Hamil Kembar??

Berkat kebaikan gadis cupu itu, Gara mendapatkan tempat tinggal meski harus merelakan harga dirinya jatuh demi Seina yang sedang hamil bisa istirahat di rumah gadis cupu itu.

“Ini kamarku, karena kalian akan tinggal di sini, aku bakalan pindah ke kamar sebelah.” Ia membukakan pintunya untuk Gara lalu menyuruhnya meletakkan Seina ke tempat tidurnya.

“Kecil sekali kamarmu ini,” ucap Gara sambil melirik isi kamarnya yang lumayan sempit membuat gadis cupu di sampingnya pun mendengkus.

“Kamarku memang kecil tapi jangan meremehkannya seperti itu. Tanpa kamar ini, kau dan wanita ini mungkin akan tidur di luar sana,” balas gadis cupu itu.

“Iya... iya... ngerti kok, terima kasih sudah berbaik hati mau menampung kami, yang mulia,” ucap Gara sambil menyelimuti Seina.

“Panggil saja Vara,” celetuk Vara kesal.

“Oh ya, siapa perempuan ini?” Ia kemudian menunjuk Seina dan bertanya pada Gara yang duduk sejenak di kursi.

“Seina, dia kakakku satu-satunya,” jawab Gara datar.

“Aku tidak menyangka ternyata pembully sepertimu punya kakak perempuan yang cantik, tapi sayang dia punya adik yang suka bully cewek-cewek di sekolah,” pungkas Vara.

“Hei, aku juga tidak menyangka gadis cupu sepertimu ternyata cerewet saat di rumah,” balas Gara mengejek.

“Apaan? Aku tidak cerewet kok!” sentak Vara.

“Sudah... sudah... jangan bikin aku marah. Mendingan kamu kasih aku air es. Aku haus nih gara-gara jalan kaki sepanjang enam ratus meter,” titah Gara dengan santainya bak Raja pada dayangnya.

“Dih lebay juga dia. Padahal jaraknya tidak sejauh itu kok,” batin Vara berkacak pinggang.

“Aku tidak mau.” Tolaknya kemudian.

“Kenapa menolak?” Tanya Gara kaget.

“Kamu kan punya kaki dan tangan, ambil saja sendiri di dalam kulkas.” Jelas Vara ketus.

“Aku tamu loh, sebagai tuan rumah kau harusnya menjamuku dengan baik. Bukan berlagak sombong begitu!” protes Gara berdiri dan mendekatinya tapi langkah Gara terhenti karena Vara tiba-tiba maju.

“Aku tidak pernah menganggap kamu tamu di sini. Aku hanya menganggap dia, sedangkan kamu hanya orang lain yang tidak tahu diri,” balas Vara melotot.

“Ck, gadis ini cerewet sekali, berbeda saat di sekolah dia malah takut padaku. Apa karena ini rumahnya jadi dia berani menginjak-injak aku?” pikir Gara.

“Dipikir-pikir, aku juga tidak sudi minum air es-mu. Rasanya pasti seperti aspal.”

Bam!

Vara sedikit tersentak mendengar pintunya dibanting, tapi gadis itu lebih kesal mendengar ucapan Gara itu.

“Iisshh... mau di sekolah atau di sini, sifatnya masih sama. Sombong sekali!” gerutunya lalu memandangi raut wajah Seina yang terlihat sendu dan lelah. Vara pun penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

Vara lantas keluar untuk menanyakan kepada Gara tetapi tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seseorang.

“Heem... siapa itu malam-malam datang ke sini?” tanya Gara sudah berdiri di samping Vara membuat gadis cupu itu terlonjak.

“Heeh, kamu jangan bengong saja, buka tuh pintunya,” suruh Gara ke Vara yang menatap jengkel padanya.

“Kalau kamu tidak mau, aku saja yang pergi membukanya,” sambung Gara tapi Vara pun melarangnya.

“Tidak usah kamu, biarkan aku saja!” bentak Vara dan cepat-cepat membuka pintunya.

Gara yang penasaran siapa itu, ia mendekat perlahan dan ia pun berhenti tepat di belakang Vara.

“Kakak...? Kok tumben pulang cepat hari ini? Emang tugasnya di rumah sakit sudah selesai, kak?” tanya Vara.

“Hm, iya, pasien yang kakak jagain seminggu ini sudah pulang jadi... lohhhh kamu?”

Vara mengalihkan matanya ke belakang lalu menatap bergantian kakaknya dan Gara.

“Ehh kakak kenal sama dia?” Tunjuk Vara ke Gara dengan bingung.

“Hm, iya, dia adiknya pasien kakak. Kok kamu ada di rumah saya?” tanya wanita itu pada Gara.

Vara pun menjelaskan awal dia bertemu Gara. Setelah itu, kakak Vara pun mengangguk paham.

“Mba, kebetulan Anda ada di sini, tolong periksa kondisi kakak saya,” mohon Gara.

“Dih, ternyata dia juga bisa memohon ke Kak Salwa. Aku pikir dia bisa mengurus kakaknya sendiri,” batin Vara entah mengapa ia senang melihat Gara tidak berdaya di hadapannya.

Salwa dengan tersenyum menuju ke kamar Vara.

“Kakakmu hanya sedikit terguncang, dia akan kembali baik-baik saja kok. Mungkin kakakmu masih terkejut karena kehamilannya itu,” ucap Salwa berpikir positif tentang kondisi Seina.

“Hamil, kak?” Vara yang terkejut, melirik Gara yang juga menatapnya.

“Walau aku berandal di sekolah tapi aku tidak sejahat itu seperti dalam otakmu!” kata Gara tampak tahu arti tatapan Vara.

“Ohh ternyata kalian lumayan dekat ya. Bagus deh, adik kakak punya teman di sekolah. Tolong ya, Dek Gara, jaga adik saya di sekolah soalnya dia sering sekali pulang terus nangis tiba-tiba,” mohon Salwa.

“Kak, sebenarnya dia itu... hmp!”

Mendadak mulut Vara dibekap oleh Gara.

“Hahaha... maafkan saya, Mba. Sebenarnya kami baru kenalan tadi, tapi saya berjanji akan menjaga dia untuk membayarkan kebaikan, Mba,” ujar Gara cepat sambil tersenyum pada Vara tapi Vara malah berpaling lalu bergeser sedikit.

“Oh ya, kamu juga harus jagain kakakmu. Dia sekarang ini lagi mengandung anak kembar.”

“APA, KEMBAR?” ucap Gara dan Vara serentak membuat Salwa tertawa kecil.

“Hm, kembar tiga malah,” sambung Salwa.

Gara dan Vara kembali terbelalak kemudian Salwa pamit untuk mengganti pakaian dulu.

“Hai, berandal, siapa suami kakakmu?” tanya Vara penasaran pria yang menghamili Seina.

“Bukan urusanmu,” jawab Gara ketus.

“Dih, ya sudah, aku juga tidak butuh jawaban darimu!” Vara lalu pergi ke arah kamar Salwa untuk bertanya pada kakaknya sendiri, tapi Salwa tidak tahu juga.

Kini Gara duduk di samping Seina sembari mengusap kepala wanita cantik itu.

“Kak Seina, maafkan Gara tidak bisa menjaga kakak dari pria itu. Maafkan Gara yang tidak becus membahagiakan kakak. Tapi sekarang Gara berjanji akan selalu menjaga kakak dari pria brengsek itu. Kakak harus bertahan, demi Gara dan anak-anak kakak. Lupakan dia yang sudah mencampakkan kakak. Biarkan Gara sendiri membalaskan dendam ini padanya.”

Setelah mengatakannya, Gara pun keluar dari kamar Seina yang mana mata wanita cantik itu meneteskan air mata.

Hari demi hari terus berlalu dan kondisi Seina sudah pulih walau masih ada kesedihan yang terpancar dari matanya. Namun Seina mencoba belajar menerima kenyataan Jovan yang telah menipunya.

“Kakak, kok nangis? Masakan yang Gara bikin tidak enak ya?” tanya Gara sambil menyuapi Seina yang tiba-tiba menangis.

“Kakak masih tidak habis pikir Mas Jovan setega itu membohongi kakak selama ini. Ternyata kakak hanya dijadikan pelampiasan dia.” Isak Seina teringat ucapan Jovan, kalau Jovan terpaksa mencintainya karena saat itu Jovan putus dari Ghina yang ingin melanjutkan pendidikannya di luar negeri.

“Padahal kakak mengira dia orang yang tulus tapi rupa-rupanya kakak dipermainkan.”

Gara meletakkan piringnya di atas nakas lalu duduk mendekap tubuh sang kakak. Bahkan tangisan Seina sampai terdengar ke telinga Vara yang mau masuk ke dalam namun Vara berhenti di depan pintu. Gadis itu ikutan sedih mendengar ungkapan hati Seina. Tapi Vara pun tertegun akan perkataan Gara.

“Kak, lupakan pria brengsek itu. Kalau kakak terus memikirkannya, siang ini juga Gara ke rumah dia.” Ancam Gara serius.

“JANGAN!” larang Seina tak mau Gara terluka.

Gara pun berdiri. Ia menyuruh Seina kembali istirahat dan berjanji tidak akan ke rumah itu. Seina pun memejamkan matanya, sementara Gara keluar dari kamar Seina.

“Loh, kamu ngapain berdiri di sini? Habis nguping ya?” Tunjuk Gara ke Vara.

“Tidak kok, aku barusan datang dari sana,” elak Vara menunjuk dapur kecilnya.

“Terus ngapain kamu ke sini?” tanya Gara.

“Jutek banget sih, aku kan ke sini bukan buat nagih hutang, aku cuma pengen tanyain apa cita-cita kamu? Tadi di sekolah kan guru kita pengen tahu apa cita-cita kita tapi kamu malah bengong,” jawab Vara ngegas.

“Terus cita-cita kamu apa?” tanya Gara sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Jadi kaya raya lah, biar hidupku enak dan gak dibebani oleh cowok resek kek kamu.”

Gara menahan tawa mendengarnya.

“Ihhhh malah ketawa! Kek punya cita-cita paling bagus aja,” cerocos Vara sewot.

“Hm tapi emangnya cita-cita kamu apaan?” tanya Vara penasaran. Saat itu juga ekspresi Gara berubah dingin.

“Bukan urusanmu.”

“Iiihhh selalu saja begitu, jawabnya yang lain dong. Mau jadi tentara, dokter atau jadi polisi kek.”

“Memangnya apa gunanya buat kamu?” tanya Gara menunjuk dengan sinis.

“Siapa tahu aku bisa bantu kamu,” ucap Vara tersenyum paksa tapi Gara berdecak lidah.

“Aku tidak butuh kutu kunti seperti kamu.” Setelah mengatakan itu, Gara berlalu pergi.

“Haiii... malah pergi, jawab dong biar aku gak penasaran!” pekik Vara gegas mengejarnya.

“Yaaa ampuun mereka setiap hari berdebat terus.” Hembus Salwa geleng-geleng kepala lalu keluar dari kamarnya untuk menyiapkan makan malam. Tidak lupa Seina yang sudah merasa baikan ia mulai belajar membiasakan diri membantu Salwa.

Salwa dengan senang hati mengizinkannya. Seminggu kemudian hubungan mereka telah seperti saudara kandung walaupun Gara dan Vara masih layaknya Tom and Jerry.

Lain halnya Asisten Lu yang hari ini tampak tergesa-gesa dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.

“Tuan Jovan...!!! Gawat... gawat....!!!” ujarnya di depan meja Jovan membuat pria tampan itu menghentikan aktivitasnya yang sedang mengecek dokumen perusahaan.

“Ada apa denganmu, Asisten Lu? Mengapa kau berlari seperti itu?” tanya Jovan bingung melihat Asisten Lu ngos-ngosan.

“Tuan Jovan, telah terjadi sesuatu pada Nyonya!”

“Apa? Apa yang terjadi padanya?” Jovan lantas berdiri dari kursinya karena terkejut.

“Saya mendapat kabar bahwa Nyonya baru saja terjatuh dari tangga. Sekarang tengah dilarikan ke rumah sakit.”

Karena kabar buruk itu, Jovan secepatnya melajukan mobilnya ke sana.

Terpopuler

Comments

C2nunik987

C2nunik987

ohhhh jadi Ghina mantan Jovan yg kembali hmmmm

2024-12-25

0

ika

ika

rasakan Jovan

2024-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Penantian
2 Hasil Hubungan Jin?
3 Hamil Kembar??
4 Keguguran
5 OEKKK OEKKKK
6 Mau Pigi Lumana Papa?
7 DUA TUYUL PAPA
8 Dacal Batok Esh!
9 Bica Cali Ayah ?
10 Bertemu Triple Cadel
11 Tidak Mungkin Salah
12 Jhansen Lindu Ayah
13 Culik Saja Sekalian?
14 Nanti Ayah Pulang
15 Bercak Merah
16 Jangan Genit-Genit
17 PAPA GALA UDAH PULANG
18 Wanita Ini Kan..
19 PERGI KAMU DARI SINI!!
20 Janan Pigi Duluuu...
21 Anak Kandung Bos Saya
22 Ayah Jeremy Napa Jahat?
23 Manis-Manis Tapi Cadel
24 Merebut Si Kembar
25 Mereka Sungguh Anakmu?
26 Cuami Na Bunda
27 Dibikin Suples
28 Ingin Bertemu Seina
29 Buku Nikah Siapa Ini, Jovan?
30 Rupanya Punya Cucu
31 Hampir Mati Tenggelam
32 Rasanya Masih Rindu
33 Selamat Dari Kritisnya
34 Tes DNA Dulu
35 Kau Kakaknya Seina?
36 Meninggal Onty
37 Untuk Terakhir Kalinya
38 Jangan Tinggalkan Aku
39 Demi Anak-anak Kalian
40 Dalam Bahaya
41 Baby, I'm Coming
42 Rindu Triplex Cadel
43 Napa Nda masuk, Om?
44 Om, jangan pelgi!
45 Tiba-tiba Diajak Kencan
46 Napa Matanya Melah?
47 Om, Bukan Ayahnya Jelita
48 Tolonin Bunda, Om
49 Tertusuk
50 Napa Polici Na Lambat Kali?
51 Sebelum Meninggal
52 Tolonin Papa Na Jelita
53 Tak Pernah Terbayangkan
54 Jangan Pura-Pura
55 Auw... Auw... sakit... sakit...
56 Sepelti Gentong Sayul
57 Pulang
58 Jangan Lama-Lama
59 Papa Jelita Nda Begitu
60 Bukan Babysitter Mu
61 Kakek Na Selem
62 Sudah Aman
63 Tidak Waras
64 Nda Usah Pelgi
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Penantian
2
Hasil Hubungan Jin?
3
Hamil Kembar??
4
Keguguran
5
OEKKK OEKKKK
6
Mau Pigi Lumana Papa?
7
DUA TUYUL PAPA
8
Dacal Batok Esh!
9
Bica Cali Ayah ?
10
Bertemu Triple Cadel
11
Tidak Mungkin Salah
12
Jhansen Lindu Ayah
13
Culik Saja Sekalian?
14
Nanti Ayah Pulang
15
Bercak Merah
16
Jangan Genit-Genit
17
PAPA GALA UDAH PULANG
18
Wanita Ini Kan..
19
PERGI KAMU DARI SINI!!
20
Janan Pigi Duluuu...
21
Anak Kandung Bos Saya
22
Ayah Jeremy Napa Jahat?
23
Manis-Manis Tapi Cadel
24
Merebut Si Kembar
25
Mereka Sungguh Anakmu?
26
Cuami Na Bunda
27
Dibikin Suples
28
Ingin Bertemu Seina
29
Buku Nikah Siapa Ini, Jovan?
30
Rupanya Punya Cucu
31
Hampir Mati Tenggelam
32
Rasanya Masih Rindu
33
Selamat Dari Kritisnya
34
Tes DNA Dulu
35
Kau Kakaknya Seina?
36
Meninggal Onty
37
Untuk Terakhir Kalinya
38
Jangan Tinggalkan Aku
39
Demi Anak-anak Kalian
40
Dalam Bahaya
41
Baby, I'm Coming
42
Rindu Triplex Cadel
43
Napa Nda masuk, Om?
44
Om, jangan pelgi!
45
Tiba-tiba Diajak Kencan
46
Napa Matanya Melah?
47
Om, Bukan Ayahnya Jelita
48
Tolonin Bunda, Om
49
Tertusuk
50
Napa Polici Na Lambat Kali?
51
Sebelum Meninggal
52
Tolonin Papa Na Jelita
53
Tak Pernah Terbayangkan
54
Jangan Pura-Pura
55
Auw... Auw... sakit... sakit...
56
Sepelti Gentong Sayul
57
Pulang
58
Jangan Lama-Lama
59
Papa Jelita Nda Begitu
60
Bukan Babysitter Mu
61
Kakek Na Selem
62
Sudah Aman
63
Tidak Waras
64
Nda Usah Pelgi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!