Penyambutan yang Panjang bagi Dara, dirinya terus diam setelah kejadian tadi. Lain hal dengan Zoya yang nampak senang saat di lihat oleh ketua Sembilan naga, Dara tau ada hal yang aneh terjadi di situ.
‘Zoya, bagaimanapun dia adalah anak yang ceria, tapi aku tidak bisa dekat dengan dia dia terlalu banyak berbicara dan suka akan tatapan aneh mereka,’ batin Dara menggerutu.
Sungguh saat itu sebenarnya Dara sangat kesal dengan teman sekelasnya itu, bahkan jauh sebelum kelas di mulai. Dia melihat dengan seksama, meskipun Zoya supel dan ada kemungkinan dia adalah kandidat yang kuat di kelasnya, tetap saja Dara tidak suka bersama dengan orang yang suka mencari perhatian.
Selesai sambutan para murid Kembali ke orang tua mereka. Bukan untuk pulang, melainkan mengambil barang-barang. Akademi ini memang menerapkan sistem asrama, selain untuk mengontrol anak muridnya mereka juga bisa melatih skill untuk bertahan di akademi itu.
“Kamu sudah mendapatkan teman baru sayang?” tanya Maria saat Dara Kembali untuk mengambil barang-barangnya.
“Dia aneh, aku gak tau ma tapi lebih baik aku menghindarinya, tidakkah mama lihat bagaimana anak itu menarik perhatian?” gerutu Dara.
Bukannya marah malah usapan lembut tepat pada kepala Dara oleh ayahnya. “Bagus sekali ini adalah baru permulaan Dara, nantinya kamu paham beberapa jenis manusia memang hanya menjadi parasit atau bahkan duri bagi kita,” jelasnya.
Sejujurnya Dara tidak tau apa itu. Masa sekolahnya terdahulu dia hanya fokus pada nilai jadi dia tidak terlalu mementingkan orang-orang di sekitarnya. Dia baru sadar, kali ini Dara mulai meneluh tentang seseorang.
“Sayang mama yakin kamu akan bisa menggunakan kemampuan istimewa mu dengan benar. Dengarkan, kamu benar-benar akan berkembang nantinya kamu percaya pada mama?” ucap Maria.
Saat itu Dara merasa aneh, tampak lain dari mamanya. Dara pikir selama ini dia hanya perlu memperoleh nilai bagus untuk maju, sekarang mungkin berbeda. “Selama ini aku salah mama?”
“Tidak, kamu hanya perlu sedikit berusaha untuk mendapatkan apa yang belum kamu tau sebelumnya.”
Pembicaraan antara keluarga sebelum mereka benar-benar berpisah di aula. Langkah kaki terasa jelas denga tepukan tangan di Pundak Dara. Perasaan yang sama saat dia melihat ketua dari sembilan naga.
“Maaf mengganggu waktu Anda Mr. Caroline saya William Shakespeare, saya adalah ketua dari sembilan naga untuk Angkatan ini, sebuah keberuntungan bagi saya bisa melihat Anda, BIG THREE MASTER,” ucap seorang yang tidak dia duga sebelumnya. Benar, aura yang sama saat dia melihat Willian di atas panggung dan itu lebih berat jika dari dekat.
Saat itu Dara hanya terdiam, dia melihat William yang bisa dengan mudah berbaur dengan ayahnya. Tatapan William tiba-tiba berubah saat berbalik kearah Dara, senyuman simpul dan penuh makna lantas membuat tangan Dara menggigil seketika.
“Wah, kita terlalu banyak berbicara, Tuan Caroline saya lupa sekarang sudah akhir waktu, para murid baru harus masuk ke asrama karena besok adalah hal yang besar untuk mereka. Ingat ikrar akademi,” jelas William.
“Tentu saja, kami tolong jaga dia William, Dara sedikit menjadi kekanak-kanakan pada beberapa waktu,” timpal Maria.
Entah sejak kapan Dara dan William berjalan Bersama. Dara merasa acuh dengan kehadiran William, dia bahkan hanya diam tak peduli seorang tengah berjalan dengannya. Banyak pasang mata juga melihat sirik Dara, tetap saja dia terus maju seperti biasa.
Sampainya di kamar milik Dara, dia melihat William yang masih mempertahankan senyumannya. “Anda bisa pergi, kak William?” ucapan Dara tidak yakin dengan ucapannya.
“Sungguh, aku tak menyangka Tuan Caroline memiliki putri dengan pengamatan yang luar biasa, keturunan Master memang tidak bisa di anggap sepele ya?” ujar William.
Saat itu terlihat jelas bagaimana senyuman William hilang seketika. Tatapan William benar-benar berbeba, Dara yang semula tak acuh kini mulai melakukan posisi terjaga. “Anda terlalu apatis, sungguh darah master itu tak bisa di ragukan dengan sikap Anda yang tinggi itu. Sekarang saya permisi, untuk besok bersiaplah karena permainan baru saja di mulai.”
Tidak berbicara hal lain lagi, Dara menahan napasnya sesaat melihat William pergi. Memang awalnya dia tidak menganggap keberadaan William, tapi untuk sekarang Dara paham Willam lah yang harus dia waspadai.
Keesokan paginya seperti yang sudah di informasikan jika mereka akan mengucapkan Ikrar Akademi. Bukan di aula, melainkan lapangan tepat untuk mereka berkumpul. Saat itu Dara Kembali bertemu dengan Zoya, lain hal seperti di awal Zoya tidak menganggap Dara ada. Setelah semuanya berkumpul, sembilan naga mulai naik ke atas panggung seperti biasa. Willam mulai melakukan pidatonya, sepatah dua kata dia layangkan, hingga dia memperlihatkan tangan kanannya. Tato lain melingkar di sana, entah Bahasa apa tapi ukiran cantik benar-benar seni yang sangat luar biasa
“Apakah kalian bingung kenapa dengan tato di tubuh saya ataupun yang lainya, ini adalah tanda sembilan naga. Tentu kalian juga bisa mendapatkan tato seperti ini jika kalian bisa bergabung di antara kami. Untuk itu, pengucapan pertama adalah ikrar dimana kalian tak bisa mengelak oleh peraturan permainan,” jelas William Panjang. Saat itu Dara sadar jika informasi di artikel ataupun internet tentang sekolah ini adalah sebagian kecil dari kebenarannya.
“Tentu kalian sudah tau jika kalian akan memiliki partner, awal untuk itu kalian harus mengucapkan ikrar terlebih dahulu. Untuk itu kita mulai saja,” ucap William. Saat itu dia mulai mengacungkan tangan kanannya. “Saya melihat kalian di sini, di satukan oleh janji, OPHILA!” teriakan itu mengubah kehengingan sesaat.
Cahaya mulai muncul di masing-masing lengan mereka termasuk Dara. Perasaaan menyengat seperti listri tiba-tiba mencuat dari sana. Hingga sebuah tato yang sama seperti di lengan William muncul di tangannya. όλα στη συμφωνία ενώνονται με τα ομόλογα αυτών που τα κατέχουν, άρα αποτελούν μέρος των διατάξεων αυτού του Akami Edeweis. Itulah kata yang melingkar di tato lengannya. Dara sadar itu bukan tato biasa melainkan sebuah kata yang di tuliskan dalam Bahasa berbeda.
“Tenang semuanya, ini adalah ikrar yang wajar. Selamat kalian sudah resmi menjadi murid Akademi Edelweis. Untuk sekarang silahkan cari partner untuk kalian. Hanya ada dua kemungkinan, saat kalian jadi pemimpin atau pendamping.”
Kalimat terakhir dengan William Kembali turun dari sana. Semuanya mulai gaduh saat mencari partner masing-masing. Hal aneh, tidak ada yang mau ataupun menawarkan diri sebagai partner Dara. Inilah sikap yang kemarin William katakana, sikap apatis dan tidak peduli membuat Dara tak mau berbicara dengan orang lain saat dia tidak merasa itu penting.
“Halo? Sepertinya kamu belum memiliki partner, mau dengan aku?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments