Pagi ini, ketika aku baru saja bangun, tiba-tiba ponselku berbunyi ada yang menelpon.
Aku mengambilnya dan mengangkat telpon itu.
"Halo. Ada apa. Ketua?"
"Ayo pergi sekolah bersama. Aku menunggumu didepan pintu asrama."
Lalu ketua menutup telepon. Aku juga mulai bersiap-siap memakai seragam.
Saat aku keluar dari asrama, ketua kelas sudah menunggu.
"Selamat pagi, ketua kelas."
"Ayolah jangan terlalu formal begitu. Panggil saja aku Kazuo."
"Baiklah. Aku akan memanggilmu Kazuo sekarang."
Kami berdua pun berangkat sama-sama menuju sekolah. Ditengah perjalanan, Kazuo membuka percakapan.
"Yah, simulasi semalam cukup parah ya. Aku bahkan sampai ketakutan sekaligus panik."
"Begitu ya. Menurutku itu tidak terlalu berkesan jika triknya mudah dipahami."
"Omong-omong hebat juga kau bisa tahu kalau itu hanyalah replika. Padahal tidak ada yang mampu menebaknya selain kau, tahu? Aku senang kau masuk ke kelas kami."
"Benarkah? Kurasa semua orang bisa jika lebih mengedepankan logika mereka daripada emosi mereka."
"Tapi, kau tahu bukan? Melakukan itu bukan hal yang mudah. Kau harus benar-benar bertekad jika ingin melakukan itu. Dan masalahnya tekad itu sulit diraih."
"Mungkin saja."
Aku juga, menjadi seperti ini karena didikan masa kecilku. Aku masih memiliki emosi, bisa menangis, marah, dan lainnya. Tapi, itu hanyalah nomor dua, nomor satunya bagiku, adalah logika.
Aku tidak tahu caranya mendidikku saat itu benar atau salah. Tapi, aku hanya perlu mengikuti dan meneruskan caranya saja. Apakah aku punya hak untuk mengembangkannya? Aku tidak tahu. Aku pernah menanyakan itu padanya, tapi dia menyuruhku untuk mencari tahunya sendiri.
Apa yang harus dilakukan, apa yang harus tak dilakukan.
**********
Jam istirahat dimulai, para murid langsung keluar setelah guru keluar mengakhiri pelajarnya. Biasanya itulah yang dilakukan.
Tapi itu tidak, pada kelas yang dipimpin oleh orang ini.
Kelas 1-2. Pemimpinnya dikatakan memiliki ideologi yang kejam, memimpin dengan tegas, percaya pada orang-orang kuat.
Nama orang itu, pemimpin kelas 1-2, adalah Okakushi Kuro.
"Takada, tutup gordennya. Amaeda, kunci pintunya."
Mereka langsung bergerak saat di suruh oleh Okakushi.
Setelah semuanya dilaksanakan, Semuanya duduk di kursinya masing-masing sesuai instruksi Okakushi.
Dia berjalan menuju meja guru, dan duduk diatas meja. Kemudian, dia menepuk meja tersebut dengan keras tiga kali.
"Sepertinya ada murid pindahan yang menarik. Kalian tahu itu?"
Kemudian salah satu orang disana, Hideko menjawab.
"Ya. Aku tahu dia, dia pindah kesini bersamaan denganku. Bahkan aku satu kereta dengannya waktu itu."
"Hoooh. Sepertinya dia murid yang biasa saja. Takada, apa kau sudah mendapatkan informasinya."
"Menurutku tidak ada yang menarik darinya. Dia hanya anak sma biasa, dan memiliki IQ menengah untuk seukuran dengan sekolah ini."
"Menengah, ya. Padahal kupikir dia memiliki IQ lebih tinggi dari yang kuduga."
Okakushi turun dari meja dan menepuk papan tulis tiga kali.
"Baik. Kurasa rapatnya cukup sampai sini saja. Kalian boleh istirahat. Takada, Amaeda, buka kembali gorden dan pintunya."
"Baik."
Dibuka kembali gorden dan pintu, suasana yang tadinya mencekam berubah menjadi santai kembali.
Itu karena Okakushi pandai memanfaatkan situasi, memainkan mental dan pikiran seseorang, dan menggunakannya untuk berkuasa.
Itulah pemimpin kelas ini. Okakushi Kuro, dari kelas 1-2.
**********
"Bruuuuuk."
Amamiya melempar meja kedinding dikelasnya, kelas 1-3. Sehingga dinding itu terlihat sedikit hancur yang membentuk lingkaran tak sempurna.
"Sialan, mau murid lama ataupun murid baru akan kuladeni kalian satu-satu!!."
Amamiya Hanzu, pemimpin kelas 1-3, adalah orang yang mudah emosi dan terbakar, tapi dia memiliki kemampuan uniknya sendiri yang membuatnya beda dari yang lain.
"Aku akan mengingatmu."
**********
Kelas 1-4, satu-satunya pemimpin perempuan dari angkatan tahun pertama. Untuk saat ini, dialah pemegang peringkat tertinggi di tahun pertama.
Dikatakan dia pernah menang dalam lomba kecerdasan tingkat nasional saat kelas 2 SMP. Karena itulah, semua orang memandangnya secara kagum.
Berbeda dengan pemimpin kelas sebelumnya, kali ini dia hanya senyum menanggapi situasi ini.
Namanya adalah Watanabe Yumeko.
Disekolah ini, ada 7 kelas untuk tiap angkatannya. Dan berarti, masih ada 3 pemimpin kelas lagi yang belum diketahui.
**********
Setelah kejadian itu, aku merasa seperti.... aku diawasi, diikuti, dan dilihat dimana-mana.
"Yaampun, apakah aku terlalu mencolok."
Sepertinya.. mulai sekarang akan banyak orang-orang yang mencariku. Tapi, jika aku menurunkan kemampuanku sedikit. Apakah kecurigaan orang-orang akan menurun padaku?
Baik. Saatnya mencoba sesuatu di masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
lucky girl
udh jadi protagonis nih 🗿
2023-12-19
4