Bab 4 : Akademi Nocturna

“Semuanya sudah berkumpul?“ Ucap dari seorang guru yang mungkin menjadi orang yang mengelola kelas pembelajaran tentang senjata saat ini.

“Baiklah, perkenalkan namaku Floyd Eager, aku adalah guru pertama kalian yang akan mengajarkan kalian tentang senjata senjata”.

Ucapnya sembari berjalan mondar-mandir benar benar membuatku merasa lelah hanya karena melihatnya.

“Nah, menurut kalian apa itu senjata?“ Pertanyaan yang guru Floyd berikan bahkan terdengar sangat aneh sehingga membuat murid murid sekitar merasa heran.

Tapi seorang gadis sepertinya dengan berani mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan itu.

Dia mengangkat tangannya dengan percaya diri hingga guru Floyd melihatnya, “Baiklah, kamu., Apa jawabannya?“.

Gadis dengan rambut merah indah dengan iris mata yang berwarna biru safir, “Ah dia adalah gadis yang ada di penginapan waktu itu” gumamku.

“Kalo tidak salah, dia adalah Cerise Scarlett” Lanjut gumamku sembari menatap gadis itu yang saat masih mengangkat tangannya.

Setelah mendapatkan persetujuan dari guru, aku melihat bahwa gadis itu menarik napas dalam dalam seakan ingin menjelaskan sesuatu yang panjang.

Tunggu sesuatu yang panjang? Sial, ini akan memakan waktu lama lagi…

“Senjata adalah suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan sesuatu. Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri, bisa juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat digunakan untuk merusak dapat dikatakan senjata”.

Wow, lihatlah, gadis itu benar benar menjelaskannya dengan detail.

Setelah selesai, gadis itu kemudian menundukkan kepalanya dengan hormat, “Itu saja guru” lalu berkata seperti itu.

Guru Floyd terdiam sejenak kemudian mengangguk, “Ah benar, terima kasih sudah mengingatkanku tentang apa itu senjata”.

“Huh? Apa dia itu guru gadungan?“ Gumamku tanpa sadar, karena dia benar benar mengatakan hal itu dengan matanya yang nampak seperti ikan mati?.

Guru Floyd kemudian berdehem lalu lanjut berkata, “Karena kalian sudah tahu apa itu senjata, nah selanjutnya pilih senjata yang kalian inginkan”.

“Oh? Entah mengapa aku jadi menyukai guru ini” ucapku tanpa sadar yang di dengarkan oleh Simon yang terus berdiri di sampingku.

“Kau menyukainya? Kenapa?“ Simon bertanya dengan penasaran.

Karena merasa sudah terbiasa dengan keberadaan Simon, aku hanya tersenyum lalu menjawab, “Guru yang tidak basa basi dan to the point sepertinya itu sangat bagus!“.

Wajah Simon masih terlihat bingung, sepertinya dia tak paham mengapa aku suka dengan guru yang seperti Floyd.

Yah sudahlah, itu juga bukan urusanku, lebih baik aku memilih senjata sekarang.

Aku melihat beberapa senjata, variasi senjata di ruangan ini begitu banyak sehingga membuatku bingung untuk memilih yang mana.

“Wow, kau memilih rapier? Seperti yang di harapkan darimu”.

“Jelas! Lihatlah saja! Aku akan menjadi yang terbaik di akademi ini!“.

Aku menoleh menatap ke sumber suara yang sangat berisik itu, dan terlihatlah bajingan yang sebelumnya sudah menghinaku saat aku baru saja datang ke akademi.

“Dia berkata ingin menjadi yang terbaik dalam akademi? Ck ck, sungguh ambisi yang berlebihan” gumamku.

Pandanganku kemudian tertuju pada pasangan pedang yang terlihat begitu indah, “Woah! Sepertinya pedang itu cocok untuk di sandingkan dengan keindahan diriku” gumamku sembari memandanginya.

Aku kemudian berjalan mendekati pasangan itu.

Coba kita lihat, itu adalah sebuah rapier yang memiliki pasangan pedang pendek yang terlihat sangat indah bagiku!.

“Selain itu, jika dalam pertarungan, pedang panjang dan pendek itu bagus kan?“

“Sudah kuputuskan, aku akan mengambil keduanya!“.

Aku kemudian mengambil dua senjata itu, keduanya cukup ringan dan tajam, yah sebaiknya aku tak mengayunkannya dengan sembarangan atau tidak aku bisa saja memenggal seseorang tanpa sengaja.

“Hoo? Siapa ini?“ Suara menyebalkan kembali datang ke telingaku, suara yang penuh dengan suasana merendahkan diriku.

“Ah, bukankah kau si vampir tanpa bloodline itu?“

Aku menoleh ke arah sumber suara itu dan kemudian melihatnya, dia yang di awal akademi menghinaku.

“Kau memilih rapier dengan pedang pendek?, Menjijikkan aku memilih senjata yang sama dengan pilihan mu”.

Perlahan kami berdua menjadi pusat perhatian, tentu saja aku adalah yang terlihat jahat disini, aku jahat karena aku lemah.

“Apa yang kamu inginkan?“ Tanyaku kepadanya dengan tenang, apapun situasinya aku harus tetap tenang, aku tidak boleh terbawa amarah.

“Apa yang ku inginkan? Memangnya apa yang bisa kudapatkan dari pecundang sepertimu?“ Ucapnya dengan penuh kesombongan.

Aku hanya bisa tersenyum, tidak ada yang bisa dia dapatkan?, Sungguh omong kosong.

Apakah dia berpikir aku tidak akan mengetahuinya? Dia memanfaatkan ku untuk meningkatkan popularitas nya dengan kesan sebagai dia adalah orang yang mendominasi kan?.

Sungguh dia sangat menyebalkan, hanya karena aku tidak memiliki kekuatan, bukan berarti aku tidak memiliki otak dasar bodoh!.

Aku menatap intens kedua matanya dengan seringai di wajahku, “Lalu apa yang tuan muda terhormat ini inginkan kepadaku? Apakah tuan muda yang terhormat ini benar benar orang yang suka buang buang waktu?“.

“Sungguh itu adalah sikap yang tidak baik, menindas yang lemah dan menjilat yang kuat benar benar sikap yang ampas”.

Perlahan arus perdebatan mulai berbalik, meskipun kepala akademi berkata bahwa lemah adalah sebuah dosa besar, tapi mereka tetap saja tidak bisa mengabaikan fakta dari menindas yang lemah itu adalah sikap pengecut.

Aku mendekati bajingan itu lalu berbicara dengan suara rendah yang hanya dia bisa dengar.

“Jika kamu ingin menjadi pusat perhatian, lakukanlah lebih baik lagi dengan cara menantang mereka yang ada di atasmu, t-u-a-n m-u-d-a” ucapku dengan suara yang mengeja huruf di akhir kalimat.

“Yang dia katakan itu benar, kita adalah vampir yang agung dan tidak akan melakukan tindakan pengecut seperti menindas yang lemah!“

“Ck ck ck, mengapa ada vampir seperti dia di generasi kita?“

“Hahaha, bocah tanpa bloodline itu benar benar menarik!“

Respon sekitar membuatku tersenyum puas, tanpa kusadari aku sudah menarik begitu banyak perhatian sekitarku.

Tapi tak masalah karena imbalan dari itu adalah mempermalukan orang yang sudah lancang terhadapku.

“Woah, lihatlah wajahnya itu, sangat menyenangkan jika dilihat hahaha” gumamku dengan sedikit suara tawa yang jarang aku perlihatkan.

Entah mengapa rasanya menyenangkan saat aku mempermalukan bajingan itu, melihat wajahnya yang membeku dengan panik benar benar mampu menghiburku.

“Sial, jika begini aku bisa ketagihan, hentikan dong” lanjut ucapku dengan suara rendah, aku benar benar ingin terus tertawa saat melihat wajahnya saat ini.

“Wow! Kau benar benar hebat!“ Simon yang entah darimana kini kembali datang mendekatiku dengan mata yang penuh binar.

“Sudah kuduga! Kau benar benar jenius!“ Lanjut ucap Simon yang membuatku merasa tersinggung.

Aku? Jenius? Omong kosong apalagi itu? Apa dia juga berniat menjadi musuhku?!.

“Ah, ngomong ngomong mengapa ada beberapa yang tidak memilih senjata ya?“ Simon kemudian merubah topiknya.

Aku memperhatikan sekitarku dan memang banyak juga dari mereka yang tak bergerak untuk memilih senjata sama sekali.

“Jika kutebak, pasti mereka adalah vampir yang menggunakan bloodline sihir element”

“Oh benar, aku lupa jika mereka yang punya bloodline sihir element itu tidak memerlukan sebuah senjata..!“.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!