Bab.11

Sudah tiga hari hilang nya Bu Kiki, Warga menjadi gempar karena ada orang yang selama ini sakit tidak bisa bangun dan sekarang malah hilang lenyap. Lagi pula siapa yang dengan orang penyakitan, Kalau ada penculik. Mesti lah anak anak atau gadis.

Belum lagi desa desus tentang kuntilanak kerap datang ketika menjelang maghrib, Sekarang tidak ada satu pun warga yang berani keluar ketika sudah hampir jam enam.

Walau itu sangat mendesak sekalipun, Mereka memilih untuk menunggu besok pagi saja. Terlebih para wanita yang sedang hamil di desa ini, Mereka sangat takut karena kuntilanak di gosip kan sangat menyukai bau harum wanita yang sedang mengandung.

"Ndak usah di dengar kan walau pun suara nya sangat jauh." Pesan Bu Warti kepada Eni yang memang sedang hamil muda.

"Kan kalau jauh berarti dia dekat ya, Bu?" Tanya Eni.

"Pokok nya kamu diam saja di kamar, Banyak sholawat dan mengaji." Ujar Bu Warti.

"Pasti lah itu kuntilanak nya Nilam, Kan dia mati nya tidak di terima bumi." Cetus Eni.

"Mulut mu ini yang bisa jadi biang petaka, En!" Sergah Bu Warti.

Eni membuang muka malas karena mertua nya memang sangat tidak suka bila di ajak bergosip mengatai orang, Suami Eni merantau kekota dan sebulan sekali baru pulang kerumah untuk mengunjungi nya.

"Ibu mau sholat isya dulu, Kamu juga jangan lupa sholat." Ucap Bu Warti.

Mendengar pesan mertua nya, Eni hanya mengangguk saja tanpa berniat untuk melakukan. Ia malas beribadah yang kata nya sangat menyusah kan, Lebih baik berbaring sambil bermain ponsel.

Grekkkk.

Dinding rumah nya di cakar oleh sesuatu dari luar, Eni terlonjak kaget dan turun dari ranjang. Memberani kan diri untuk melihat apa yang sedang menakuti nya, Sampai Eni juga keluar dari kamar.

"Ibu tumbenan ngambil wudhu keluar rumah." Batin Eni ketika melihat pintu belakang terbuka lebar.

Berjalan sedikit mengendap endap karena takut menimbul kan suara, Eni melongok keluar dan sama sekali tidak ada apa pun. Sumur yang biasa nya untuk berwudhu pun kosong, Tidak ada sosok Bu Warti di sana.

"Eeeh copot!"

Eni terkejut karena pundak nya di tepuk oleh Bu Warti dari belakang, Terlihat mertua nya hanya menatap perut nya saja.

"Ibu ngagetin saja, Kalau aku jatuh gimana?!" Rutuk Eni.

Tangan Bu Warti menjulur menyentuh perut menantu nya, Eni agak merinding karena tangan sang mertua terasa dingin menembus daster nya.

"Ibu sakit apa gimana to? Kok tangan nya dingin banget." Heran Eni.

"Sakit sekali malahan, Lihat lah perut ku sampai bolong begini....

Eni terjingkat sangking kaget nya melihat perut mertua nya yang bolong hingga kepunggung, Wujud nya pun perlahan berubah menjadi Nilam. Seringai menakut kan keluar dari bibir kuntilanak ini.

"Apa kata mu tadi, Aku tidak di terima bumi?...

Kepala Nilam bergerak kesana kemari dengan liar nya, Bahkan lubang perut itu juga mengeluar kan ulat. Eni ingin menjerit namun tidak bisa, Tangan Nilam sudah bergerak liar menyentuh perut wanita yang sedang hamil muda ini.

Byuuurr.

Dari dalam rumah, Bu Warti menyiram kan garam kasar. Sosok Nilam menghilang begitu saja dan Eni langsung terduduk lemas. Wajah nya memucat sangking takut nya karena baru pertama kali melihat hantu.

"Ibu sudah bilang sama kamu, Kamu nya yang sangat ngeyel." Kesal Bu Warti.

"Tadi pintu nya terbuka, Bu. Maka nya aku keluar untuk melihat, Apa mungkin Ibu lupa menutup nya." Sahut Eni masih ketakutan.

Mendadak saja Bu Warti menarik menantu nya cepat kedalam rumah, Ia mengunci nya dan memberi kan palang agar semakin kuat.

"Bukaaa...Aku mau masuk."

"Siapa dia, Bu?" Eni menggigil ketakutan dan juga setengah kaget.

"Bu Kiki, Tampak nya dia terkena pengaruh." Lirih Bu Warti.

Pintu rumah seakan mau ambruk karena sangking kuat nya dengan gebrakan dari luar, Eni tersurut mundur sangking takut nya. Dan perut nya juga terasa sangat keram seakan mau halangan.

"Berikan aku anak itu, Aahh aku mau itu." Teriak Bu Kiki.

"Pergi lah dari sini, Jangan ganggu kami." Bu Warti mengambil air yang di campur dengan air garam.

Setelah di siram kan kearah pintu, Sosok Bu Kiki sudah tidak ada bersuara lagi. Bu Warti mengambil nafas lega karena para setan sudah meninggal kan rumah nya.

Namun betapa kaget nya dia ketika melihat Eni sudah menggerang kesakitan sambil mengeluar kan darah yang sangat banyak, Sudah pasti bahwa menantu nya keguguran.

"Apa dia tadi sempat memegang perut mu?" Tanya Bu Warti.

Eni mengangguk lemah sambil menahan rasa sakit nya, Darah menggenang dan Eni semakin menjerit kesakitan.

"Ya Allah!"

Bu Warti kaget karena di kolong rumah nya, Sudah ada Bu Kiki yang menjulur kan lidah untuk menjilati darah yang keluar dari kemaluan nya Eni.

"Aaaggh sakit, Bu." Rintih Eni.

"Tahan lah, Ayo kita pindah kekamar." Bu Warti menuntun menantu nya.

Lutut Eni seakan tak bisa untuk berjalan sangking sakit nya, Darah masih saja terus keluar membasahi kaki nya. Cap kaki dari darah terlihat di lantai yang terbuat dari papan.

"Kita harus kepuskesmas, Bu." Pinta Eni karena tidak tahan dengan sakit yang di alami nya.

"Ibu tidak berani membawa mu keluar rumah, En! Dan lagi tentu tidak orang yang mau membantu." Jawab Bu Warti.

"Aku tidak kuat jika menahan sakit semalaman, Pokok nya kita harus berobat." Tangis Eni.

Kandungan Eni sudah menginjak empat bulan, Jadi harus ada tindakan kuret jika ingin mengeluar kan nya. Terlebih pendarahan ini tidak bisa berhenti begitu saja tanpa di tangani oleh bidan.

"Kamu diam di rumah, Biar Ibu yang keluar mencari obat atau pergi memanggil bidan." Usul Bu Warti.

"Malah akan lama, Bu. Ayo lah kita keluar bersama, Kita keklinik nya bu Arsa saja." Kekeh Eni.

Bu Warti sudah tidak punya pilihan lain sekarang, Mereka memang harus pergi untuk berobat. Eni bisa mati kehabisan darah jika di biar kan semalaman.

"Pakai ini agar darah mu tidak berceceran." Bu Warti memberi kan softex.

"Aduuuh, Sakit sekali." Keluh Eni ketika untuk membungkuk.

Softex berlapis dua yang Eni pakai, Masih di lapisi dengan kain sarung. Mereka sangat takut jika darah sampai tercecer dan tercium mahluk halus dan mereka di kejar.

"Ya Allah lindungi lah kami." Doa Bu Warti ketika akan berangkat.

"Cepat lah, Bu." Eni berkata membentak.

Mereka pun berangkat dengan perasaan yang was was, Bu Warti masih ngeri jika berpapasan dengan Bu Kiki. Orang itu lebih berbahaya dari setan kuntilanak.

Terpopuler

Comments

duta sampo

duta sampo

sudah ditolong ngelunjak lu kualat juga manusia satu ini🗿

2024-04-13

0

Ali B.U

Ali B.U

,next

2024-04-02

1

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

Erni emang nyebelin

2024-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!