Bab 18

Hampir satu jam Yaya duduk tegak di atas kasurnya. Matanya tidak lepas dari tangannya yang kena darah. Kepalanya masih terasa pening, namun tatapannya kosong kedepan. Ia tak bergeming sama sekali sampai sebuah suara ketukan di depan pintu kamarnya terdengar.

Gadis itu mengangkat wajah dan menatap ke pintu kamarnya yang masih terkunci. Tak ada tanda sama sekali ia akan berdiri. Dirinya hanya menatap lama kedepan tanpa berniat membukanya.

"Yaya."

ia kenal suara itu. Itu suara dokter Laska. Setelah lama diam, ia memilih untuk membuka pintu, membiarkan dokter Laska masuk. Caranya berjalan begitu tidak bersemangat. Siapa juga yang akan bersemangat coba kalau mengalami kejadian seperti tadi?

Saat pintu terbuka, mata dokter Laska membulat besar melihat keadaan gadis itu. Wajah, baju dan tangannya semuanya ada darah yang sudah mulai mengering. Laska lalu bertindak cepat memeriksa bagian yang terluka. Kepala bagian kirinya terluka cukup dalam dan perlu di jahit. Darahnya masih mengucur. Harusnya gadis itu dibawa ke rumah sakit.

Laska tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu. Gadis didepannya ini harus ditangani segera, tidak ada waktu lagi ke rumah sakit. Bisa-bisa ia kehabisan darah ditengah jalan. Tangan pria itu meraih lengan Yaya dan membimbingnya duduk di kursi depan meja belajarnya. Kemudian mulai memeriksa kepalanya yang terluka. Setelah memeriksanya, dokter itu mengeluarkan peralatan yang dibawanya untuk mulai menjahit. Pria itu selalu membawa peralatan medis kemanapun dia pergi. Tentu saja karena sudah terbiasa. Apalagi sebagai dokter, mereka harus siap setiap saat.

Lebih dari tiga puluh menit dokter Laska baru menyelesaikan jahitan di kepala Yaya. Empat jahitan dan kakak tiri gadis itu bilang kepalanya hanya tergores? Yang benar saja. Laska menggeleng tak habis pikir. Apa  perempuan itu tidak bisa lihat darahnya yang keluar begitu banyak? Yaya bahkan terlihat sangat pucat dan tidak bertenaga sama sekali. Kalau mereka tidak segera menghubunginya, Laska yakin keadaan Yaya akan makin serius.

Laska menatap gadis itu. Ada yang aneh. Semenjak tadi gadis itu tidak bicara bahkan meringis kesakitan sedikitpun. Padahal luka itu pasti rasanya sangat sakit. Tatapan gadis itu kosong, tak balik menatapnya sama sekali. Ada apa ini? Laska jadi penasaran. Apa yang sebenarnys terjadi? Kenapa dia bisa sampai terluka terluka? Apa yang menyebabkan senyuman dan tawa ceria tadi siang yang dilihatnya di RS mendadak hilang dari pemilik wajah manis ini?

Kedua tangan dokter Laska terangkat menyentuh bahu Yaya.

"Kau mau cerita?" tanyanya pelan, tidak memaksa. Ia selalu peduli pada gadis itu karena terlalu banyak orang yang menyia-nyiakan keberadaannya. Ia tahu Yaya punya kesulitan dengan keluarganya. Gadis itu beberapa kali cerita padanya.

Mata Laska turun ke luka di kepala gadis itu yang sudah dia perban. Kalau sampai luka itu akibat perbuatan papanya lagi, pria tua itu sungguh keterlaluan. Bahkan Laska sendiri tak mampu menahan rasa marahnya. Mana bisa ayah kandung sendiri  melakukan perbuatan kejam seperti itu?

"Aku ingin sendiri dulu." gumam Yaya pelan. Ia tahu dokter Laska sangat baik padanya. Tapi saat ini ia hanya ingin sendiri. Laska tersenyum, ia pria yang pengertian. Sekali lagi dirinya tidak mau memaksa kalau gadis itu memang belum siap cerita.

"Baiklah, jangan terlalu banyak pikiran." sih dokter menatap Yaya dan mengusap punggungnya pelan.

"Aku akan menjemputmu pulang sekolah besok. Kau harus diperiksa." tambahnya. Sebenarnya Yaya ingin menolak, tapi dokter Laska sangat baik padanya jadi gadis itu hanya mengangguk pelan, setuju-setuju saja.

"Ya sudah. Kalau begitu aku pulang sekarang." pamit sang dokter. Ia menatap ruangan kamar yang serba hitam itu sebentar, lalu keluar.

Yaya mendesah panjang setelah kepergian sang dokter. Ia tiba-tiba teringat Gavin, cowok yang membuatnya ingin terus bertahan hidup. Seulas senyum tersungging di bibirnya. Lupakan kejadian malam ini, itu sudah terbiasa terjadi bukan?

Yaya mengedarkan pandangannya ke tempat tidur lalu melangkah meraih hpnya. Ia mencari kontak Gavin dan menelpon pria itu. Telponnya masuk tapi tidak di angkat. Ia terus menelpon berkali-kali tapi tetap sama. Gavin tidak mengangkat.

Hufftt...

Gadis itu menghembuskan nafas pelan. Sesaat kemudian ia mendapat ide lain. Seingatnya, Bintang sering banget nangkring di rumahnya Gavin. Pasti sekarang cowok itu ada di sana. Tak berhenti di situ saja, Yaya lalu beralih mencari nomor kontak Bintang bermaksud menelponnya tapi terhenti ketika menyadari sesuatu.

Ia memiringkan kepalanya kesamping kiri, melirik sebuah jam besar yang tertempel di dinding. Sudah jam tiga pagi. Gadis itu tersenyum bodoh. Bisa-bisanya ia lupa waktu dan menelpon Gavin di jam begini. Wajar saja tidak di angkat, pasti karena cowok itu sudah tidur. Yaya berusaha menghibur dirinya sendiri dengan berpikir begitu. Ia tahu Gavin memang tidak akan mengangkat telponnya meski lelaki itu belum tidur, karena selama ini memang begitu. Gavin tidak pernah mau mengangkat telponnya satu kali pun. Gadis itu tersenyum kecut, ia merasa menjadi gadis memalukan yang mengemis-ngemis cinta pada laki-laki yang sama sekali tidak menyukainya.

                                ***

"Gue masih heran, kenapa tuh cewek tergila-gila banget sama lo." seru Bintang terus melirik ke hp Gavin yang akhirnya berhenti berdering. Ada sebanyak tiga puluh dua kali panggilan dan nama Yaya di sana yang sengaja di ganti oleh Bintang dengan permen karet. Yah, dirinyalah yang menyimpan nomor hp gadis itu di ponsel Gavin dan sembarangan mengganti namanya. Meski sengaja menjuluki Yaya seenaknya, Bintang masih merasa lumayan peduli karena Gavin sepertinya tidak pernah berniat untuk menyimpan nomor gadis itu. Padahal tuh cowok sendiri yang meminta nomor Yaya beberapa waktu  lalu. Dasar cowok aneh. Minta nomor cewek tapi gak berniat di simpan aneh bukan?

Pandangan Bintang berpindah ke Gavin. Mereka berdua masih asyik main game semalaman.

"Lo yakin gak inget apa yang udah lo lakuin sampe dia segitunya ngejar-ngejar lo?" tanyanya memastikan. Gavin menatapnya malas. Ia tak mau memikirkan gadis itu lagi, tidak penting. Ia masih kesal dengan kejadian di atas rooftop, saat dirinya mendapati Yaya tengah berduaan dengan kakak kelas mereka.

"Bukannya sudah jelas." ucapnya datar.

alis Bintang terangkat.

"Maksud lo?" tanyanya bingung. Cowok sepintar Gavin ini suka bicara tidak jelas kalau topik obrolan mereka adalah Yaya.

"Gue ngantuk. Lo pulang gih." balas Gavin lagi tidak berniat menjawab Bintang dan melemparkan diri ke kasur, membiarkan Bintang yang hanya terbengong-bengong menatapnya. Gavin sendiri sudah merasa tidak semangat lagi saat Bintang membahas soal Yaya. Ia melirik ponselnya yang full dengan panggilan tak terjawab dari Yaya. Lalu mendesah panjang.

Terpopuler

Comments

Anjar Angel Part II

Anjar Angel Part II

udah berapa bab bikin q nyesek 😭

2024-01-20

3

Yaniezta

Yaniezta

nangis ampe idung meler huhuuu

2024-01-15

0

Ika Lilik

Ika Lilik

terus lah tersenyum yaya, ttup kesedihan dgn senyuman, agar orang yg merendahkan mu menyesal 😘😘😘

2024-01-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 bab 107
108 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Extra part
115 Extra part 2
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
bab 107
108
108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Extra part
115
Extra part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!