5. Luka

"Mentari! Ayo mandi! Hari ini pergi ke sekolah." Tristan berseru sambil menuruni tangga. Kesibukannya akan kembali lagi seperti hari-hari sebelumnya setelah satu minggu Mentari libur sekolah karena bu guru kesayangannya cuti menikah. Hari ini dia sedikit terburu-buru karena bangun kesiangan.

"Sudah siap, Papa!" Mentari menyahut sambil keluar dari kamarnya dengan pakaian seragam.yang sudah lengkap.Rambutnya pun sudah rapi dan dikepang. Biasanya rambut Mentari dibiarkan terurai dan memakai bando jika berangkat sekolah. Seringkali Kirana yang mengikatnya atau mengepangnya jika Mentari mengeluh gerah.

"Ya, sudah," ucap Tristan begitu melihat Kirana muncul di belakang Mentari. Pria itu pun berbalik menaiki tangga untuk bersiap ke kantor.

Di atas ranjangnya, Kirana sudah menyiapkan pakaian kerja seperti biasanya. Tidak pernah lelah meski Tristan akan memakai baju lain yang diambilnya sendiri dari dalam lemari.

Sementara di meja makan, Kirana menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Lagi-lagi hanya nasi goreng. Karena permintaan Mentari semalam. Dengan irisan telur dadar sosis sesuai pesanan putri sambungnya.

Mentari terlihat tengah mengetuk-ngetukkan sendok ke atas meja karena bosan menunggu ayahnya yang terlalu lama. Melihat Tristan menuruni tangga dengan terburu-buru, anak kecil itu pun berhenti memukul meja. Sedangkan Kirana mengulum senyum melihat Tristan memakai pakaian yang disiapkannya. Ternyata usahanya selama ini tidak sia-sia.

"Kalian berangkat naik taksi, ya. Papa buru-buru," ujar Tristan yang membuat Mentari merasa kesal. Namun bagi Kirana, sikap Tristan bukan hal yang aneh. Karena Tristan memang selalu menghindar agar tidak makan satu meja dengannya. Melewatkan makan pagi dengan alasan sarapan di kantor, makan siang di kantor dan pulang setelah larut malam saat dirinya dan Mentari sudah selesai makan malam.

"Papa nggak asyik. Mentari kan mau makan sama papa sama Bunda."

"Papa ada meeting pagi, Sayang."

Mentari melipat tangannya di depan dada dengan bibir dimajukan. Merajuk adalah senjata satu-satunya untuk meluluhkan hati papanya. Bisa apa Tristan jika permata hatinya, peninggalan paling berharga dari istri tercintanya sudah marah. Dia pun menarik kursi dan duduk di samping Mentari. Wajah Mentari seketika berubah ceria. Hal sereceh itu saja begitu berat untuk Tristan lakukan. Dia memang selalu menghindari masakan Kirana yang terlihat menggoda selera makannya.

"Dimakan, Pa," ujar Mentari karena Tristan tak kunjung menyentuh makanannya.

Tristan melirik ke arah Kirana yang pura-pura sibuk dengan sarapannya. Tanpa dia harus turut campur pun Kirana tahu jika Tristan pasti akan menurut pada putrinya. Terbukti saat ini tangan lelaki itu mengambil sendok dan mulai menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Awas ketagihan, Mas!" Kirana sengaja menggoda suaminya. Wajah tampan itu pun berubah masam seketika.

"Masakan Bunda emang enak. Papa sih nggak pernah makan di rumah," Mentari menimpali.

"Akhir-akhir ini Papa sibuk," elak Tristan.

"Dulu Papa juga sibuk. Tapi kita setiap hari selalu makan bersama."

"Ya. Besok-besok Papa makan di rumah." Jawaban yang sukses mengakhiri ocehan Mentari.

Dua lawan satu, Tristan pun enggan mendebat lagi. Tidak ingin membuat pagi harinya kacau karena banyak pekerjaan penting hari ini. Terlebih melihat Mentari begitu bersemangat kembali ke sekolah. Tentu saja karena pagi ini dia akan berangkat diantar oleh ayahnya dan juga bundanya.

.

Bukan Mentari jika tidak bercicit sepanjang jalan. Ada saja hal yang dibicarakan oleh anak itu. Sangat kritis jika melihat sesuatu yang tidak sesuai menurutnya. Termasuk saat Kirana hendak duduk di kursi tengah bersamanya tadi. Mentari justru menyuruh Kirana duduk di depan.

"Nanti pulangnya saya ambil motor dulu di kost, Mas," ujar Kirana sebelum turun dari mobil.

"Mentari biar dijemput Pak Cip dan pulang ke rumah Mama seperti biasa," sahut Tristan.

"Nggak mau. Mau sama Bunda." Mentari menolak saran Tristan.

"Bunda naik motor, Mentari. Papa nggak ngijinin kamu naik motor. Kalau ngantuk di jalan bahaya."

Kirana terdiam. Mentari adalah prioritas Tristan. Dia tidak ingin ikut campur yang pada akhirnya justru akan memperpanjang perdebatan. Meskipun dia sudah mempunyai helm kecil dan seatbelt yang dia beli karena beberapa kali Mentari minta diantar pulang olehnya tanpa sepengetahuan Tristan.

Mereka bertiga masih bertahan di dalam mobil karena Mentari kembali marah setelah dilarang ikut naik motor oleh ayahnya. Sifat keras kepala Tristan sepertinya menempel pada putrinya. Bahkan akhir-akhir ini Tristan merasa kesulitan membujuk Mentari. Mentari akan lebih menurut pada bunda barunya. Apa pun harus kata Bunda. Terkadang Tristan merasa kesal. Meski tidak dipungkiri semenjak ada Kirana di rumah, dia sangat terbantu dalam merawat Mentari. Semua keperluan Mentari sudah diurus oleh Kirana. Tidak hanya urusan putrinya. Bahkan keperluannya pun disiapkan oleh Kirana. Hanya saja dia yang selalu menolak.

"Saya ada helm dan seatbelt untuk Mentari," ujar Kirana setelah Tristan tetap tidak berhasil membujuk Mentari.

"Bunda jago bawa motor kok, Pa. Papa nggak.usah khawatir," imbuh Mentari.

"Terserah kalian," pungkas Tristan setelah beberapa saat diam. Dan Mentari pun bersorak. Dia memeluk ayahnya dari belakang lalu mencium pipi yang ditumbuhi bulu tipis itu.

"Makasih, Papa." Mentari mencium punggung tangan Tristan sebelum turun dari mobil.

"Mas!" Kirana pun mengulurkan tangannya. Tristan melirik sekilas. Namun kedua tangannya justru dia cengkeramkan pada setir. Tatapannya mengarah pada Mentari yang sudah berbaur dengan teman-temannya. Sesekali dilihatnya putrinya itu menunjuk ke arah mobil. Mungkin sedang berbagi cerita dengan teman-temannya.

Kirana yang merasa sengaja diabaikan pun tersenyum getir.

"Hati-hati, Mas. Assalamu'alaikum." Kirana menarik handle pintu mobil. Samar terdengar Tristan menjawab salamnya.

Kedatangan Kirana mendapat sambutan dari beberapa murid yang sedang berkerumun dan Mentari ada di antara mereka. Seolah sebuah magnet, mereka mengabur ke arah Kirana. Senyum lebar mengembang di bibir perempuan itu. Bertemu dengan wajah-wajah imut muridnya dengan berbagai pertanyaan polos ala anak kecil sesekali membuatnya tertawa. Beban pikirannya seakan terlepas sejenak.

Kirana pun mengajak anak-anak itu masuk ke kelas. Berbaris memanjang sambil bernyanyi. Dan semua aktivitas itu tak luput dari perhatian Tristan yang masih bertahan di dalam mobil. Hingga Kirana dan murid-,muridnya masuk ke dalam kelas. Pria itu pun meninggalkan halaman sekolah.

Tristan memukul stang bundar di depannya. Mentari terlanjur dekat dengan Kirana. Dia tidak bisa membayangkan hubungan seperti apa yang akan dia jalani bersama Kirana ke depan. Benar kata istri barunya itu, mereka tidak mungkin terus-terusan bersandiwara demi membahagiakan Mentari. Sementara dia tidak bisa menempatkan wanita lain dalam hatinya. Elita pergi membawa seluruh hatinya. Meninggalkan luka yang begitu dalam. Perpisahan dengan istri tercintanya itu begitu menyakitkan. Jika bisa memutar waktu, Tristan tentu akan lebih keras lagi melarang Elita bekerja.

Menjadi seorang dokter memang impian Elita. Tristan terlalu mencintai wanita itu hingga dia mendukung sepenuhnya ambisi istrinya. Bahkan dia juga yang membantu membiayai kuliah Elita hingga menyandang gelar dokter.Berasal dari keluarga sederhana dari menjadi yatim sejak kecil bukan hal mudah bagi Elita untuk mendapatkan biaya kuliah. Tristan rela bekerja sambil kuliah untuk membantu Elita. Meski biaya hidupnya sendiri masih ditanggung orang tuanya. Konyol memang.

Bagi Tristan tidak ada wanita yang sepadan dengan Elita. Tuturnya lembut selaras dengan sikapnya. Paras cantik berhati seputih salju. Elita tidak pernah keberatan menangani pasien dengan biaya cuma-cuma. Sesekali dia mengadakan pengobatan gratis untuk orang-orang yang kurang beruntung bersama rekan sejawatnya. Dan semua dukungan dana berasal dari Tristan.

Kenyataan itu masih terlalu sulit diterima oleh Tristan. Orang sebaik Elita harus pergi begitu cepat. Tidak adil rasanya.

"Argh!" Tristan memukul setirnya kembali. Mengenang Elita membuat lukanya semakin menganga. Mata pria itu pun berkaca-kaca. Dia memutar arah mobilnya menuju ke tempat peristirahatan terakhir belahan jiwanya.

Terpopuler

Comments

Eliani Elly

Eliani Elly

lanjut

2023-08-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Setelah Akad
2 2. Menjemput Mentari
3 3. Siapa Wanita itu
4 4. Bertengkar
5 5. Luka
6 6. Godaan Silvia
7 7. Silvia Menginap
8 8. Mentari Minta Adik
9 9. Kecelakaan
10 10. Diusir Dari Rumah
11 11. Pulang
12 12. Kedatangan Baraka
13 13. Kegalauan Kirana
14 14. Di Mana Bunda
15 15. Semua Gara-gara Kirana
16 16. Mentari Sakit
17 17. Mencari Kirana
18 18. Menantu Tak Dikenal
19 19. Dia Istri Saya
20 20. First Kiss
21 21. Permintaan Ibu
22 22. Cinta Atau Luka
23 23. Mulai Posesif
24 24. Patah Hati
25 25. Mari Bercerai
26 26. Ada apa?
27 27. Kejutan Ulang Tahun
28 28. Kejutan Lagi
29 29. Ngidam
30 30. Gara-Gara Motor
31 31. Sial
32 32. Terbongkar
33 33. Pernikahan Syifa
34 34. Pria Asing di Pesta Pernikahan Syifa
35 35. Ujian Kesabaran
36 36. Cemburu
37 37. Cemburu Lagi
38 38. Jangan Berpisah
39 39. Pengganggu
40 40. Ke Pantai
41 41. Honeymoon
42 42. Kembali Pulang
43 43. Kejutan Di Rumah Tristan
44 44. Demi Kamu
45 45. Drama Pagi Hari
46 46. Mengantar Makan Siang
47 47. Mendapat Perundungan
48 48. Tertawan
49 49. Asisten Baru
50 50. Permintaan
51 51. Memecat Silvia
52 52. Luluh
53 53. Silvia Berulah
54 54. Ultimatum
55 55. Di Rumah Sakit
56 56. Penjelasan
57 57. Jalan Pulang
58 58. Tersiksanya Tristan
59 59. Mari Bicara
60 60. Kedatangan Silvia
61 61. Teman Tristan
62 62. Kemarahan Tristan
63 63. Ayo Menikah
64 64. Pernikahan Silvia dan Lucky
65 65. Ke Makam Elita
66 66. Gula Kapas
67 67. Perbincangan Di Meja Makan
68 68. Kehilangan Rasa Percaya Diri
69 69. Ada Apa Dengan Silvia
70 70. Curhatan Silvia
71 71. Egois
72 72. Pertengkaran Membawa Nikmat
73 73. Menjenguk Silvia
74 74. Belanja Perlengkapan Bayi
75 75. Hubungan yang rumit
76 76. Saran Kirana
77 77. Siapa Yang Melamar Nabila
78 78. Saingan Berat
79 79. Cemburu Buta
80 80. Mengurai Masalah
81 Ingin Putus
82 82. Ternyata
83 83. Mengembalikan Cincin Tunangan
84 84. Kirana Jatuh
85 Ujian
86 86. Samudra
87 87. Si Gemoy
88 88. Tamu Tak diundang
89 89. Permintaan Aneh
90 90. Hari Bahagia
91 91. Thank You So Much
92 92. END
Episodes

Updated 92 Episodes

1
1. Setelah Akad
2
2. Menjemput Mentari
3
3. Siapa Wanita itu
4
4. Bertengkar
5
5. Luka
6
6. Godaan Silvia
7
7. Silvia Menginap
8
8. Mentari Minta Adik
9
9. Kecelakaan
10
10. Diusir Dari Rumah
11
11. Pulang
12
12. Kedatangan Baraka
13
13. Kegalauan Kirana
14
14. Di Mana Bunda
15
15. Semua Gara-gara Kirana
16
16. Mentari Sakit
17
17. Mencari Kirana
18
18. Menantu Tak Dikenal
19
19. Dia Istri Saya
20
20. First Kiss
21
21. Permintaan Ibu
22
22. Cinta Atau Luka
23
23. Mulai Posesif
24
24. Patah Hati
25
25. Mari Bercerai
26
26. Ada apa?
27
27. Kejutan Ulang Tahun
28
28. Kejutan Lagi
29
29. Ngidam
30
30. Gara-Gara Motor
31
31. Sial
32
32. Terbongkar
33
33. Pernikahan Syifa
34
34. Pria Asing di Pesta Pernikahan Syifa
35
35. Ujian Kesabaran
36
36. Cemburu
37
37. Cemburu Lagi
38
38. Jangan Berpisah
39
39. Pengganggu
40
40. Ke Pantai
41
41. Honeymoon
42
42. Kembali Pulang
43
43. Kejutan Di Rumah Tristan
44
44. Demi Kamu
45
45. Drama Pagi Hari
46
46. Mengantar Makan Siang
47
47. Mendapat Perundungan
48
48. Tertawan
49
49. Asisten Baru
50
50. Permintaan
51
51. Memecat Silvia
52
52. Luluh
53
53. Silvia Berulah
54
54. Ultimatum
55
55. Di Rumah Sakit
56
56. Penjelasan
57
57. Jalan Pulang
58
58. Tersiksanya Tristan
59
59. Mari Bicara
60
60. Kedatangan Silvia
61
61. Teman Tristan
62
62. Kemarahan Tristan
63
63. Ayo Menikah
64
64. Pernikahan Silvia dan Lucky
65
65. Ke Makam Elita
66
66. Gula Kapas
67
67. Perbincangan Di Meja Makan
68
68. Kehilangan Rasa Percaya Diri
69
69. Ada Apa Dengan Silvia
70
70. Curhatan Silvia
71
71. Egois
72
72. Pertengkaran Membawa Nikmat
73
73. Menjenguk Silvia
74
74. Belanja Perlengkapan Bayi
75
75. Hubungan yang rumit
76
76. Saran Kirana
77
77. Siapa Yang Melamar Nabila
78
78. Saingan Berat
79
79. Cemburu Buta
80
80. Mengurai Masalah
81
Ingin Putus
82
82. Ternyata
83
83. Mengembalikan Cincin Tunangan
84
84. Kirana Jatuh
85
Ujian
86
86. Samudra
87
87. Si Gemoy
88
88. Tamu Tak diundang
89
89. Permintaan Aneh
90
90. Hari Bahagia
91
91. Thank You So Much
92
92. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!