Bab 3

Malam harinya Bisma kembali bermimpi didatangi oleh kakek tua itu, kakek itu bahkan tersenyum seraya mengusap-usap punggung Bisma dengan lembut.

"Jangan lupa untuk pergi ke hutan larangan, bersemedilah di sana agar kamu bisa bertemu dengan Kanjeng Ratu. Turuti semua yang dia katakan, karena dengan seperti itu kamu bisa mendapatkan kekayaan yang banyak dan melimpah."

"Berapa lama aku harus bersemedi?" tanya Bisma yang mulai tertarik dengan apa yang dikatakan oleh pria tua itu.

Rasanya dia sudah sangat lelah hidup miskin, dia benar-benar merasa kasihan kepada istrinya yang selalu dihina-hina oleh orang lain. Bahkan, kini mereka tinggal di sebuah gubuk reyot yang kapan saja bisa rubuh.

"Satu minggu, bersemedilah selama satu minggu. Jika kamu berhasil melewati rintangan, maka aku akan datang menemuimu dan mengajakmu untuk bertemu Kanjeng Ratu," jawab Kakek tua itu.

Bisma nampak terdiam, dia memikirkan anak dan istrinya jika dia tinggalkan. Akan makan apa mereka, karena persediaan beras sudah tidak ada. Persediaan umbi-umbian juga sudah tidak ada.

"Tapi, Kek. Kalau aku pergi, bagaimana dengan anak dan juga istriku? Mereka tidak mempunyai makanan jika aku tinggalkan," ujar Bisma.

"Gampang, Kakek kasih kamu ini. Nanti kamu datang ke warung Budi, simpan benda ini di sekitar warung pria itu. Ingat, jangan sampai ada yang melihatnya."

Kakek tua itu memberikan kain yang diikat dengan tali yang menyerupai serabut akar pohon, lalu Bisma menerima benda itu dari kakek tua tersebut.

"Apa ini, Kek?" tanya Bisma.

"Buka saja," jawab Kakek tua itu.

Bisma membuka kain tersebut, ternyata isinya adalah sebuah batu berwarna merah. Batu itu seperti mengeluarkan sinar yang begitu menyilaukan mata.

Maka dari itu Bisma dengan cepat menutup kain tersebut dan kembali mengikatnya, karena matanya semakin lama semakin sakit ketika melihat cahaya itu.

"Ini untuk apa?" tanya Bisma.

"Tidak usah banyak bertanya, besok pergilah ke warung Budi dan simpan benda ini baik-baik. Kalau perlu kamu kubur di belakang rumah pria itu," ujar Kakek tua itu.

"Iya, Kek," jawab Bisma.

Setelah terbangun dari tidurnya, Bisma mendapati bungkusan tersebut ada di dalam saku celananya. Ternyata mimpi yang dia alami Itu benar-benar nyata.

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kakek tua itu, Bisma dengan cepat pergi ke kediaman Budi. Mumpung hari masih gelap, pikirnya. Karena takutnya nanti malah akan ada yang melihat dirinya menyimpan benda itu.

"Semoga saja tidak ada yang tahu dan tidak ada yang melihat apa yang akan aku lakukan," ujar Bisma ketika dia sudah sampai di belakang rumah pria itu.

Bisma nampak mengedarkan pandangannya, setelah dirasa aman barulah dia menggali tanah dan memasukkan benda tersebut ke dalam galian tanah yang sudah dia buat menggunakan tongkatnya.

Setelah situ, Bisma meratakan kembali galian tanah itu agar tidak ada orang yang curiga. Bahkan, dia mengambil beberapa batu untuk menutupi bekas galiannya.

"Aman," ujar Bisma.

Setelah itu, Bisma kembali pulang ke gubuk tempat dia tinggal. Tentunya sebelum dia pulang, kembali pria itu memetik empat buah jagung untuk dia bawa pulang.

Dia sudah tidak peduli jika dirinya kini nampak seperti seorang pencuri, karena nyatanya memang di rumah tidak ada beras sama sekali. Nanti setelah sarapan, dia akan kembali datang ke warung Budi.

Bisma sungguh penasaran dengan apa yang dimaksud oleh kakek tua itu, kenapa harus menyimpan benda itu dan kembali menemui Budi. Apa yang akan terjadi, pikirnya.

"Mas bawa jagung lagi?" tanya Surti ketika melihat suaminya datang dengan membawa 4 buah jagung.

"Iya, Dek. Dimasak kaya kemarin aja, dibuat bubur jagung. Biar cukup untuk makan seharian," ujar Bisma.

"Iya, Mas," jawab Surti manut.

Ada makanan saja Surti sudah merasa bahagia, walaupun tidak ada beras dan juga lauk yang layak. Namun, dia sudah merasa begitu bahagia.

Sebenarnya mereka tinggal tidak jauh dari sungai, bisa saja mereka mencari ikan di sungai tersebut. Namun, karena kondisi kaki Bisma yang tidak memungkinkan, Surti tidak mau mengambil resiko.

Beberapa saat kemudian.

Bisma berpamitan kepada istrinya untuk pergi ke warung Budi, dia berkata akan mencoba untuk mengutang kembali di warung pria itu. Siapa tahu Budi akan berbaik hati.

"Pergilah, Mas. Karena aku sudah tidak berani pergi ke warung Budi, aku malu." Surti menunduk lesu.

"Tidak apa, Sayang. Mas ngerti," jawab Bisma.

Setelah berpamitan kepada istrinya, Bisma melangkahkan kakinya dengan begitu perlahan menuju warung Budi. Dia berjalan dengan begitu hati-hati karena takut terjatuh, dia sadar diri jika dia berjalan dibantu dengan kayu yang dia buat sendiri.

"Selamat pagi, Bud. Maaf kalau aku lancang datang lagi ke sini, aku--- "

"Masuklah, Bis. Aku sudah menyiapkan beras untuk kamu dan anak-anak kamu makan selama satu minggu, aku juga sudah menyiapkan lauknya. Jika kurang, istri kamu boleh datang ke sini untuk kasbon terlebih dahulu," ujar Budi.

Wajah pria itu terlihat begitu bersahabat, bakal senyum di bibir pria itu terus saja mengembang. Bisma sampai kaget dibuatnya, karena sikap pria itu benar-benar berbanding terbalik dengan hari kemarin ketika dia datang menemui pria itu.

"Apakah itu benar?" tanya Bisma dengan gugup dan masih dengan perasaan tidak percaya.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

manjur

2024-03-03

2

Ali B.U

Ali B.U

langsug dapat beras

2024-03-01

1

IG: _anipri

IG: _anipri

manjur dong

2024-02-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!