Bab 17

"Darimana kamu bawa kakek ini?" tanya dokter Laska penasaran.

Yaya menatapnya.

"Ini tuh kakek Jaya, tetangganya bi Mira mantan pengasuh aku." Ia menjelaskan. Jawaban gadis itu menghilangkan rasa penasaran Laska. Sang dokter tersenyum, ia merasa lega karena Yaya terlihat semakin membaik dan lebih ceria semenjak ia bertemu dengan seseorang yang pernah ia ceritakan dulu.

Tentu saja sebagai dokter pribadinya, Laska merasa senang. Apa sih kebahagiaan seorang dokter selain melihat pasiennya sembuh dan hidup seperti normal seperti orang lain, khususnya melakukan apa yang mereka mau.

"Oh iya!" seru Yaya sontak sang dokter menatapnya bingung. Yaya berjinjit bermaksud ingin berbisik ditelinga sih dokter sayangnya tinggi mereka jauh berbeda. Tinggi badannya hanya mencapai bahu dokter Laska hingga membuatnya agak kesusahan. Untung dokter Laska bukan tipe orang galak kayak kakak kelasnya sih Savaro itu.

Dokter tampan itu berinisiatif membungkukkan badannya supaya gadis itu bisa leluasa berbisik.

"Jangan bilang ke papa kalau aku ke sini yah." bisik Yaya akhirnya. Sekali lagi dokter Laska tersenyum lalu mengangkat jempol didepan wajah gadis itu. Tentu dia tahu hubungan Yaya dan papanya sekarang ini tidak begitu baik, tidak mungkin juga dia melapor kalau ujung-ujungnya hanya akan membuat pasiennya stres. Setelah cukup lama berbincang, dokter Laska kemudian meninggalkan mereka karena masih ada pasien lain yang harus ia urus.

Yaya duduk dibagian kiri tepi ranjang menunggu kakek Jaya terbangun. Tangannya terangkat mengusap-usap rambut sih kakek yang hampir semuanya sudah beruban. Gadis itu tertawa kecil. Pasti kalau dirinya tua, akan beruban seperti ini juga. Semoga saja waktu itu dia sudah jadi istri Gavin. Yaya tersenyum malu-malu membayangkan betapa senangnya dirinya jika menjadi istri seorang Gavin. Semoga saja keinginannya bisa terkabul.

                                  ***

Yaya berjinjit saat memasuku kawasan kediaman keluarganya. Setelah dilihatnya cukup aman, ia lalu mengendap-endap memasuki rumahnya. Gadis itu amat berhati-hati agar tidak ketahuan.

Sekarang jam sudah menunjukkan  hampir jam satu malam dan ia baru sampai rumah. Dia harus menjaga kakek Jaya sampai bi Mira datang gantiin dia. Jadinya dia telat pulang, dan ia lupa sekali kalau hari ini papanya ada di rumah. Bukannya takut dimarahi, ia hanya merasa capek mendengar semua omelan papanya. Kalau pria tua itu sudah marah pasti akan mengungkit-ngungkit masa lalu. Dan kalau sudah mulai mengungkit masa lalu, mereka akan bertengkar. Gadis itu hanya mencoba menghindari pertengkaran dengan sang ayah.

"Darimana saja kamu!"

Belum sampai setengah jalan ke kamarnya, lampu ruang tengah tiba-tiba menyala. Menghentikan langkah Yaya. Gadis itu memiringkan kepala menoleh ke papanya yang sedang duduk di sofa sambil menatapnya penuh kemarahan. Daripada takut, ia memilih menunjukkan sikap berani dan menantang menatap papanya. Meski dalam hati sebenarnya ia takut. Tapi apa boleh buat, ia tidak boleh terlihat lemah.

"Dari rumah temen." sahutnya asal. Hanya itu alasan yang terpikir dipikirannya sekarang. Papanya mencibir.

"Jangan bohong kamu. Papa sudah  dengar dari Sara kamu ke bar."

"Hah?!" Yaya melongo. Ke bar? Yang benar saja. Bahkan sampai sekarang dirinya belum pernah masuk ke tempat yang disebutkan papanya itu.

Yaya sungguh tidak habis pikir kenapa Sara suka sekali mencari gara-gara dengannya. Lagian papanya juga malah terus saja percaya sama sih cewek munafik itu. Memangnya ada bukti gitu dia ke bar? Gadis itu tersenyum sinis. Jangan-jangan papanya memang sengaja lagi mau memakai kesempatan ini agar bisa memarahinya. Pria tua itu kan masih menyalahkannya karena kepergian sang mama.

"Mau jadi apa kamu? Kamu mau bikin malu papa hah?" bentak pria tua itu lagi dengan nada tinggi. Mau tak mau emosi Yaya ikut naik.

"Iya! Aku jadi kayak begini juga kan karena papa." balas gadis itu dengan nada yang tak kalah tinggi. Mau bagaimana lagi, ia sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya karena papanya terus menyalahkannya.

"Anak kurang ajar kamu!"

Sebuah gelas yang berisi air di atas meja melayang mengenai kepala Yaya dan jatuh ke lantai bersamaan dengan bunyi pecahan. Gadis itu terdiam ditempatnya. Ia merasakan sakit dikepalanya. Tangannya terangkat perlahan memegangi kepala bagian kirinya. Ia bisa merasakan darah segar dari kepalanya bercucuran mengenai tangannya. Sakit? Tentu saja dia merasa sakit, tapi berusaha keras menahan rasa sakitnya. Pandangannya tetap lurus menatap papanya yang sama sekali tidak terlihat khawatir atau merasa bersalah sama sekali.

Yaya tersenyum miris. Hatinya terluka. Rasa sakit akibat luka itu tiba-tiba hilang. Ia tidak bisa merasakan sakit itu lagi karena terlalu sibuk memikirkan hatinya yang berkali-kali lipat lebih sakit. Sebenci itukah papanya padanya? Apa dirinya di hati pria tua itu sudah tidak berarti lagi?

"Yaya, kamu nggak kenapa-napa kan?"

suara mamanya Sara memecah keheningan. Wanita paruh baya itu  berlari ke arahnya sambil menunjukkan raut wajah khawatir yang dibuat-buat. Yaya merasa muak melihatnya, ingin sekali ia memaki mereka tapi dirinya tidak punya tenaga lagi. Sialan. Ia tidak berguna. Kali ini gadis itu mulai merasa pusing. Kepalanya pening dan ia merasa seperti mau jatuh. Namun sekali lagi ia memaksakan diri agar tidak terjatuh. Lalu menghempas kasar tangan mama tirinya yang mencoba memegangi lengannya kemudian berbalik pergi dari situ begitu saja. Masih melekat di hatinya betapa kejamnya sang papa terhadapnya.

"Sara, telpon dokter Laska suruh kesini sekarang!"

gadis itu masih bisa dengar perintah mama tirinya ke Sara sebelum ia benar-benar menghilang masuk ke dalam kamar. Tapi Yaya sama sekali tidak merasa lega dan berterimakasih, ia malah tertawa merendahkan. Munafik, tukang cari perhatian. Pasti dalam hati mereka mengutuknya supaya cepat mati. Ia tahu istri baru papanya itu sengaja mau cari perhatian di depan sih pria tua. Dan pastinya mereka senang melihat dirinya diperlakukan seperti ini oleh ayah kandung sendiri.

Terpopuler

Comments

Mamay Maimunah

Mamay Maimunah

ya Ampun sampai segitunya, dari beberpa cerita yg aku baca. banyak cerita yg menceritakan bahwa salah satu anggota keluargnya meninggal dan menyalahkan anggota keluarga lainnya.. miris bgt sih klw di dunia nyata bener ini terjadi. seharusnya bisa di renungi lagi, ajal seseorang siapa yg tau...

2024-05-10

0

ary

ary

itu sih orang tua kurang ajar namanya, sejelek"nya si Yaya itu darah dagingmu sendiri apalagi ada yg bilang bahwa cinta pertama anak perempuan itu adalah ayahnya, sedangkan anda sebagai ayahnya telah menorehkan luka yg amat dalam ke diri Yaya.

2024-04-19

0

she_cookiez

she_cookiez

hiks hiks hikss

2024-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 bab 107
108 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Extra part
115 Extra part 2
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
bab 107
108
108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Extra part
115
Extra part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!