Siang ini disekolah tempat Rahartika menuntut ilmu, terdengar meriah dengan sorak-sorai para siswa yang merasa senang, karena mereka dipulangkan lebih awal, dari jadwal yang semestinya.
Padahal jam baru menunjukan pukul 12.15 siang, waktu setempat.
Tampak di halaman sekolah tersebut, seorang siswa tengah berlari-lari kecil, mengejar seorang siswi cantik, yang berjalan santai menuju gerbang sekolah.
"Hei...Ika ..apa kamu sudah di jemput ?" Tanya pemuda tersebut dengan ramah.
Pemuda yang tak lain adalah Randy, teman sekelas Rahartika yang sekaligus tetangganya.
"Belom Ren, aku tadi minta dijemput 1 jam lebih lama, karena nanti jam 3 sore langsung kerumah Nayla, kami akan mengerjakan tugas kelompok." Jawab Ika menjelaskan.
"Ini juga mau telepon pak Diman." Lanjutnya lagi, sambil menunjukan Hp legend miliknya.
*( lihat episode 3 ya )*
Rahartika menunjukan Hp tersebut, tanpa rasa malu dengan inovasi sigembul cuby (ponsel legend).
Perkataan apa adanya dari gadis cantik tersebut, tentu saja mengundang banyak senyum kagum, bagi mereka yang mengenal baik dirinya.
Seorang gadis dari keluarga berada dan terpandang, namun tetap memiliki keserhanaan, dan tidak sombong.
Padahal, sebenarnya sigembul adalah hadiah istimewa dari sahabatnya, ketika ia masih duduk dikelas 6 bangku sekolah dasar dulu.
Dan ia tahu betul, perjuangan sang sahabat untuk bisa membeli ponsel itu.
Akan tetapi sebaliknya, sikapnya tersebut justru menimbulkan ejekan, cibiran, bahkan ada pula yang merasa kasian pada Rahartika.
Mereka mengira, Rahartika tak dapat membeli handphone yang sesuai trend saat ini.
Namun, bagi Rahartika hal tersebut bukanlah suatu masalah.
Karena baginya adalah hal yang mudah membeli benda tersebut, bahkan untuk keluaran terbaru sekalipun, ia akan tetap mampu membelinya.
"Nggak usah, bareng aku saja pulangnya, setidaknya kita akan menjadi warga yang baik, dengan menghemat bahan bakar, serta tidak menambah polusi udara di kota kita tercinta ini.'' Bujuk Rendy, dengan gaya ala-ala warga teladan.
"Gampang ...heemmzzz." jawab Rahartika dengan nada yang dia buat seolah tengah menyiratkan sesuatu.
Ia tersenyum sambil mengreyitkan ujung matanya sebelah, kearah pemuda di depannya.
"Bisa diatur." ucap Ika lagi, dengan candaan.
"Iiihhhhhkkkk .... kenapa aku jadi takut dan merinding ya , ...sepertinya bakal banyak bulu-bulu halus dompetku yang
akan rontok...iiihhkkk takuuuuutt." Gurau Randy, dengan berpura-pura badannya merinding, seolah melihat mbak"KUN kunjan TI" yang sering n*ngkring di atas pohon.
*( Gabungin hanya huruf besar saja he.he).*
" Asem ..kamu Ren ...memangnya aku nenek Lamp*r apa ? ha..ha..ha.." Sahut Rahartika membalas candaan Randy, sambil memukul pundak sahabatnya tersebut, dan disambut tawa juga oleh Randy.
"Baiklah...ayo aku ajak kamu jajan, ada tempat makan baru, dan menunya enak lho.'' Randy mengerlingkan mata sipitnya.
''Tempatnya juga bersih,
kamu pasti suka." Sambungnya lagi, sambil menarik tali tas selempang Rahartika, menuju tempat motornya di parkir.
"Eeeittt...eeeiittt....itu anak orang kenapa di tarik tarik begitu?, memangnya kamu sudah merasa paling cakep ya "MAS ?.'' Sarkas candaan seorang siswi dengan ceplas ceplos, sembari menarik tangan Rahartika.
Gadis itu yang tak lain, adalah Vania salah satu sahabat akrab Rahartika.
Vania tidak sendirian, ia sedang bersama Fahril kekasihnya sejak kelas XI, tahun lalu.
Melihat kedatangan sahabatnya tersebut, tiba-tiba saja senyum tersungging di bibir Ika.
''Ting...'' Seolah ada lampu neon 20 watt, menyala terang di atas kepalanya, imajinasikan sendiri ya.
"Tante...hixs hixs...tante, tolong gadis cantik dan baik hati ini, please help me.... hixs..hixss....''
''Dia, dia .. akan meng*n*ay* gadis lemah, yang manis ini..hixs..hixs." Canda Ika dengan berpura-pura lemah, dan tertekan, serta isak tangis yang di buat-buatnya.
Rahartika menggoyang goyangkan tangan Vania, yang tadi memengang lenganya.
Menyaksikan tingkah konyol sahabat mereka tersebut, ketiganya saling pandang,
seolah tengah berunding secara gaib, mencari suatu kesepakatan.
Dan sesaat kemudian. "LEBAY....." Ucap mereka bertiga bersamaan.
"Ha..ha..ha...ha." Dan pada khirnya, mereka berempat tertawa serempak.
Setelah bercakap-cakap beberapa saat, Vania dan Fahril memutuskan ikut pergi bersama Rendy dan Rahartika.
Dengan 2 motor (motor Randy dan motor Fahril), mereka saling berbocengan.
Randi membonceng Rahartika dan Fahril bersama Vania, melesat membelah kota.
Motor mereka mengarah, kesebuah tempat sepecial yang direkomendasikan oleh Rendy.
Selang waktu 15 menit, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
Vania dan Rahartika masuk terlebih dulu, sementara Randy dan Fahril memarkir motor mereka.
Siang itu, rumah makan yang baru buka kurang dari sebulan tersebut tampak ramai.
Hingga tak banyak tempat duduk, yang masih tersisa.
Akan tetapi, seolah keberuntungan sedang berpihak untuk mereka berempat, disana masih terdapat satu tempat duduk kosong.
Yang kebetulan ada pengunjung baru saja selesai membayar tagihan, pada saat mereka berdua masuk kerumah makan tersebut.
"Ril..''
''Ren..''
''Di sini..." Panggil Vania sambil melambaikan tangan, saat melihat kedua temannya, yang tampak mencari-cari keberadaan mereka berdua.
Melihat Vanya dan Ika, kedua remaja yang masih berpakaian seragam sekolah putih abu-abu tersebut, berjalan mendekat dan mendudukan tubuh mereka dengan santai
"Mbak ..kami mau pesan." Panggil Randy, kepada pelayan rumah makan di sana.
"Ia... mau pesan apa mas, mbak?." Jawab sang pelayan, dengan sopan.
"Kamu mau pesan apa Ika?, hari ini aku yang traktir, jadi jangan sungkan-sungkan.'' Randy.
''Tapi, jika bisa usahakan untuk memilih menu-menu yang paling murah ya." Ucapnya dengan candaan.
"Ciiih...jangan sombong ya, awas ya kalau sampai kami nanti cuci piring." Jawab Vania jutek kepada Randy.
" Ika.... my beloved ...my honey swety cui cui ...kamu pesan dulu gih...ingat pilih yang paling paling murah sayang." Ucap Vania dengan gaya, sok manja-manja caper kepada Rahartika.
**Paling murah\=paling mahal**
"My lovely honey Vania ...Aku akan menyukai apapun yang kau pilihkan... my swetty cui cui." Jawab Rahartika, meladeni kekonyolan Vania sahabatnya.
"Ril ..kayaknya kita hanya di jadikan kartu A*M berjalan mereka saja.'' Randy menyenggol lengan Fahril.
''Oh...malang nian, nyeseknya hati dan hidupku tuhan." Sambung Rendy, yang ikut meladeni candaan kedua wanita di depannya.
"Ciih!..kalian ini dasar-orang orang lebay dilihat pengunjung lainnya, malu tahu." Gerutu Fahril, atas sikap ketiga sahabatnya.
Melihat Fahril yang nggk kompak, ketiga orang tersebut saling melirik, kembali mencari kesepakatan, dan berkata dengan serempak. "LHO..GAK SERU!.''
Sehingga, beberapa orang yang sedari tadi menahan tawa atas aksi-aksi konyol mereka, reflek tertawa terkekeh.
Bahkan, ada yang sampai menyemburkan minumannya.
Menyadari, banyak orang yang menatap mereka dan tertawa, keempat muda-mudi tersebut merasa malu.
Sontak saja, menjadi diam seribu bahasa, bahkan saat makanan mereka datang, dan dihidangkan diatas meja, hingga makanan tersebus habis berpindah tempat kedalam perut, meja tersebut tampak sunyi dan senyap.
Tak terdengar sepatah katapun, hanya mata keempat muda mudi tersebut, yang saling melirik, mereka berempat berkomunikasi dengan jurus tingkat tinggi klan mereka.
*( he he peace )*
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka berempat buru-buru berjalan keluar
tanpa menoleh lagi.
Tentu saja, setelah membayar tagihan makanan dimeja mereka tadi.
Namun, tak lama hanya selang waktu beberapa saat saja, salah satu gadis dari ke empat muda-mudi tadi( Rahartika ), kembali masuk dan memesan 6 porsi makanan dalam kemasan / dibungkus.
Tampak gadis cantik itu beberapa kali tersenyum, ketika pelayan pria disana menggodannya, ia enggan menanggapi namun, ia juga tidak mengacuhkan sapaan dari pelayan rumah makan tersebut.
Rahartika memang selalu memilih menjawab sapaan yang sopan, dan ia tidak mengindahkan perkataan yang berbau-bau horror.
"Jadi totalnya berapa kak?." Tanya Ika kepada pria penjaga kasir, sembari mengeluarkan dompet dari dalam tas Selempang ungu.
" 180 ribu nona swetty cui cui...hehe." Goda pelayan laki-laki penjaga kasir tersebut.
Pelayan laki-laki itu, ternyata dia sudah memperhatikan Rahartika, sejak gadis tersebut melangkahkan kaki masuk kedalam rumah makan.
Jadi dia adalah salah satu dari sekian orang, yang ikut menikmati "*Ki**cauan burung cui cui* " dari awal hingga akhir.
Mendengar ucapan sang kasir, wajah Ika merona merah, karena rasa malu.
"Ini kak uangnya, dan kembaliannya tolong nanti masukan kekotak amal, untuk yayasan panti asuhan yang disana itu." Ucap Ika sambil menyodorkan 2 lembar uang 100 ribuan, sebelum melangkah keluar dari rumah makan tersebut, dengan jurus langkah lebar tanpa bayangan.
Motor kesayangan Fahril
Motor Randy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
coco
like mendarat.
jgn lupa mampir kk
2021-07-11
1
Olan
aku like nih thor😊 mari saling ngedukung juga
2021-03-07
1
ZEN KAMIL
like...
2021-01-09
1