Keringat bercucuran deras karena teriknya panas matahari, sorakan semangat dari pinggir lapangan basket yang didominasi kaum hawa membuat pertandingan itu semakin riuh. Apalagi yang bermain adalah idola mereka
"Batara lempar bolanya ke gue" Batara menoleh sejenak pada laki-laki berkulit sawo matang yang posisinya dekat dengan ring. Ia melempar bola berwarna orange itu, sayangnya seseorang dari pihak lawan tiba-tiba memukul bolanya keras, mungkin niatnya mengambil tapi bola malah terlempar jauh keluar lapangan basket
Semua mata tertuju kemana arah bola mata itu, dan terkejut saat mengenai salah satu siswi yang berlari dipinggir lapangan
"Gila lo!" Yudhistira, laki-laki yang berkulit sawo matang tadi menghampiri sahabatnya galaksi yang tadi melempar bola. Mereka bersahabat, tapi bisa menjadi rival sejati seperti saat permainan basket seperti ini
"Sorry, tangan gue licin tadi"
"Udah woi jangan berantem, kayaknya tuh anak pingsan deh" Raka laki-laki berkulit putih itu menengahi pertengkaran sahabatnya yang seperti tak ada habisnya. Mereka kompak melihat kearah gadis tadi yang dikerubungi teman-temannya
"SENJA AWAS!" Peringatan Dwi telat disadari Senja, hingga sebuah sesuatu menghantam kepalanya membuat kesadaran gadis itu terenggut dan berakhir pingsan
"Senja!" Doni menepuk-nepuk pipi temannya itu yang tak kunjung sadar
"BAWA KE UKS! KENAPA KALIAN DIAM SAJA?!" Guru yang kebetulan lewat ditepi lapangan segera mendekat dan memberikan intruksi membuat mereka kelabakan sendiri dan segera menggendong temannya untuk mendapat perawatan
"ANAK IPS KALAU MAIN BASKET GIMANA SIH?" Dwi berteriak kencang agar terdengar oleh kelas sebelah yang melihat kearah mereka. Bima yang melihat aksi sahabatnya itu segera menarik tangan Dwi menuju kelas, biarlah mereka berhenti diputaran kesembilan lagipula ia yakin Bu Dita tak mungkin tau
"KAYAK LO BISA MAIN AJA!" Yudhistira yang sudah panas balik berteriak karena tak terima disalahkan. Padahalkan mereka tak sengaja
"Lepasin gue Bim, gue mau kesana ngasih pelajaran" Dwi berontak pada tangan Bima yang menyeretnya kembali
"Buka mata lo baik-baik, lo nggak liat yang main siapa? Itu kelasnya Batara, bisa habis lo sama mereka" Dwi terdiam seolah baru menyadari dan memilih mengikuti langkah Bima yang menyeretnya pergi
.
Mengerjap pelan, Senja membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk dari ruangan serba putih bau obat-obatan. Ia terpikir sejenak, kemudian sadar dimana ia berada sekarang
"Sudah sadar?" Suara dokter perempuan yang bertugas di UKS membuatnya tersadar dan mengangguk pelan
"Silahkan minum dulu" seperti biasa teh hangat akan selalu menjadi obat dari berbagai macam penyakit di UKS sekolah
"Kepalamu masih sakit?"
"Sedikit" Senja menjawa dengan suara pelan
"Kamu ingat semuanya?" Senja mengangguk, tak mungkin rasanya ia mendadak hilang ingatan karena bola basket, walau rasa sakitnya masih terasa
"Syukurlah kalau begitu, kamu perlu istirahat sebentar. Setelah keluar main boleh masuk kelas lagi"
"Saya sudah baik-baik saja dokter" ucapnya ingin beranjak, tapi dokter perempuan yang nampak masih muda itu menahannya untuk tetap berbaring
"Kondisimu masih belum stabil, saya juga sudah meminta izin untuk guru yang mengajar dikelas kamu"
"Tapi..."
"Ini demi kesehatan kamu juga, jangan membantah" Senja memilih menurut daripada berdebat
"Rasa sakit bisa diekspresikan dengan menangis dan mengadu, bukan dengan semakin menyakiti diri sendiri" setelah mengatakan itu, dokter perempuan tadi yang sempat Senja baca di name tagnya bernama Vanya pergi. Ia melihat arah pandang dokter tadi yang ternyata lengan baju seragamnya yang dinaikkan. Terdapat goresan-goresan garis disana, yang jelas memang terlihat sengaja dibuat
"Sial" umpatnya pelan dan segera menarik lengan seragamnya
Pandangan Senja tertuju pada jam di dinding UKS, waktu istirahat tinggal empat puluh lima menit lagi. Ia berusaha memejamkan mata, kapan lagi ia bisa tidur di UKS seperti ini saat jam sekolah berlangsung?
.
Kantin, tempat yang langsung menjadi incaran siswa sehabis olahraga. Suasana tak terbilang ramai karena anak kelas lain masih dalam kelas masing-masing
"Gue ngerasa bersalah banger sama tuh cewek" Galaksi membuka pembicaraan dimeja pojok, tempat tongkrongan favorit mereka bahkan sudah diklaim tak bisa diganggu gugat
"Emang dia aja yang lemah, masa baru lempar bola udah pingsan" Yudhistira menimpali, sepertinya ia masih kesal dengan perkataan Dwi yang meragukan kemampuan basket mereka
"Lagian yang lempar bola kan si Batara, kenapa kalian yang merasa bersalah?" Tanya Raka yang kini fokus pada baksonya. Padahal bel sudah berbunyi untuk pelajaran selanjutnya, tapi mereka memilih tetap makan karena waktu istirahat juga sebentar lagi
"Kenapa gue? Lo aja yang nangkap bola nggak becus" yang disebut kini justru malah asik dengan es jeruknya
"Lo kenal nggak tuh cewek siapa?" Galaksi yang memulai pertanyaan, sepertinya rasa bersalah masih menggerogotinya
"Gue denger-denger dari teman sekelas namanya Senja, dia anak IPA, katanya sih siswi teladan" Raka yang dikenal si informan menjawab
"Kalo gitu ngapain tadi dihukum? Harusnya kalau teladan nggak pernah salah dong"
"Lo pikir dia malaikat? Rasullulah aja pernah keliru" balas Yudhistira
"Nggak usah sok nyebut lo, tampang lo kayak titisan iblis yang baru diangkat dari neraka" ucap Galaksi tanpa rasa bersalah sama sekali
"Kalau sama-sama titisan iblis mending diem" kalimat Batara sontak membuat mereka tertawa
"Kalau lo masih ngerasa nggak enak, susulin ke UKS" saran Raka yang justru terdengar seperti modus, memang siapa yang tak kenal playboy itu? Setiap minggu pacarnya terus berganti
"Itu sih maunya lo" Yudhistira menoyor kepala sahabatnya
"Gimananih Batara?" Galaksi malah meminta saran pada ketuanya
"Kok lo nanya ke gue?" Batara mengernyitkan alisnya
"Ya karena lo ketua" balasnya cengir, Batara terdiam sejenak nampak berpikir
"Yuk lah sekalian numpang tidur. Malas banget pelajaran selanjutnya Pak Dio. Belajar sejarah kayak cerita dongeng, endingnya juga semua pada tidur" jawab Batara, mengingat guru sejarahnya yang berusia lebih dari setengah abad dan sebentar lagi pensiun
"Nah bener kan? Daripada tidur di kelas yang bikin badan pegel, lebih baik di kasur UKS yang nyaman" cengir Raka
.
Suara krasak krusuk menganggu pendengaran Senja, membuatnya perlahan membuka mata. Menyadari dimana ia berada sekarang, gadis itu langsung bangun karena teringat waktu. Tapi hal yang ia lihat pertama kali justru empat laki-laki yang kini menatap kearahnya
"Kalian siapa?"
"Amnesia lo?" Pertanyaan Yudhistira membuat Senja mengernyitkan alis dan menatap lekat kearah empat laki-laki itu
"Kayaknya kita emang nggak pernah kenal" jawabnya
"Seriusan lo nggak kenal kita?" Batara sepertinya tak percaya ada orang yang tak mengenal mereka disini
"Kayaknya gue pernah liat kalian, tapi dimana ya?" Gumam Senja mengingat-ingat, wajah empat orang itu memang tidak asing bahkan terkesan familiar, tapi Senja tak tau siapa mereka
"Oh aku ingat, aku sering liat kalian di WC, lapangan, halaman belakang, samping toilet dan oh di parkiran juga kayaknya" empat laki-laki itu membuka mulut mereka lebar, sepertinya mereka memang harus lebih rajin perkenalan sekarang. Tempat yang Senja sebut tadi jelas saja saat mereka melakukan hukuman, mereka pikir gadis itu melihat mereka saat duet di arena atau tawuran dengan sekolah lain
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
reza indrayana
mhmhmm...seruh nichh...🤔🤔🥰🥰🥰
2024-05-02
0
Zakiyatul Munawaroh
itu bukan hanya pernah senja, mungkin tiap hari nggak pernah absen 😄😄😄😄😄😄😄😄😀
2023-09-29
1
melia
🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-09-03
0