Lahirnya Sang Pendekar Bag 3

Maka jelaslah kesetiaan mereka pada Warok Jangkrik. Semenjak ia menjadi kawan Ki Darmala, merekapun kerap ikut mengawal dan mendapat tambahan uang. Masyarakat diluar hutan juga merasakan kebaikan Warok Jangkrik. Bila hasil panen dan kebun melimpah. Dirinya akan membagikannya kepada warga desa secara gratis. Padahal dulu betapa takutnya mereka kepada Warok yang garang itu. Tapi sekarang sudah berubah. Bahkan desa sendang galuh merasa aman dan tak pernah terjadi perampokan lagi.

"Hey Darwo sudahlah berhenti. Mukamu terlihat pucat, mari minum.." Jangkrik 6 menghentikan lari nya menuju pinggir lapangan.

"Kakang Juda. Aku takut dimarahi guru. Aku baru sampai hitungan 187.."

"Tak apa. Minumlah. Guru yang menyuruhku. Jadi ia tak akan marah. Tapi lain kali jangan makan ubi kalau mau latihan. Justru kau akan terasa cepat lelah karena perut mu yang kembung. Kau mengerti..?"

"Baik Kang, memang sial aku hari ini. Gara-gara ubi itu hehe.." Tak lama setelah itu Darwo yang sedang minum, melihat seorang berkuda dari kejauhan. Debu mengepul di belakangnya. Mengarah ke padepokan itu.

"Kang Juda. Apa kau lihat orang berkuda itu..?"

"Ya aku lihat. Sepertinya itu Ki Darmala. Hmmm.. mari kita beritahu guru.." Mereka pun bergegas ke pendapa dimana gurunya sedang beristirahat. Sesampainya di pendapa mereka memberitahukan bahwa mereka melihat ki Darmala menuju padepokan. Warok Jangkrik pun bergegas ke luar halaman padepokan lalu menyambut Ki Darmala yang telah tiba di padepokan.

"Wahai sobatku, sore hari yang indah ini ku lihat kau makin gagah saja.." Warok Jangkrik menyambut dengan memuji Ki Darmala.

"Ah kau Jangkrik, masih saja suka bergurau. Padahal tentu saja kau pun melihat ubanku ini yang makin banyak.."

"Hmm..uban itulah yang membuat kita makin gagah Ki Darmala. Ibarat kelapa yang sudah tua, menghasilkan santan yang lebih baik. Hehe. Marilah masuk sobat, baru saja para Jangkrik selesai latihan.."

Mereka pun menuju pendapa. Sementara murid-murid menyiapkan minum dan sekedar cemilan untuk Ki Darmala yang mereka sudah kenal itu. Secangkir kopi panas dan ketan serut kelapa memang sangat sedap di pandang. Ketan itulah kesukaan Ki Darmala. Padi ketan yang ditanam di tengah hutan itu menghasilkan ketan yang lembut dan empuk. Hingga Ki Darmala pun tak pernah bosan bila berkunjung ke padepokan, itulah yang dicari.

"Muantap betul ketan ini. Beda dengan yang diluaran. Rasanya kasar dan pera. Hmmm....hasil panenmu pasti laku keras dipasar ya Warok..?"

"Ya Kang lumayan lah. Kalau bukan karena kakang yang mempunyai ide untuk membuat padepokan ini. Mungkin anak buahku ini masih berjibaku dengan dunia perampokan. Sekarang mereka sudah mandiri. Bisa mencari nafkah yang halal buat anak isteri. Dari hasil sawah. Ladang dan ternak lumayanlah Kang. Semua ini juga berkatmu. Bila aku tak pernah bertemu dengan dirimu, mungkin sekarang aku pun masih berkubang dengan barang haram.."

"Kau salah Jangkrik. Aku hanya perantara saja. Yang mentakdirkan itu yang Maha Kuasa. Ia lah yang mempertemukan kita. Kau harus banyak mengucap syukur kepadanya dengan banyak ber amal dan ibadah. Jangan lupa itu Jangkrik. Itulah bekal buatmu nanti di akhirat. Karena semua yang kita punya tak ada arti di hadapannya. Kecuali kita gunakan untuk kebaikan kepada sesama. Nah ku lihat kau sudah membuat langgar, apa kau dan murid-muridmu rutin menggunakannya..?"

"Ya Kang. Sedikit-sedikit aku pun sudah mulai belajar ngaji. Yah walau cuma ayat pendek. Tapi bisa dipakai tuk menjadi Imam.."

"Bagus Warok. Aku bangga jadi sahabatmu. Kau sudah mulai memikirkan hari akhiratmu. Ku lihat murid-murid mu pun berwajah cerah.."

"Ah para Jangkrik itu masih saja ada satu dua yang suka berjudi dan minum arak, jiwa bengal para jangkrik masih saja ada. Walau lebih banyak yang benar-benar lurus. Tapi kalo soal merampok, mereka sudah tak berani lagi kang. Bisa ku pilin leher mereka satu persatu.."

Ki Darmala tertawa mendengar hal itu. Warok Jangkrik memang suka bertindak tegas dan galak sekali menghadapi tingkah laku para jangkriknya. Pernah suatu hari dirinya memergoki muridnya yang sedang berjudi dan minum arak, lalu ia menghukumnya dengan berendam di kolam ikan sehari semalam. Tak ada yang berani membantah. Selain hormat mereka pun tahu siapa guru mereka itu yang mempunyai kesaktian tak jauh dari Ki Darmala. Selama malang melintang dunia perampokan. Tak pernah gurunya itu gagal walau lawannya seorang sakti mandraguna sekalipun. Baru dengan Ki Darmala saja gurunya kalah. Tapi itu pun hanya beda selapis kesaktiannya dengan Ki Darmala.

"Haha, kau yang harus sabar Warok. Memang tak mudah merubah batu menjadi bongkahan kecil. Tapi air pun bisa menghancurkan batu, kau tau itu Warok..?"

"Ya ki. Begitulah seharusnya. Memang tak mudah. Tapi sedikit demi sedikit aku berusaha merubahnya. Dan aku pribadi pun demikian ki Darmala. Aku juga berjuang tuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.."

" Ya ya Warok. Kau betul, aku pun juga begitu. Tak ada yang sempurna. Kita hanya berusaha untuk menjadi lebih baik dari yang lalu. Nah kedatangan ku kesini juga karena sesuatu. Kita punya tugas lagi Warok. Ki Demang bantar mulya meminta kita mengawal keponakannya yang ingin pulang untuk menikah. Mereka akan membawa beberapa peti uang kecil dan perhiasan.." Warok Jangkrik mengerutkan keningnya heran.

"Hmm...apakah semua itu bantuan dari Ki Demang..?" Ki Darma pun menganggukkan kepalanya.

"Luar biasa Demang Chandra. Tak tanggung-tanggung membantu keponakannya.."

"Ya..keponakannya itu sepertinya meminta bantuan pamannya. Karena memang ia dari keluarga yang kekurangan.." Ki Darma berkata.

"Baiklah Ki. Aku bersedia ikut. Kapan kita kesana..?"

"Besok pagi kita sudah harus berada di gedung kademangan. Dari situ kita akan menuju kademangan jati gandar. Tepatnya di desa gujar.." Agak terkejut Warok Jangkrik setelah mengetahui jarak yang akan ditempuh.

"Hmm. Jarak yang sangat jauh Ki. Ini diluar daerah yang biasa kita kawal. Aku pernah ke daerah itu dulu sekali. Kita akan menjumpai hal yang kita belum pahamii. Kita harus benar bersiap untuk hal itu.."

"Kau betul Warok. Kita tak tau apa yang akan kita hadapi. Tapi mudah-mudahan saja lancar. Kita tak usah berprasangka apa-apa dulu. Aku pun sebenarnya tak berminat dengan tugas ini. Tapi karena yang meminta Ki Demang. Mau tak mau lah. Tapi jangan cemas dengan biaya. Demang Chandra sudah memastikan itu.."

"Baik Ki. Aku akan tiba besok pagi sekali. Aku akan membawa serta 5 Jangkrik. Apakah cukup..?"

"Ya kukira cukuplah 5 muridmu saja. Ingat ini adalah sebuah perjalanan yang jauh. Kau harus mempersiapkan murid-muridmu itu.."

"Baik Ki. Apa kau akan pulang dahulu atau menginap disini..?"

"Aku pulang dahulu Warok. Besok kita berjumpa di kademangan.."

Maka mereka pun mempersiapkan diri mereka masing-masing untuk sebuah perjalanan yang panjang. Pakaian ganti. Senjata-senjata yang utama dan rahasia. Bekal uang diperjalanan. Sementara Ki Darmala pun sampai di rumah dan juga mempersiapkan diri. Istrinya Kinasih sibuk. Sementara Senjaya masih saja bermain dengan kucing-kucing nya.

Sebenarnya ia anak yang rajin dan patuh kepada orang tuanya. Tapi keengganannya berlatih bela diri membuat orang tua nya kecewa. Bagi dia hal itu hanya akan membuat permusuhan dan menyakiti sesama manusia. Tak ada hal yang baik dari beladiri. Begitu menurutnya. Ada sedikit pujian atas Senjaya.

Karena ia giat dan rajin bekerja di sawah ladang, membuat tubuhnya kekar dan kuat. Walau tak bisa beladiri. Tapi tenaganya besar. Namun sekembalinya dirumah. Ia jarang keluar bermain dengan kawan nya. Ia lebih suka bermain dengan kucingnya. Sehingga ia pun kurang bermasyarakat.

"Hey Senjaya. Tidurlah nak. Besok ayahmu akan pergi jauh. Butuh waktu 6 hari pulang balik. Andai saja kau bisa beladiri. Ibu pun jadi tak cemas bila ditinggal ayahmu. Cobalah kau berubah nak. Demi ibumu ini.." Kinasih mencoba menasihati anaknya yang tak bisa beladiri itu.

"Tapi bu. Selama ini kan kita baik-baik saja kalau ditinggal ayah bertugas.."

"Kau tak boleh bilang begitu. Walau kita menginginkan keadaan yang demikian, tapi kita harus tetap punya bekal buat menghadapi hal yang tidak kita inginkan.."

"Yah bagaimana lagi bu. Ibu kan tau aku tak cocok dengan kegiatan itu. Lagipula aku pernah melihat 2 orang berkelahi dengan ilmunya. Lalu seorang terbunuh. Dari situlah aku menganggap berlatih beladiri hanya akan menyakiti sesama.."

"Alasan itu lagi yang kau pakai Senjaya?. Sekarang Ibu tanya. Bagaimana bila nyawaku yang ter ancam?, atau malah nyawa kau yang terancam hah..?"

"Yaa tak tau lah Bu. Selama ini kita baik-baik saja kok. Mengapa kita harus memikirkan hal yang belum terjadi..?"

"Ibu pun demikian senjaya. Ibu juga tak mau hal itu terjadi. Tapi bila memang terjadi bagaimana? Sementara kau pun tak bisa melindungi dirimu sendiri. Kau lihat lah kawanmu yang seumuran sudah pandai beladiri, karena mereka sadar kalau itu akan menjadi bekal mereka untuk menyelamatkan orang lain atau diri sendiri.." Mendengar ribut-ribut itu dr ruang tamu Ki Darmala pun menghampiri bilik anaknya lalu duduk disamping Senjaya.

"Senjaya, yang dikatakan Ibumu itu benar. Beladiri memang ilmu tentang kekerasan. Tapi kita bisa menggunakannya dengan baik. Memang ada yang menggunakannya dengan jalan yang sesat. Dan banyak pula. Nah tugas kita lah memperbaiki yang sesat itu. Tentu tak mungkin hanya dengan kata-kata. Menghadapi mereka yang berilmu tinggi. Kita harus bisa melawannya. bukan untuk sewenang wenang membunuh lawan. Tapi untuk menyadarkannya dari jalan yang sesat.."

"Tapi Yah bila mereka tak mau sadar juga bagaimana..?"

"Senjaya. Manusia hanya bisa mengingatkan. Ayah pun bukan orang yang mulia. Ayah juga bukan orang yang sempurna. Terkadang dengan terpaksa sekali aku membunuh perampok karena mereka tak mau menyerah. Hingga aku pun melawan hingga tetes darah penghabisan. Begitulah dunia ayah. Dunia persilatan yang sesungguhnya. Kita sekarang hidup di zaman yang sekarang ini. Kita harus bisa membela diri kita dan juga membela kehormatan dan keselamatan orang lain. Bukankah itu termasuk juga pahala disisi kita Senjaya?. Nah kau pikirkanlah apa yang aku dan ibu katakan. Semuanya demi kebaikanmu juga. Sekarang tidurlah. Sudah hampir tengah malam.."

Kemudian Senjaya pun menganggukkan kepalanya. "Baik yah. " Ki Darmala dan Nyai Kinasih pun keluar bilik anaknya dengan sebuah pengharapan akan anaknya yang mau berubah. Sebenarnya lah ia memikir kan hal itu dipembaringan. Nasihat orang tua nya mengiang-ngiang dikupingnya. Hingga membuatnya sulit tidur. Senjaya berpikir keras. Tapi hatinya pun masih meragukan dirinya sendiri.

"Apa aku bisa belajar beladiri? Apa aku harus berkelahi? Kenapa dunia ini seperti punya 2 sisi bagai uang koin?. Yang satu buruk dan yang satu baik..?" Senjaya bergumam dalam hatinya seakan di ombang ambing oleh kenyataan itu.

Tapi akhirnya ia pun tertidur pulas dan bermimpi. Dalam mimpinya ia bertemu dengan se sekor kelabang raksasa. Badannya bersisik-sisik besar berwarna hitam. Sementara kepalanya yang berwarna merah dengan capit yang besar dan menyeramkan. Senjaya pun bergidik melihatnya. Ia pun lari terbirit-birit saking takutnya. Tapi apa lacur. Kelabang itu berlari lebih cepat lagi dengan kaki-kakinya yang banyak. Senjaya pun meremang bulu kuduknya. Tak pernah ia melihat binatang sebesar itu. Macan yang pernah ia lihat dihutan ternyata masih jauh lebih kecil. Betapa takutnya ia dikala kelabang raksasa itu menyergap dan mencengkram dirinya dengan kakinya yang banyak itu. Senjaya meronta-ronta. Tapi tak ada yang mendengar. Nasib sudah. Ia berpikir mungkin ini akhir hidupnya. Dimakan kelabang raksasa hidup-hidup.

Terpopuler

Comments

Mpit

Mpit

tobatlah para jangkrik 😔

2024-05-04

1

Mpit

Mpit

apakah ada isi ayam nya?

2024-05-04

1

Mirabella

Mirabella

bukan gitu konsepnya nak 😅

2024-04-25

1

lihat semua
Episodes
1 Lahirnya Sang Pendekar
2 Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3 Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4 Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5 Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6 Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7 Kisah Cinta Senjaya
8 Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9 Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10 Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11 Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12 Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13 Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14 Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15 Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16 Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17 Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18 Makhluk Terkutuk
19 Makhluk Terkutuk Bag 2
20 Makhluk Terkutuk Bag 3
21 Makhluk Terkutuk Bag 4
22 Makhluk Terkutuk Bag 5
23 Makhluk Terkutuk Bag 6
24 Makhluk Terkutuk Bag 7
25 Makhluk Terkutuk Bag 8
26 Makhluk Terkutuk Bag 9
27 Makhluk Terkutuk Bag 10
28 Makhluk Terkutuk Bag 11
29 Makhluk Terkutuk Bag 12
30 Penempaan diri
31 Penempaan Diri Bag 2
32 Penempaan Diri Bag 3
33 Penempaan Diri Bag 4.
34 Penempaan Diri Bag 5
35 penempaan Diri Bag 6
36 Penempaan Diri Bag 7
37 Penempaan Diri Bag 8
38 Penempaan Diri Bag 9
39 Penempaan diri Bag 10
40 Penempaan diri Bag 11
41 Penempaan diri Bag 12
42 Penempaan diri Bag 13
43 Penempaan diri Bag 14.
44 Penempaan Diri Bag 15
45 Penempaan Diri Bag 16
46 Penempaan Diri Bag 17
47 Penempaan Diri Bag 18
48 Penempaan Diri Bag 19
49 Penempaan Diri Bag 20
50 Penempaan Diri Bag 21
51 Penempaan Diri Bag 22
52 Penempaan Diri Bag 23
53 Penempaan Diri Bag 24
54 Penempaan Diri Bag 25
55 Penempaan Diri Bag 26
56 Penempaan Diri Bag 27
57 Penempaan Diri Bag 28
58 Penempaan Diri Bag 29
59 Penempaan Diri Bag 30
60 Penempaan Diri Bag 31
61 Penempaan Diri Bag 32
62 Penempaan Diri Bag 33
63 Penempaan Diri Bag 34
64 Penempaan Diri Bag 35
65 Penempaan Diri Bag 36
66 Penempaan Diri Bag 37
67 Penempaan Diri Bag 38
68 Penempaan Diri Bag 39
69 Penempaan Diri Bag 40
70 Penempaan Diri Bag 41
71 Penempaan Diri Bag 42
72 Menuju Tanah Pasundan
73 Menuju tanah pasundan bag 2
74 Menuju tanah pasundan bag 3
75 Menuju tanah pasundan bag 4
76 Menuju tanah pasundan bag 5
77 Menuju tanah pasundan bag 6
78 Menuju tanah pasundan bag 7
79 Menuju tanah pasundan bag 8
80 Menuju tanah pasundan bag 9
81 Menuju tanah pasundan bag 10
82 Menuju tanah pasundan bag 11
83 Menuju tanah pasundan bag 12
84 Menuju tanah pasundan bag 13
85 Menuju tanah pasundan bag 14
86 Menuju tanah pasundan bag 15
87 Menuju tanah pasundan bag 16
88 Menuju tanah pasundan bag 17
89 Menuju tanah pasundan bag 18
90 Menuju tanah pasundan bag 19
91 Es dawet cendol
92 Menuju tanah pasundan bag 20
93 Menuju tanah pasundan bag 21
94 Menuju tanah pasundan bag 22
95 Menuju tanah pasundan bag 23
96 Menuju tanah pasundan bag 24
97 Menuju tanah pasundan bag 25
98 Menuju tanah pasundan bag 26
99 Menuju tanah pasundan bag 27
100 Menuju tanah pasundan bag 28
101 Menuju tanah pasundan bag 29
102 Menuju tanah pasundan bag 30
103 Menuju tanah pasundan bag 31
104 Menuju tanah pasundan bag 32
105 Menuju tanah pasundan bag 33
106 Menuju tanah pasundan bag 34
107 Menuju tanah pasundan bag 35
108 Menuju tanah pasundan bag 36
109 Menuju tanah pasundan bag 37
110 Menuju tanah pasundan bag 38
111 Menuju tanah pasundan bab 39
112 Menuju tanah pasundan bag 40
113 Menuju tanah pasundan bag 41
114 Menuju tanah pasundan bag 42
115 Menuju tanah pasundan bag 43
116 Menuju tanah pasundan bag 44
117 Menuju tanah pasundan bag 45
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Lahirnya Sang Pendekar
2
Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3
Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4
Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5
Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6
Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7
Kisah Cinta Senjaya
8
Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9
Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10
Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11
Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12
Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13
Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14
Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15
Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16
Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17
Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18
Makhluk Terkutuk
19
Makhluk Terkutuk Bag 2
20
Makhluk Terkutuk Bag 3
21
Makhluk Terkutuk Bag 4
22
Makhluk Terkutuk Bag 5
23
Makhluk Terkutuk Bag 6
24
Makhluk Terkutuk Bag 7
25
Makhluk Terkutuk Bag 8
26
Makhluk Terkutuk Bag 9
27
Makhluk Terkutuk Bag 10
28
Makhluk Terkutuk Bag 11
29
Makhluk Terkutuk Bag 12
30
Penempaan diri
31
Penempaan Diri Bag 2
32
Penempaan Diri Bag 3
33
Penempaan Diri Bag 4.
34
Penempaan Diri Bag 5
35
penempaan Diri Bag 6
36
Penempaan Diri Bag 7
37
Penempaan Diri Bag 8
38
Penempaan Diri Bag 9
39
Penempaan diri Bag 10
40
Penempaan diri Bag 11
41
Penempaan diri Bag 12
42
Penempaan diri Bag 13
43
Penempaan diri Bag 14.
44
Penempaan Diri Bag 15
45
Penempaan Diri Bag 16
46
Penempaan Diri Bag 17
47
Penempaan Diri Bag 18
48
Penempaan Diri Bag 19
49
Penempaan Diri Bag 20
50
Penempaan Diri Bag 21
51
Penempaan Diri Bag 22
52
Penempaan Diri Bag 23
53
Penempaan Diri Bag 24
54
Penempaan Diri Bag 25
55
Penempaan Diri Bag 26
56
Penempaan Diri Bag 27
57
Penempaan Diri Bag 28
58
Penempaan Diri Bag 29
59
Penempaan Diri Bag 30
60
Penempaan Diri Bag 31
61
Penempaan Diri Bag 32
62
Penempaan Diri Bag 33
63
Penempaan Diri Bag 34
64
Penempaan Diri Bag 35
65
Penempaan Diri Bag 36
66
Penempaan Diri Bag 37
67
Penempaan Diri Bag 38
68
Penempaan Diri Bag 39
69
Penempaan Diri Bag 40
70
Penempaan Diri Bag 41
71
Penempaan Diri Bag 42
72
Menuju Tanah Pasundan
73
Menuju tanah pasundan bag 2
74
Menuju tanah pasundan bag 3
75
Menuju tanah pasundan bag 4
76
Menuju tanah pasundan bag 5
77
Menuju tanah pasundan bag 6
78
Menuju tanah pasundan bag 7
79
Menuju tanah pasundan bag 8
80
Menuju tanah pasundan bag 9
81
Menuju tanah pasundan bag 10
82
Menuju tanah pasundan bag 11
83
Menuju tanah pasundan bag 12
84
Menuju tanah pasundan bag 13
85
Menuju tanah pasundan bag 14
86
Menuju tanah pasundan bag 15
87
Menuju tanah pasundan bag 16
88
Menuju tanah pasundan bag 17
89
Menuju tanah pasundan bag 18
90
Menuju tanah pasundan bag 19
91
Es dawet cendol
92
Menuju tanah pasundan bag 20
93
Menuju tanah pasundan bag 21
94
Menuju tanah pasundan bag 22
95
Menuju tanah pasundan bag 23
96
Menuju tanah pasundan bag 24
97
Menuju tanah pasundan bag 25
98
Menuju tanah pasundan bag 26
99
Menuju tanah pasundan bag 27
100
Menuju tanah pasundan bag 28
101
Menuju tanah pasundan bag 29
102
Menuju tanah pasundan bag 30
103
Menuju tanah pasundan bag 31
104
Menuju tanah pasundan bag 32
105
Menuju tanah pasundan bag 33
106
Menuju tanah pasundan bag 34
107
Menuju tanah pasundan bag 35
108
Menuju tanah pasundan bag 36
109
Menuju tanah pasundan bag 37
110
Menuju tanah pasundan bag 38
111
Menuju tanah pasundan bab 39
112
Menuju tanah pasundan bag 40
113
Menuju tanah pasundan bag 41
114
Menuju tanah pasundan bag 42
115
Menuju tanah pasundan bag 43
116
Menuju tanah pasundan bag 44
117
Menuju tanah pasundan bag 45

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!