANG TELAH HILANG
30 BAB 30 - SATU NAMA DALAM DUA WAJAH
31 BAB 31 - SURAT DARI MASA YANG HILANG
32 BAB 32 - JEJAK DI MATA DINA
33 BAB 33 - WARISAN YANG TAK TERUCAP
34 BAB 34 - GERBANG YANG TAK TERKUNCI
35 BAB 35 - DIRI YANG TERHAPUS
36 BAB 36 - PENGHAPUS JEJAK
37 BAB 37 - JEJAK DALAM CAHAYA
38 BAB 38 - DIRI YANG TERBELAH
39 BAB 39 - JEJAK DI BALIK LABIRIN
40 BAB 40 - LABIRIN TANPA PINTU
41 BAB 41 - PINTU YANG TAK PERNAH TERTUTUP
42 BAB 42 - CAHAYA TAK TERPADAMKAN
43 BAB 43 – JANTUNG BAYANGAN
44 BAB 44 - PINTU TERAKHIR
45 BAB 45– DI ANTARA YANG TERSISA
46 BAB 46 – BAYANGAN BARU
47 BAB 47 - KOTA DI BAWAH KOTA
48 BAB 48 – RUANG TANPA CERMIN
49 BAB 49 – KODE YANG TAK TERTULIS
Episodes

Updated 49 Episodes

1
BAB 1 - BAYANGAN CERMIN
2
BAB 2 - BISIKAN DI BALIK CERMIN
3
BAB 3 - BAYANGAN YANG HIDUP
4
BAB 4 - PESAN TERSEMBUNYI
5
BAB 5 - PESAN TERSEMBUNYI (LANJUTAN)
6
BAB 6 - TELEPON TANPA SUARA
7
BAB 7 - DI BALIK BAYANGAN
8
BAB 8 - PINTU YANG TERKUNCI
9
BAB 9 – JEJAK YANG HILANG
10
BAB 10 – CEMBURU BAYANGAN
11
BAB 11 – BAYANGAN DI DALAM KEPALA
12
BAB 12 - KEBENARAN DI BALIK CERMIN
13
BAB 13 - JEJAK DIBALIK CERMIN
14
BAB 14 - MENEMBUS BAYANGAN
15
BAB 15 - JALAN KELUAR YANG HILANG
16
BAB 16 - BAYANGAN YANG MENGAWASI
17
BAB 17 - PINTU KE DUNIA BAYANGAN
18
BAB 18 - JEJAK DI DUNIA BAYANGAN
19
BAB 19 - PINTU TERAKHIR MENARA TANPA CAHAYA
20
BAB 20 - JEJAK YANG TAK TERHAPUS
21
BAB 21 - KEBENARAN YANG TERBELAH
22
BAB 22 - WAJAH DI BALIK RETAKAN
23
BAB 23 - CAHAYA DI BALIK LUKA
24
BAB 24 - JEJAK YANG KEMBALI
25
BAB 25 - PINTU YANG TERKUNCI DARI DALAM
26
BAB 26 - LABIRIN DALAM DIRI
27
BAB 27 - BAYANGAN YANG KEMBALI BERBISIK
28
BAB 28 - SUARA DARI ARSIP YANG TERBAKAR
29
BAB 29 - DIBALIK NAMA NAMA YANG TELAH HILANG
30
BAB 30 - SATU NAMA DALAM DUA WAJAH
31
BAB 31 - SURAT DARI MASA YANG HILANG
32
BAB 32 - JEJAK DI MATA DINA
33
BAB 33 - WARISAN YANG TAK TERUCAP
34
BAB 34 - GERBANG YANG TAK TERKUNCI
35
BAB 35 - DIRI YANG TERHAPUS
36
BAB 36 - PENGHAPUS JEJAK
37
BAB 37 - JEJAK DALAM CAHAYA
38
BAB 38 - DIRI YANG TERBELAH
39
BAB 39 - JEJAK DI BALIK LABIRIN
40
BAB 40 - LABIRIN TANPA PINTU
41
BAB 41 - PINTU YANG TAK PERNAH TERTUTUP
42
BAB 42 - CAHAYA TAK TERPADAMKAN
43
BAB 43 – JANTUNG BAYANGAN
44
BAB 44 - PINTU TERAKHIR
45
BAB 45– DI ANTARA YANG TERSISA
46
BAB 46 – BAYANGAN BARU
47
BAB 47 - KOTA DI BAWAH KOTA
48
BAB 48 – RUANG TANPA CERMIN
49
BAB 49 – KODE YANG TAK TERTULIS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!