Lahirnya Sang Pendekar Bag 5

"Kau ini aneh Senjaya. Dimana-mana. Bila ayahnya seorang pendekar sakti, pastilah anaknya mengikuti jalan ayahnya. Seperti buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya. Seharusnya kau pun begitu Senjaya.." Saking asyiknya berbicara hingga mereka pun tak sadar sisa makanan yang dibawa telah habis. Dan tiba-tiba saja dari jauh seorang lelaki yang tegap dan tinggi menghampiri mereka.

"Hai Ayuni. Kenapa kau berlama-lama disini? Siapa pria itu..?" Ayuni mengenal pria itu. Tapi ia tak suka dengan nada bicaranya yang agak membentak.

"Kakang Randu, tak usah lah kau mengagetkan kami.."

"Bukan begitu Ayuni. Kau tak boleh sembarangan berbicara dengan pria asing. Kalau ayahmu tau bisa dimarahi kau. Lagi pula ayahmu mencarimu. Sebaiknya kau pulang.." Senjaya menatap heran pria itu. Tapi ia diam saja tak berbicara apa-apa.

"Siapa bilang pria ini asing? Aku mengenalnya. Dan ayah pun mengenalnya. Kau jangan sembarangan berbicara Kang Randu.." Randu pun melihat sinis ke arah Senjaya.

"Siapa kau anak muda? Tak sopan kau berbicara dengan anak gadis Demang Chandra.." Senjaya tersentak kaget.

"Oh aku Senjaya, anak Ki Darmala. Apa kau mengenalnya..?"

"Ya aku mengenalnya. Jadi kau lah anak Ki Darmala yang lemah dan tak bisa silat itu..?" Ayuni tak suka dengan pertanyaan itu.

"Kang Randu. Bisakah kau bertanya dengan baik? Tanpa menyakiti perasaan orang..?" Mendengar jawaban ayuni. Randu heran jadinya. Kenapa ia membela pria itu.

"Baiklah Ayuni. Bila kau mengenalnya. Tapi tak patut kau berlama-lama bercengkrama dengan pria yang bukan apa-apa mu itu. Lebih baik kau cepat pulang. Ayahmu menunggu.." Randu pun membalikkan badannya dan bergegas pergi. Ayuni yang melihat Senjaya menatap keheranan, menjelaskan tentang orang itu.

"Tak usah kau pikirkan Senjaya. Orang itu memang angkuh. Ia seorang pengawal kademangan yang dipercaya oleh ayahku. Sikapnya aneh. Mentang-mentang ayah mempercayainya. Seenaknya saja ia mengawasi kegiatanku. Entah apa maksudnya. Padahal ayah tak pernah menyuruh dia mengawasiku tiap hari. Kadang aku tak betah dirumah. Oh ya Senjaya bolehkan kapan-kapan aku main kerumahmu..? Aku ingin mengenal ibumu.." Makin melayang lah hati Senjaya. Entah sekarang ia sudah ada dilangit yang keberapa. Senang betul ia mendengar pertanyaan itu.

"Boleh Ayuni. Tapi rumahku buruk. Nanti kau gatal-gatal pula didalam rumahku.."

"Loh ko gitu Senjaya. Aku tak pernah melihat orang dari rumahnya. Bagiku asal orang nya baik pastilah aku suka berkunjung.."

"Ya gimana Ayuni saja. Kalau dirimu mau kerumahku. Aku dan ibuku akan senang sekali.."

"Baiklah Senjaya. Aku pulang dulu. Nanti kalau aku mau kerumahmu aku beritahu lagi. Apa kau besok ada disini..?"

"Ya... Tiap hari pasti aku ada disini berkubang lumpur. Oh ya Ayuni ku ucapkan terima kasih atas makanannya.."

"Hehe, sama-sama Senjaya. Sampai ketemu besok.." Ayuni pun pergi meninggalkan senjaya. Senjaya memperhatikannya terus hingga Ayuni menghilang dari penglihatan.

"Luar biasa bidadari itu. Sepertinya malam ini aku tak akan bisa tidur.." Senjaya bergumam dalam hati. Hari pun mulai sore. Senjaya bergegas untuk pulang. Tapi entah mengapa ia ingin mandi dulu di air terjun. Sudah lama sekali ia tak kesana. Hingga ia pun berbelok ke arah air terjun yang besar itu. Jaraknya dekat dengan hutan bedari.

Di bawah air terjun itu terdapat kubangan yang besar dengan beberapa batu sebesar kerbau. Air nya jernih sekali hingga ikan pun terlihat jelas. Suara deru air terjun membahana. Dikanan kiri tumbuh pohon-pohon yang tinggi. Pemandangan yang indah.

Senjaya pun menurunkan kakinya ke dalam kubangan itu. Ia buka bajunya. Dan berenang hanya memakai celana. Tak ada siapa-siapa disitu. Hanya Senjaya seorang.

"Ah segar sekali air ini. Huhh.. badanku pun ikut segar jadinya. Hmmm...Ayuni..kenapa kau tiba-tiba mengganggu pikiranku, belum pernah aku seperti ini, jadi seperti orang mabuk jadinya..haha.." Begitu lah senjaya seperti orang yang dimabuk kepayang. Sambil berenang ia selalu memikirkan Ayuni yang cantik itu. Seperti itulah rasanya berkenalan dengan seorang gadis. Rasanya seperti terbang di pelangi yang indah. Selagi menikmati suasana sambil berenang kesana kemari, tiba-tiba Senjaya mendengar suara gemersik rumput yang menyibak dari dalam hutan. Dirinya pun menoleh ke arah suara itu. Tapi ia tak melihat apa-apa.

"Ah mungkin ada orang lewat.." Senjaya pun kembali berenang kesana kemari. Tapi suara itu terdengar kembali. Kali ini di ikuti dengan suara seperti bilah bambu yang dipukul-pukul dan suara mendesis "Trak tak tak tak. Ssssttt.." Senjaya menoleh kembali ke arah itu.

"Hay siapa itu? Keluarlah. Jangan bersembunyi. Kalau mau mandi kemarilah. Air ini segar sekali. Mumpung hari masih sore.." Senjaya memanggil arah suara itu. Tapi tak ada yang menyahut.

Tiba-tiba Senjaya tertegun bukan main. Dari dalam hutan yang gelap rumput menyibak. Keluarlah sosok bayangan yang besar dan panjang menjalar cepat ke arahnya. Sosok itu mendesis "trak tak tak tak Sssssttt.." Setelah keluar dari kegelapan hutan. Terlihat lah dengan jelas. Sisiknya yang besar hitam berkemliauan

memantulkan cahaya matahari. Ruas-ruas kakinya yang banyak menggeletak bagai suara bambu yang dipukul. Kepala yang merah itu bergoyang mengikuti irama tubuhnya. Sungguh pemandangan yang mengerikan. Hati Senjaya mengecut bukan main.

"Tidak mungkin. Ohhh tidak...itu kelabang raksasa yang ada dalam mimpiku. Tidak mungkin jadi kenyataan.." Senjaya pun berenang sejadi-jadinya ke tepian. Kemelut hatinya ditekan untuk menyelamatkan dirinya dengan segera. Tapi takdir berkata lain. Kelabang itu lebih cepat menjalar memasuki kubangan dan merenggut tubuhnya dengan kakinya yang banyak. Senjaya melawan sejadi-jadinya. Ia meronta dalam air.

Tapi ayal, cengkraman itu sangat kuat. Kubangan itu bergetar hebat menyibakkan air. Lalu senjaya kehabisan nafas dan akhirnya tak sadarkan diri. Kubangan itu pun menjadi tenang kembali.

Lalu kelabang itu menyeret Senjaya ke tepian. Tubuh itu ditelungkupkan oleh kelabang itu, hingga tubuh senjaya dalam keadaan tengkurap. Kelabang pun mendesis hebat. Ia julurkan sungut nya yang hanya satu itu ke arah tengkuk Senjaya. "Clab.." Senjaya pun menggelepar sebentar lalu pingsan. Sungut itu menyisakan lubang ditengkuknya. Kelabang mendesis kembali dan menggerakkan tubuhnya. "Trak tak tak tak. Sssssst.." Lalu dari tepi sisiknya keluar se ekor kelabang hijau sebesar keris. Menjalar ke tengkuk yang berlubang itu, Lalu masuk kedalamnya. Terlihat tonjolan kelabang hijau itu menjalar didalam kulit menuju punggung Senjaya. Lalu kelabang hijau itu berhenti pas lurus di tulang belakangnya. Sejenak kelabang itu bersinar kehijauan didalam kulit. Lalu sebentar kemudian redup. Dan tonjolan kelabang hijau itu pun hilang. Seakan terbenam ditubuhnya. Lubang di tengkuknya pun sirna.

Kelabang raksasa kembali mendesis panjang. Lalu merambat kedalam kegelapan hutan, meninggalkan Senjaya yang dalam keadaan pingsan.

Malam itu bulan sabit berwarna kemerahan. Cahaya yang merah bagai darah membias di permukaan air di kubangan itu. Seakan-akan menandakan peristiwa yang barusan terjadi. Malam pun makin larut. Senjaya masih dalam posisi tengkurap pingsan. Dari kejauhan terdengar suara srigala melolong menggetarkan suasana di sekitar air terjun. Suara itulah yang membangunkan senjaya.

Perlahan-lahan ia membuka matanya. Lalu ia berusaha bangun dan duduk bersila. Ia berusaha kembali mengingat apa yang baru saja terjadi dengan dirinya. Mengapa ia ada di tempat itu hingga larut malam. Dan tersentaklah ia dikala ingatannya kembali pulih.

Terpopuler

Comments

Teteh Lia

Teteh Lia

cieeee... yang di deketin cewe sampe mau main kerumahnya segala.🤭✌️

2024-05-18

1

Mpit

Mpit

dapet kekuatan dari Kelabang? :v

2024-05-05

1

Mpit

Mpit

emng risih sih klo diawasin terus

2024-05-04

1

lihat semua
Episodes
1 Lahirnya Sang Pendekar
2 Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3 Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4 Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5 Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6 Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7 Kisah Cinta Senjaya
8 Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9 Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10 Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11 Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12 Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13 Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14 Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15 Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16 Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17 Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18 Makhluk Terkutuk
19 Makhluk Terkutuk Bag 2
20 Makhluk Terkutuk Bag 3
21 Makhluk Terkutuk Bag 4
22 Makhluk Terkutuk Bag 5
23 Makhluk Terkutuk Bag 6
24 Makhluk Terkutuk Bag 7
25 Makhluk Terkutuk Bag 8
26 Makhluk Terkutuk Bag 9
27 Makhluk Terkutuk Bag 10
28 Makhluk Terkutuk Bag 11
29 Makhluk Terkutuk Bag 12
30 Penempaan diri
31 Penempaan Diri Bag 2
32 Penempaan Diri Bag 3
33 Penempaan Diri Bag 4.
34 Penempaan Diri Bag 5
35 penempaan Diri Bag 6
36 Penempaan Diri Bag 7
37 Penempaan Diri Bag 8
38 Penempaan Diri Bag 9
39 Penempaan diri Bag 10
40 Penempaan diri Bag 11
41 Penempaan diri Bag 12
42 Penempaan diri Bag 13
43 Penempaan diri Bag 14.
44 Penempaan Diri Bag 15
45 Penempaan Diri Bag 16
46 Penempaan Diri Bag 17
47 Penempaan Diri Bag 18
48 Penempaan Diri Bag 19
49 Penempaan Diri Bag 20
50 Penempaan Diri Bag 21
51 Penempaan Diri Bag 22
52 Penempaan Diri Bag 23
53 Penempaan Diri Bag 24
54 Penempaan Diri Bag 25
55 Penempaan Diri Bag 26
56 Penempaan Diri Bag 27
57 Penempaan Diri Bag 28
58 Penempaan Diri Bag 29
59 Penempaan Diri Bag 30
60 Penempaan Diri Bag 31
61 Penempaan Diri Bag 32
62 Penempaan Diri Bag 33
63 Penempaan Diri Bag 34
64 Penempaan Diri Bag 35
65 Penempaan Diri Bag 36
66 Penempaan Diri Bag 37
67 Penempaan Diri Bag 38
68 Penempaan Diri Bag 39
69 Penempaan Diri Bag 40
70 Penempaan Diri Bag 41
71 Penempaan Diri Bag 42
72 Menuju Tanah Pasundan
73 Menuju tanah pasundan bag 2
74 Menuju tanah pasundan bag 3
75 Menuju tanah pasundan bag 4
76 Menuju tanah pasundan bag 5
77 Menuju tanah pasundan bag 6
78 Menuju tanah pasundan bag 7
79 Menuju tanah pasundan bag 8
80 Menuju tanah pasundan bag 9
81 Menuju tanah pasundan bag 10
82 Menuju tanah pasundan bag 11
83 Menuju tanah pasundan bag 12
84 Menuju tanah pasundan bag 13
85 Menuju tanah pasundan bag 14
86 Menuju tanah pasundan bag 15
87 Menuju tanah pasundan bag 16
88 Menuju tanah pasundan bag 17
89 Menuju tanah pasundan bag 18
90 Menuju tanah pasundan bag 19
91 Es dawet cendol
92 Menuju tanah pasundan bag 20
93 Menuju tanah pasundan bag 21
94 Menuju tanah pasundan bag 22
95 Menuju tanah pasundan bag 23
96 Menuju tanah pasundan bag 24
97 Menuju tanah pasundan bag 25
98 Menuju tanah pasundan bag 26
99 Menuju tanah pasundan bag 27
100 Menuju tanah pasundan bag 28
101 Menuju tanah pasundan bag 29
102 Menuju tanah pasundan bag 30
103 Menuju tanah pasundan bag 31
104 Menuju tanah pasundan bag 32
105 Menuju tanah pasundan bag 33
106 Menuju tanah pasundan bag 34
107 Menuju tanah pasundan bag 35
108 Menuju tanah pasundan bag 36
109 Menuju tanah pasundan bag 37
110 Menuju tanah pasundan bag 38
111 Menuju tanah pasundan bab 39
112 Menuju tanah pasundan bag 40
113 Menuju tanah pasundan bag 41
114 Menuju tanah pasundan bag 42
115 Menuju tanah pasundan bag 43
116 Menuju tanah pasundan bag 44
117 Menuju tanah pasundan bag 45
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Lahirnya Sang Pendekar
2
Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3
Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4
Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5
Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6
Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7
Kisah Cinta Senjaya
8
Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9
Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10
Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11
Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12
Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13
Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14
Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15
Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16
Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17
Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18
Makhluk Terkutuk
19
Makhluk Terkutuk Bag 2
20
Makhluk Terkutuk Bag 3
21
Makhluk Terkutuk Bag 4
22
Makhluk Terkutuk Bag 5
23
Makhluk Terkutuk Bag 6
24
Makhluk Terkutuk Bag 7
25
Makhluk Terkutuk Bag 8
26
Makhluk Terkutuk Bag 9
27
Makhluk Terkutuk Bag 10
28
Makhluk Terkutuk Bag 11
29
Makhluk Terkutuk Bag 12
30
Penempaan diri
31
Penempaan Diri Bag 2
32
Penempaan Diri Bag 3
33
Penempaan Diri Bag 4.
34
Penempaan Diri Bag 5
35
penempaan Diri Bag 6
36
Penempaan Diri Bag 7
37
Penempaan Diri Bag 8
38
Penempaan Diri Bag 9
39
Penempaan diri Bag 10
40
Penempaan diri Bag 11
41
Penempaan diri Bag 12
42
Penempaan diri Bag 13
43
Penempaan diri Bag 14.
44
Penempaan Diri Bag 15
45
Penempaan Diri Bag 16
46
Penempaan Diri Bag 17
47
Penempaan Diri Bag 18
48
Penempaan Diri Bag 19
49
Penempaan Diri Bag 20
50
Penempaan Diri Bag 21
51
Penempaan Diri Bag 22
52
Penempaan Diri Bag 23
53
Penempaan Diri Bag 24
54
Penempaan Diri Bag 25
55
Penempaan Diri Bag 26
56
Penempaan Diri Bag 27
57
Penempaan Diri Bag 28
58
Penempaan Diri Bag 29
59
Penempaan Diri Bag 30
60
Penempaan Diri Bag 31
61
Penempaan Diri Bag 32
62
Penempaan Diri Bag 33
63
Penempaan Diri Bag 34
64
Penempaan Diri Bag 35
65
Penempaan Diri Bag 36
66
Penempaan Diri Bag 37
67
Penempaan Diri Bag 38
68
Penempaan Diri Bag 39
69
Penempaan Diri Bag 40
70
Penempaan Diri Bag 41
71
Penempaan Diri Bag 42
72
Menuju Tanah Pasundan
73
Menuju tanah pasundan bag 2
74
Menuju tanah pasundan bag 3
75
Menuju tanah pasundan bag 4
76
Menuju tanah pasundan bag 5
77
Menuju tanah pasundan bag 6
78
Menuju tanah pasundan bag 7
79
Menuju tanah pasundan bag 8
80
Menuju tanah pasundan bag 9
81
Menuju tanah pasundan bag 10
82
Menuju tanah pasundan bag 11
83
Menuju tanah pasundan bag 12
84
Menuju tanah pasundan bag 13
85
Menuju tanah pasundan bag 14
86
Menuju tanah pasundan bag 15
87
Menuju tanah pasundan bag 16
88
Menuju tanah pasundan bag 17
89
Menuju tanah pasundan bag 18
90
Menuju tanah pasundan bag 19
91
Es dawet cendol
92
Menuju tanah pasundan bag 20
93
Menuju tanah pasundan bag 21
94
Menuju tanah pasundan bag 22
95
Menuju tanah pasundan bag 23
96
Menuju tanah pasundan bag 24
97
Menuju tanah pasundan bag 25
98
Menuju tanah pasundan bag 26
99
Menuju tanah pasundan bag 27
100
Menuju tanah pasundan bag 28
101
Menuju tanah pasundan bag 29
102
Menuju tanah pasundan bag 30
103
Menuju tanah pasundan bag 31
104
Menuju tanah pasundan bag 32
105
Menuju tanah pasundan bag 33
106
Menuju tanah pasundan bag 34
107
Menuju tanah pasundan bag 35
108
Menuju tanah pasundan bag 36
109
Menuju tanah pasundan bag 37
110
Menuju tanah pasundan bag 38
111
Menuju tanah pasundan bab 39
112
Menuju tanah pasundan bag 40
113
Menuju tanah pasundan bag 41
114
Menuju tanah pasundan bag 42
115
Menuju tanah pasundan bag 43
116
Menuju tanah pasundan bag 44
117
Menuju tanah pasundan bag 45

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!