Sosok nenek pemilik tongkat

"Aaakkhhhhhhh papa!" Teriak Dimas menutupi tubuhnya dengan selimut

Brak

Suara pintu di buka kasar terdengar dan sosok itu menghilang dari sana

"Dimas, Dimas kamu kenapa? Ini papa dan mama" tanya Bintang yang terkejut mendengar teriakkan Dimas, dia pikir mungkin ada babi ngepet yang semalam lagi datang ke rumah mereka

"Papa! Ada hantu pa, di depan lemari Dimas" teriak Dimas masih menutupi seluruh tubuhnya

"Mana ada, kamu pasti bermimpi, makanya kalau tidur itu baca do'a Dimas" gerutu Silvia

"Beneran ma, ada hantu, perempuan rambutnya panjang, hantu Sahara ma" jawab Dimas yang mengenali wajah Sahara

"Buka dulu dan kamu lihat sendiri, hantunya itu tidak ada, dan semuanya itu hanya mimpi Dimas" bujuk Bintang

"Nggak mau, Dimas takut, Dimas mau tidur dengan Papa dan mama saja" jawab Dimas masih belum mau keluar dari selimutnya

"Ya sudah, ayo cepat ikut papa dan mama ke kamar, besok kamu harus mulai sekolah, dan papa juga harus mulai menggarap lahan milik kita" bujuk Bintang dan Dimas mengangguk

Keesokan harinya, Dimas sudah tidak takut lagi bahkan sudah mulai melupakan kejadian semalam, tapi dia masih ingat dengan mimpi yang dia alami semalam

"Pa, apa Kakek dan nenek dulu sering bertengkar?" Tanya Dimas tiba tiba di sela sarapannya

"Mereka sangat harmonis Dimas, bahkan saling menyayangi, makanya mama selalu ada bersama papa kemanapun, dan kapanpun" jawab Bintang

"Kakek punya selingkuhan nggak pa?" Tanya Dimas

Puk

"Kamu ini sembarangan, kakek kamu itu orang Yang setia" gerutu Silvia menggeplak kepala Dimas

"Kan cuma nanya ma" gerutu Dimas mengusap kepalanya

"Pertanyaan kamu itu aneh, kamu kan tahu sendiri, kakek kamu itu selalu mesra dan menempel pada nenek kamu" ungkap Bintang geleng geleng kepala

"Sehidup semati juga" bisik Silvia

"Terus Kakek buyut punya istri muda?" Tanya Dimas

"Setahu papa, istrinya hanya Oma buyut kamu, almarhumah nenek Farida" jawab Bintang

"Bukan Sahara?" Tanya Dimas

"Bukan" jawab Bintang tegas dengan tatapan tajam

"Pa, kamu kenapa?" Tanya Silvia

"Jangan sebut nama itu di rumah ini cucuku, dia adalah pembawa petaka dalam rumah ini" jawab Bintang dengan suara seorang nenek nenek

"Bi, tolong!" teriak Silvia ketakutan begitupun Dimas

"Berikan cincin itu padaku" perintah Bintang masih duduk dengan wajah menunduk

"Ini milik Dimas pa, kan papa yang kasih" jawab Dimas

"Berikan padaku cepat!" Bentak Bintang

"Tidak bisa di buka pa, ini seperti menempel" jawab Dimas kesulitan membuka cincin itu

"Kamu sudah melakukan perjanjian dengannya, darahmu sudah mengalir dalam cincin ini" ungkap Bintang

"Nyonya bagaimana ini, kita harus panggil ustadz" bisik Sumi ketakutan

"Kemarikan tanganmu" ucap Bintang

Dimas menyodorkan tangannya dan Bintang membacakan sesuatu ke dalam cincin itu

"Dia tidak akan bisa berbuat masalah lagi, dan akan menjadi penurut karena sekarang kamulah pemiliknya" bisik Bintang tertawa

Bruk

"Papa" teriak Dimas Karena Bintang pingsan setelah mengatakan itu

Bintang Langsung di bopong Dimas dan Silvia ke arah ruang keluarga dan di baringkan di sofa, mereka bingung dengan apa yang terjadi barusan, dan memilih untuk menunggu hingga Bintang sadar, mereka tidak meminta bantuan Karman karena takut kalau para pegawai yang akan bekerja hari ini jadi ketakutan dan mundur

"Dimas, kamu berangkat sekolah saja nak, biar mama yang jaga papa kamu, disini juga ada bi Sumi" ucap Silvia

"Tapi ma, Dimas khawatir dengan papa, Apalagi tadi suara papa seperti suara wanita tua" jawab Dimas

"Mungkin den Bintang kesurupan non, tapi kalau manggil orang di luar saya takut mereka tidak mau membantu" ucap Sumi

"Mungkin saja bi, soalnya dia terlihat berbeda dan suaranya juga beda, tolong ambil air minum ya bi, untuk mas Bintang kalau nanti dia sadar" jawab Silvia

"Den Dimas tidak perlu khawatir, sekolah saja, itu Galang sudah menunggu di depan" bujuk Sumi

"Kalau gitu Dimas pamit sekolah dulu ya ma, bi" ucap Dimas mencium tangan Silvia dan Sumi

"Mas.... " Panggil Silvia menepuk nepuk pipi Bintang

"Eunghh... "

"Mas kamu sudah bangun?" Tanya Silvia sedikit takut jika yang bangun masih sosok yang masuk ke badan Bintang

"Aku ko lemas banget ya ma, sama haus" jawab Bintang dan Silvia memberikan air minum pada Bintang

"Kamu tadi kerasukan pa, kamu buat kami takut" jawab Silvia

"Kerasukan? Seingat papa, papa tadi sedang makan dan tiba tiba pusing saat Dimas menyebutkan nama seseorang" jawab Bintang

"Kamu bilang cincin yang di pakai Dimas itu ada sosok pembawa petaka" ungkap Silvia

"Dan namanya jangan disebut dirumah ini, karena tadi Dimas menyebutkan nama itu" ucapnya lagi

"Nama siapa?" Tanya Bintang kebingungan

"Mama nggak mau sebut, mama takut papa kerasukan lagi" jawab Silvia

"Sebaiknya Aden, istirahat sebentar, karena masih terlihat sedikit pucat" ucap Sumi

"Nanti akan ada yang bekerja di lahan Kakek ma, tolong masak untuk mereka, dan siapkan air panas juga mungkin mereka butuh kopi dan rokok" ucap Bintang

"Iya kami akan memasak, tadi juga Bu Mirna sudah memberi tahu letak pasar dan warung disini" jawab Silvia

"Aku khawatir pa, kamu terlihat pucat, dan dua hari ini kamu terlihat sibuk mengurus rumah ini" ungkap Silvia

"Aku ingin saat papa mulai bekerja nanti, semua lahan sudah di tanami ma, dan rumah ini juga nyaman untuk kita tempati, kita harus cepat karena keuangan kita ini harus berputar dan jangan sampai karena kita terlalu santai, uang kita jadi habis dan tak ada untuk modal usaha kita" jawab Bintang

"Kamu jangan khawatir dan cemas ma, aku akan baik baik saja, apalagi kan aku akan sering di rumah, Tidak seperti dulu Yang sering ke kantor, kantorku sekarang ya di lahan dan juga rumah ini" ungkap Bintang mengusap rambut Silvia

"Baiklah, papa istirahat dulu sebentar, Dimas sudah berangkat sekolah" jawab Silvia

Bintang Langsung naik ke kamarnya dan dia bisa merasakan kalau selalu ada yang mengikutinya sejak dia menginjakkan kaki di halaman rumah Bagaskara

"Keluarlah, aku tahu kamu terus mengikuti ku sejak tiba disini!" Teriak bintang saat dia sampai dalam kamarnya

Wusss

Angin kembali berhembus ke wajah Bintang, kali ini tercium aroma melati yang sangat kuat di kamar yang di tempati Bintang

Tak tak tak

Hentakan kaki di sertai bunyi tongkat saling bersahutan di dalam kamar Bintang

"Lihatlah cermin itu nak" bisik suara tersebut dan Bintang menoleh ke arah cermin yang ada di dalam kamarnya itu

Bruk

Bintang terkejut dan reflek memundurkan tubuhnya hingga dia tersandung ranjang dan terjatuh, saat melihat sosok seorang nenek berpakaian kebaya hijau dengan tongkat kayu yang pernah di pakai Bintang untuk memukul babi ngepet dua malam yang lalu

"Tak perlu takut nak, aku adalah penjaga rumah ini sejak tuan Bagaskara menginjakkan kaki di rumah ini" ungkap sosok tersebut

"Apa kamu juga yang berbisik saat saya hendak masuk?" Tanya Bintang dan dia mengangguk

"Lalu yang selalu memanggilku dengan sebutan cah bagus, itu juga kamu?" Tanya Bintang lagi

"Dia sosok lain yang ada di dalam cincin yang di pakai anakmu" jawab sosok tersebut

"Kenapa kamu bilang sosok itu membawa petaka?" Tanya Bintang dengan sedikit gemetar karena sosok itu benar benar membuat dirinya ketakutan dengan wajah keriput dan juga giginya yang hitam

"Dia adalah awal dari segala kesedihan yang menimpa tuan Bagaskara, dia sudah membunuhnya secara perlahan dan tuan Bagaskara terpaksa mengurung dia dalam sebuah cincin, tapi anak kamu menemukan dan juga secara tidak sengaja membuka segel yang terikat di kotak cincin itu di simpan dengan darahnya" jawabnya

"Tapi bagaimana mungkin, Dimas Anak yang tidak tahu hal hal seperti itu" ucap Bintang tak percaya

"Dia tidak sadar, darahnya menempel di kunci kotak itu dan menjadi syarat agar Sahara terbebas, dengan darah Bima yang mengalir darimu dan juga keturunanmu" jawab sosok tersebut

"Dia mengenal papa?" Tanya Bintang

Tak tak tak

Sosok itu keluar dari cermin dan mendekati Bintang yang semakin ketakutan, dia sentuh kepala Bintang sambil membacakan sesuatu, hingga beberapa potongan kejadian masa lalu masuk ke kepala Bintang

Di Mulai Dari saat Bima bertemu dengan Sahara yang saat itu baru berusia enam belas tahun dan bima yang sudah menikah berusia dua puluh lima tahun, mereka saling jatuh cinta setelah bima secara tak sengaja menolong Sahara yang di rampok di jalan

Hubungan mereka seolah di dukung keadaan yang saat itu memang berpihak pada mereka, karena pernikahan Bima yang tidak harmonis dengan istrinya, dan juga Sahara yang ternyata bekerja di rumah Bagaskara

Hingga Bagaskara memergoki mereka yang sedang berhubungan suami istri pada suatu malam, Bagaskara yang murka Langsung mengusir Bima dari rumah, terlebih saat dia tahu kalau menantunya sedang hamil dan di tinggal sendirian di jakarta, Bagaskara meminta Bima untuk tidak menginjakkan kakinya di kampung itu lagi dan meninggalkan Sahara yang terus berteriak ingin ikut bersamanya

Bagaskara yang sedang emosi sampai menggigit leher Sahara sampai berdarah dan meminum darahnya sedikit untuk mengikat Sahara disana, semua itu dia lakukan agar rumah tangga Bima tidak di ganggu Sahara meski dia tahu Bima Tidak mencintai istrinya

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ridwan01

Ridwan01

terima kasih sudah mampir 🙏☺️

2025-03-08

1

lihat semua
Episodes
1 sebuah awal
2 Malam pertama di datangi babi ngepet
3 Sebuah bisikan
4 Sosok Sahara mulai muncul
5 Sosok nenek pemilik tongkat
6 Nenek Rukmini
7 kiriman santet
8 kiriman santet 2
9 Hari baru bersama Sahara
10 Gandra si Genderuwo
11 Pipit hilang
12 Negosiasi dengan genderuwo
13 Sebuah kenyataan 1
14 Sebuah kenyataan 2
15 Kekesalan Galuh
16 Keinginan Gandra
17 kunjungan Lingga
18 ritual Galuh
19 menggerebek babi ngepet
20 menggerebek babi ngepet 2
21 kesedihan Herman
22 Gandra jadi teman Sahara
23 Kepulangan Lingga
24 Murid baru
25 Gading
26 Mencari Gading
27 Membebaskan Gading
28 kesadaran Gading
29 Gading masih sama jahat
30 Kesalnya Bintang
31 datangnya teluh
32 Pagar gaib baru
33 Ranjang panas
34 Adinda Maharani
35 Kekuatan baru Gading
36 Sahara menerima
37 Pengamanan
38 Tersiksa karena cinta
39 Rumah Galuh
40 Rencana kesepakatan
41 Keikhlasan Dimas
42 Kelakuan Gandra dan Sahara
43 Pemutus kutukan
44 Lingga jatuh cinta
45 Kunjungan Galuh
46 Pesugihan monyet
47 siluman monyet
48 tumbal
49 Pelet Imel
50 lunturnya pelet
51 belajar ikhlas
52 Keraguan Hala pada Fatan
53 berlibur
54 Panji tergoda
55 Sarah terjebak
56 Mencoba menolong
57 Pertolongan
58 tak sengaja bertemu
59 Air terjun bukit Tiara
60 terjebak di alam gaib
61 Salem
62 Rencana Fatan
63 Keinginan Galuh
64 Fatan bergerak
65 Fatan berubah
66 Tempat Fatan
Episodes

Updated 66 Episodes

1
sebuah awal
2
Malam pertama di datangi babi ngepet
3
Sebuah bisikan
4
Sosok Sahara mulai muncul
5
Sosok nenek pemilik tongkat
6
Nenek Rukmini
7
kiriman santet
8
kiriman santet 2
9
Hari baru bersama Sahara
10
Gandra si Genderuwo
11
Pipit hilang
12
Negosiasi dengan genderuwo
13
Sebuah kenyataan 1
14
Sebuah kenyataan 2
15
Kekesalan Galuh
16
Keinginan Gandra
17
kunjungan Lingga
18
ritual Galuh
19
menggerebek babi ngepet
20
menggerebek babi ngepet 2
21
kesedihan Herman
22
Gandra jadi teman Sahara
23
Kepulangan Lingga
24
Murid baru
25
Gading
26
Mencari Gading
27
Membebaskan Gading
28
kesadaran Gading
29
Gading masih sama jahat
30
Kesalnya Bintang
31
datangnya teluh
32
Pagar gaib baru
33
Ranjang panas
34
Adinda Maharani
35
Kekuatan baru Gading
36
Sahara menerima
37
Pengamanan
38
Tersiksa karena cinta
39
Rumah Galuh
40
Rencana kesepakatan
41
Keikhlasan Dimas
42
Kelakuan Gandra dan Sahara
43
Pemutus kutukan
44
Lingga jatuh cinta
45
Kunjungan Galuh
46
Pesugihan monyet
47
siluman monyet
48
tumbal
49
Pelet Imel
50
lunturnya pelet
51
belajar ikhlas
52
Keraguan Hala pada Fatan
53
berlibur
54
Panji tergoda
55
Sarah terjebak
56
Mencoba menolong
57
Pertolongan
58
tak sengaja bertemu
59
Air terjun bukit Tiara
60
terjebak di alam gaib
61
Salem
62
Rencana Fatan
63
Keinginan Galuh
64
Fatan bergerak
65
Fatan berubah
66
Tempat Fatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!