Salju

"Ellen Marinson memberi salam pada Yang Mulia Raja Hedes Lateris."

Ucap Ellen, sembari membungkuk hormat, dengan posisi tangan kanan yang menyilang di depan tubuhnya.

Raja Hedes pun menerima salam dari Ellen dengan senang hati, dan memintanya untuk kembali berdiri.

"Selamat datang di istana klan manusia serigala, nona Ellen Marinson, duduklah,"

Ucap Raja Hedes, ia duduk di singgasana nya, bersama seorang wanita cantik yang duduk disampingnya, Ellen menduga bahwa ia pasti permaisuri dari klan serigala.

Suasana pesta di klan manusia serigala sangat berbeda dengan pesta di klan manusia biasa, dimana para tamu yang hadir biasanya akan berdiri sambil menikmati acara dansa, dan juga menikmati berbagai makanan lezat yang tersedia di atas meja.

Di klan serigala justru terkesan lebih formal, di mana sang Raja tetap duduk di singgasana nya didampingi oleh sang Ratu, kemudian para tamu yang hadir, duduk di baris kiri dan kanan singgasana, dengan posisi berhadapan.

Posisi baris kanan di duduki oleh anggota keluarga kerajaan, sedangkan di posisi baris kiri di duduki oleh para pejabat.

Ellen pun melangkahkan kakinya ke tempat duduk yang disediakan untuknya, yaitu kursi di sebelah kanan.

"Nona Ellen, saya dengar anda mendapatkan halangan saat dalam perjalanan kemari, apa anda terluka?,

Tanya seorang wanita cantik di samping Raja Hedes, ia mengenakan gaun merah yang anggun.

"Terimakasih atas perhatian yang mulia Ratu, Ellen baik-baik saja, berkat perlindungan dari pengeran ke tiga,"

Kalimat terakhir dari Ellen membuat semua orang di aula istana terkejut.

"Ahh benarkah?, Tuan putri mungkin belum tahu bahwa pangeran ke tiga tidak bisa berubah wujud, jadi bagaimana cara pangeran ke tiga bisa menyelamatkan anda?,"

Tanya sang Ratu, dengan nada suara yang lembut, dan senyum manis yang terus terbit di wajahnya.

"Sudahlah Arkne, jangan membahas nya sekarang, Kelihatannya dia masih terkejut atas kejadian yang menimpanya, lebih baik kita mulai acaranya,"

Sela Raja Hedes.

"Tentu yang mulia,"

Jawab sang Ratu.

Ratu Arkne lalu memberikan isyarat pada Fero, seorang wakil dari Raja Hedes, untuk memulai acaranya.

"Para tamu yang terhormat kita akan  memulai acara pesta penyambutan untuk tuan putri Ellen Marinson,"

Teriak Fero.

" Tuan putri Ellen Marinson, kami mempersembahkan sebuah tarian dari klan manusia serigala, yaitu tarian bulan,"

Ujar fero, setelah itu, sekelompok wanita cantik dengan gaun putih masuk ke dalam aula.

Diantara sekolompok penari itu beberapa diantara nya, memegang sebuah alat musik, sebagai pengiring tarian.

Mereka pun mulai menari dengan indah, dibawah cahaya bulan yang mengintip, dari celah-celah atap aula, dan jendela.

Ellen menikmati persembahan tariannya, ini adalah pertama kalinya ia melihat sebuah tarian yang sangat indah.

Waktu pun berlalu dengan cepat, hingga pertunjukan demi pertunjukan dalam acara itu, tidak terasa,dan telah selesai, begitu pula dengan pestanya, Ellen yang telah letih berniat untuk kembali ke dalam kamar, dan beristirahat.

"Apakah tempatnya masih jauh Cesi?,"

Tanya Ellen, cesi adalah seorang pelayan pribadi, yang baru ditunjuk, untuk melayani Ellen.

Ellen, dan pelayannya sudah berjalan selama 10 menit menuju ke kediaman barunya, sebuah kastil yang letaknya berada di belakang aula istana.

"Sebentar lagi kita akan sampai tuan putri,"

Jawab cesi, sembari memapah Ellen berjalan.

Tempat yang mereka tuju memang sedikit menanjak, ditambah lagi dengan jalanannya yang di selimuti oleh salju, membuat Ellen kesusahan berjalan.

Ellen tiba-tiba berhenti berjalan, mendapatkan tatapan bingung dari pelayannya.

"Ada apa tuan putri?,"

Tanya Cesi.

"Cesi, plakat istanaku sepertinya tertinggal di ruangan tempatku beristirahat tadi,"

Ia baru menyadarinya, saat merasa ikat pinggang yang ia kenakan terasa ringan, Ellen memang selalu menggantung plakat itu di ikat pinggangnya.

"Ah apa perlu saya ambilkan sekarang tuan putri?,"

Tanya Cesi.

"Iyaa, maaf merepotkan mu Cesi, tapi jika plakat itu jatuh ke tangan yang salah, maka akan jauh lebih merepotkan lagi,"

Jelas Ellen, plakat kerajaan adalah benda yang sangat berharga, karena plakat merupakan identitas bagi seseorang yang memilikinya, bisa berbahaya jika ada yang menggunakan identitas Ellen,untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, atas namanya.

"Tidak masalah tuan putri, memang sudah tugas saya melayani tuan putri, pegang lah lentera ini, saya akan segera kembali,"

Ia memberikan lampu lentera ditangannya pada Ellen.

"Tidak, kau saja yang bawa lenteranya, cahaya bulan malam ini sudah cukup terang untuk menerangi jalan."

Cesi pun mengangguk patuh, dan segera pergi mencari plakat kerajaan milik Ellen.

Ellen mengeratkan jubah di tubuhnya, akibat hembusan angin yang sangat dingin, lalu ia tidak sengaja melihat sebuah danau yang membeku tak jauh dari tempatnya berada.

Ia berjalan mendekati danau itu, namun semakin Ellen melangkahkan kakinya, maka semakin kencang angin yang bertiup.

Entah apa yang menyebabkan angin tiba-tiba bertiup dengan kencang, hingga membuat awan bergerak sampai menutupi bulan, Ellen menyesali dirinya yang menolak lentera dari cesi.

"Sepertinya akan terjadi badai salju,"

Gumam Ellen, cuaca memang sulit untuk ditebak, padahal beberapa menit yang lalu bulan masih nampak, dan bersinar dengan terang.

Saat ini Ellen tengah berdiri di depan danau beku itu, di dekatnya ada sebuah pohon besar yang dedaunan nya sudah tertutup salju.

"Entah apa yang sedang ayah lakukan sekarang?,"

Lirih Ellen, dia mengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit dengan raut wajah sendu.

Butir-butir salju mulai turun dari langit, menimpa wajahnya, perasaan sedih, rindu, dan kesal, menyelimuti perasaan Ellen, ia memejamkan matanya, menahan air mata yang ingin keluar.

Ellen tidak menyadari pohon rapuh di atasnya, sudah tidak sanggup menahan dahan, yang tertutupi oleh beratnya salju.

Dahan itu patah dan jatuh, menghantam tubuh Ellen dari atas, Ellen lalu terjatuh, dan tertimpa dahan pohon itu.

"Argh!,Tolong!,"

Lirihnya lemah, darah mulai mengalir dari kepala Ellen.

Penglihatan Ellen mulai mengabur, dahinya berkerut menahan sakit, karena dahan itu masih berada di atas tubuhnya.

Dari kejauhan Ellen samar-samar melihat seekor serigala dengan tubuh besar berlari mendekatinya.

Ingin rasanya Ellen berteriak meminta tolong, namun kondisinya mulai lemah, sehingga membuat suaranya tercekat.

Serigala itu perlahan mendekati tubuh Ellen, ia mulai membantu Ellen, dengan mengangkat dahan pohonnya.

Meski samar-samar, Ellen masih bisa melihat warna putih bersih, dan netra mata biru bersinar, yang dimiliki serigala itu.

Tanpa butuh waktu yang lama, dahan pohon itu pun sudah dilempar jauh oleh si serigala, kemudian ia melangkahkan kakinya mendekati wajah Ellen, bermaksud untuk memeriksa kondisinya.

Dengan sekuat tenaga Ellen menggerakkan tangannya, mencoba menggapai wajah si serigala putih.

Mata Ellen berkedip pelan, deru nafasnya semakin melemah, namun di detik-detik kesadaran nya, ia masih sempat memberikan senyuman manis untuk si serigala.

Setelah Ellen kehilangan kesadaran, serigala putih itu berubah wujud, menjadi sosok laki-laki yang sangat rupawan, dengan iris mata berwarna biru, rahang tegas, dan surai berwarna silver, dia sedang menggunakan setelan pakaian berwarna hitam.

"Benar-benar merepotkan,"

Gumamnya, ia melepaskan jubahnya, kemudian menyelimutkan jubah itu di tubuh Ellen, setelahnya barulah ia mengangkat tubuh Ellen, dan membawanya berjalan menjauh dari danau beku itu.

Sementara itu,Cesi yang sudah menemukan plakat milik Ellen pun segera pergi menemuinya, namun saat sampai di sana ia tidak menemukan Ellen, sehingga membuatnya kebingungan, dan panik sendiri.

"Tuan putriiii anda dimanaa?,"

Teriak Cesi, ia pun pergi ke arah danau, namun tak ada siapapun disana, Cesi hanya bisa melihat sebuah pohon yang tumbang, namun ia cukup terkejut saat melihat bercak darah yang ada di bawah pohon itu.

Lalu Cesi pun segera berlari mendekat ke arah pohon itu, Cesi menutup mulutnya saat melihat sebuah mahkota kecil milik Ellen, yang terjatuh di dekat pohon, ia pun segera mengambil mahkota itu, dan pergi menjauh dari danau.

Dia segera berlari menuju ke kastil baru milik Ellen, dengan perasaan khawatir, Cesi pikir, Ellen mungkin saja ada disana, karena saat ia berada di istana utama, untuk mencari plakat, Ellen sama sekali tidak berada di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!