Wanita Gemuk Istri Komandan
Netha Putri, 27 tahun, duduk di meja kerjanya dengan mata yang terasa berat. Jam telah menunjukkan pukul
03.00 dini hari. Sudah seharian ia sibuk mengejar deadline laporan untuk perusahaan tempat ia bekerja.
Lupa makan, lupa minum, dan bahkan lupa menikmati hidup. Wajahnya terlihat lelah, namun tetap cantik dengan riasan tipis yang ia pakai sejak pagi.
"Satu halaman lagi... satu halaman lagi, setelah ini selesai," gumamnya seraya mengetik cepat di laptop. Namun, rasa kantuk akhirnya tak tertahankan. Kelopak matanya tertutup, dan kepalanya tertunduk di atas meja.
Samar-samar, kesadaran mulai menelusup masuk ke dalam pikirannya. Suara kicauan burung terdengar lembut di kejauhan, seolah berasal dari taman yang luas. Hembusan angin yang menyelinap dari sela-sela tirai sutra membuat kain itu menari pelan, menciptakan desiran yang menenangkan. Aromanya lembut, seperti lavender yang baru dipetik dan mawar merah yang sedang mekar sempurna.
“Hnnngg..” gumam Netha lirih.
Kelopak matanya bergerak pelan. Cahaya matahari yang hangat menyusup masuk dari celah jendela tinggi, menyilaukan pandangannya. Ia menyipitkan mata, mencoba melihat lebih jelas.
“Eh?” suaranya serak.
Ia perlahan memalingkan kepala ke kiri.
Ia menoleh ke kanan.
Ia berusaha duduk, tetapi tubuhnya terasa berat, sangat berat.
“Kenapa... rasanya... berat begini?” gumamnya kebingungan, berusaha mengangkat tubuh dari kasur.
Namun, saat selimut tersingkap sedikit, matanya membelalak.
“A-apa…?!”
Ia menatap tubuhnya, lebih tepatnya, tubuh baru yang kini ia huni. Tangannya besar dan gemuk. Jari-jarinya tampak membengkak. Ia menurunkan pandangan ke perut yang menggembung luar biasa.
“Gila! Ini tubuh siapa?!”
Ia berusaha duduk.
“Gh... haa... ugh!”
Susah payah. Bahkan untuk sekadar mengangkat punggung dari kasur empuk itu, ia megap-megap. Peluh mulai membasahi pelipisnya. Ototnya seperti tak terbiasa menggerakkan tubuh seberat itu.
“Aku... mimpi? Ya Ini pasti mimpi aneh!”
Ia menampar pipinya. “Aduh, Sakit!”
Ia menjambak rambutnya. “Masih kerasa!”
Ia mencubit lengan, terasa sakit, sangat sakit. Ia menyentuh pipinya yang chubby dan bulat, menjepitnya kuat-kuat.
“Ini bukan mimpi, bukan mimpi.” gumamnya panik, napas memburu, keringat dingin mengucur di pelipisnya.
Namun langkah demi langkah pikirannya mulai runtut.
Ia mengingat dengan jelas bahwa ia sedang di kantor mengejar deadline. Setelah selesai, ia mengantuk.
"Ini dimana? Ini bukan rumahku. Astaga, bukankah tadi aku masih dikantor? Setan mana yang membawaku kesini?" ucapnya panik. Netha berdiri dengan susah payah.
Bahkan untuk mengangkat bokongnya dari kasur empuk itu saja, ia sudah megap-megap. Otot-otot di pahanya menjerit. Tubuhnya berguncang pelan saat ia berusaha duduk.
Tubuhnya begitu berat. “Aduh kenapa berdiri saja susah sih. Ada apa sebenarnya ini?"
Nafasnya makin cepat. Keringat dingin mulai merembes dari pelipisnya.
“Kenapa rasanya kayak naik gunung cuma buat bangun dari kasur, sih.?!”
Dengan susah payah, ia mencoba bangkit. Tangan gemuknya mendorong lutut, wajahnya memerah karena tenaga yang ia keluarkan hanya untuk berdiri.
“Baru bangun dari kasur aja kayak naik gunung Everest,” desisnya sambil megap-megap.
Aaaaaaaa.... Teriaknya.
Adegan-adegan singkat, dua anak laki-laki, seorang pria tinggi berseragam militer, dan dirinya sendiri tidak menyukai anak kecil itu. Benar-benar kejam.
la bahkan harus berpegangan ke dinding agar tubuhnya tidak limbung dan terjatuh dengan tubuh gemuk nya
ini.
“OH TIDAK!” Netha memegangi kepalanya.
Dengan langkah gontai, ia masuk ke kamar mandi. Matanya liar menatap sekeliling, mencari sesuatu yang bisa membantunya menenangkan diri.
Ia menemukan sabun cuci muka.
“Setidaknya aku harus cuci muka dulu. Siapa tahu ini cuma mimpi buruk.”
Ia mengusap wajahnya dengan busa sabun, lalu menatap ke cermin.
“Masih dia, Masih aku?”
Tangan gemuknya menyentuh pipi chubby itu. Lalu dagu bulat yang bertumpuk dua. Ia menarik napas panjang.
“Oke, Netha. Tarik napas. Tahan. Ini mungkin halusinasi karena stres dan lembur tanpa makan.”
Setelah mencuci muka, Netha berjalan kedalam kamar nya kembali, melihat sekeliling kamar yang ia tempati Dengan seksama, dindingnya berwarna snow white dengan lampu gantung yang indah, tirai gorden yang tinggi sampai menyentuh lantai, perabotan mahal, sungguh perbedaan besar dengan kosan nya sendiri dikehidupan pertama nya yang lebih memilih kosan buluk dibandingkan kosan indah demi menghemat uang.
Ia berjalan menyentuh semua perabotan itu, lalu ia juga pergi ke ‘Walk kloset?’, Netha ingin tertawa. “Ini mah punya orang kaya, berasa mimpi aku berada disini.”
Lalu ia membuka lemari itu, sayangnya tidak sesuai ekspetasinya. Ia berfikir adalah gaun yang indah dengan warna yang sangat soft atau glamor. Ternyata ‘Heh’
“Astaga, ini baju atau permen blaster?” gumamnya.
Ia kembali berjalan menuju ke kamar nya kembali, duduk di ranjang nya, masih memikirkan mengapa ia bisa ke tempat ini. Lalu siapa kedua anak kecil kembar dan pria tampan itu.
Sementara itu, di ruang tamu Sean Jack Harison duduk dengan kedua anak kembarnya, El barack dan Al barack.
Sean, dengan wajah tegas dan sorot mata dingin, sedang membaca laporan dari ponselnya. El duduk di sebelah kanan, diam seribu bahasa sambil memainkan robot kecil.
Sedangkan Al, yang lebih cerewet, mulai bersandar pada bahu Sean. “Papa sedang apa?”
“Hanya membaca laporan.”
“Seperti suara barang jatuh. Dari kamar atas,” jawab Al, sambil menunjuk ke lantai atas dengan
dagunya.
“Kamu salah dengar mungkin Al.” ucap El yang masih sibuk dengan mainannya.
“Mungkin.”
Tanpa banyak bicara, ia bangkit dan menuju kelantai atas, tempat Netha berada. Lupakan soal memasak, pasti tak baik. Karna sikembar pasti protes dengan hasil masakannya yang gosong lah, keasinan lah dan banyak yang lainnya. Itulah yang selalu Sean dengar tiap kali memasak.
Kamu pikir papa sedang membuat karya seni? Jika tiap masak si kembar merajuk ingin masakan yang indah.
“Papa mau ke mama mu dulu, kalian disini saja, teruslah bermain!”
“Baik Pa!” ucap ke duanya serempak.
Sesampainya dilantai atas, Sean telah berdiri di depan kamar Netha. Ya itu adalah kamar Netha, kedua nya tak pernah tidur sekamar setelah menikah.
Tok! Tok! Tok!
Netha di dalam kamar yang sedang melamun, kaget dengan suara ketukan itu. Ia berjalan menuju ke pintu dengan setengah hati.
“Netha?” ucap Sean dalam hati sambil mengerjapkan kedua matanya.
Netha menatap Sean yang sedang berada didepan nya, ia melihat dari atas ke bawah, wajahnya sangatlah tampan dengan pakaian militer nya. Tubuhnya gagah, otot-otot nya tercetak jelas.
“Oh Tuhan, aku masih perawan ting ting, malah disungguhkan pria tampan disini!” Ucap Netha dalam hati.
Ia lupa sekarang berada ditubuh orang lain, yang sudah bersuami dan mempunyai dua anak kembar.
“Netha?”
“Ah iya, ada apa?”
“Aku ingin berbicara denganmu, apakah aku boleh masuk?”
“Hm.”
Akhirnya Sean masuk ke kamar itu, ia langsung duduk di kasur, sementara Netha duduk di atas sofa.
Sean memandangi seluruh ruangan yang tak pernah ia masuki itu.
Sementara Netha juga melamun sambil memandangi Sean yang masih melihat isi di dalam kamar.
“Kemana wanita gemuk ini berada? apakah ini sebuah novel atau game atau apa. Mana baru sampai sini sudah punya suami dan dua anak kembar lagi. Bagaimana hidupnya selanjutnya. Bisa kah ia pergi dari sini. Atau melanjutkan hidup bersama dua anak dan pria ini. Tapi aku tak pernah menikah, apalagi ngurus anak!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Rona Mustika
kak saya butuh penjelasan kakak dengan cerita kakak ini, kakak tahu kan cerita saya sudah di novelkan? sebelum saya ajak pembaca saya untuk silaturahmi ke akun kakak dan juga penerbitnya
2025-06-02
1
Helen Gunawan
sepertinya menarik dan yg penting cerita pendek yg tamat
2025-04-12
1
Asnani Ar
baru hadir di bulan Mei 12 2025, seru pindah raga,beda karakter tentunya. lanjut author...
2025-05-12
0