Aldin tiba di Jakarta saat Dewa masih jatuh koma. Ia melihat sendiri bagaimana wanita itu setiap hari terus menangis diam-diam di sudut rumah sakit. Tapi Zoya selalu mencoba terlihat tegar jika didepan Dewa, belum lagi wanita itu juga harus bolak-balik mengurus anaknya yang masih bayi.
Saat itu benar-benar saat dimana Zoya kalah dan hancur, Aldin tentu tidak tega melihat wanita yang dicintainya selalu bersedih seperti itu. Ia akhirnya nekat untuk menemui Dewa yang sedang koma, ia marah dan memaki-maki pria itu agar pria itu sadar dari tidur panjangnya.
Dan ternyata cara itu berhasil membuat Aldin sedang karena bisa melihat kembali senyuman indah dari wajah cantik Zoya yang telah lama hilang.
"Al, terima kasih sudah mau membantu suamiku sampai bisa sembuh kembali. Aku tidak tahu harus membalas kebaikanmu seperti apa," ucap Zoya memandang Aldin penuh rasa terima kasih.
"Aku tidak melakukan apapun Zoy, ini memang sudah waktunya Dewa sembuh. Dia masih banyak tugas untuk menjagamu dan anak-anak kalian. Bukan malah enak-enakan tidur," seloroh Aldin mencoba mencarikan suasana.
"Ya, aku juga tidak akan rela jika istri dan anakku harus hidup bersamamu," sahut Dewa menanggapi dengan wajah seriusnya.
"Dan apakah kau pikir Zoya akan mau denganku begitu? Aku bahkan berani taruhan, dia pasti akan menolak ku lagi," ujar Aldin tersenyum kecut, meskipun Dewa pergi, Zoya juga tidak akan mau dengannya.
"Baguslah kalau kau sadar posisimu," ujar Dewa tersenyum sombong. Bukankah Aldin sudah mencobanya selama lima tahun? Tapi tidak sedikitpun hati Zoya berpaling dari Dewa.
"Dewa!" seru Zoya memperingatkan, ia tidak mau keadaan memanas jika mereka masih membahas hal yang sama.
"Ya ya baiklah Nyonya besar, aku tidak akan membahas hal ini lagi." Dewa tidak lagi membantah, ia mencium pelipis sang istri sebagai tanda permintaan maafnya.
Aldin sendiri langsung membuang muka saat melihat pemandangan menyakitkan itu.
"By the way Al, aku datang kesini sebenarnya ingin mengundang mu ke acara syukuran kesembuhan Dewa. Kami juga sekalian ingin memberikan nama untuk anak kedua kami," ujar Zoya kembali ke niat awal mereka datang menemui Aldin.
"Kapan acaranya?" Tanya Aldin, ia harus kembali ke Negara X karena sudah cukup lama ia berada di Jakarta.
"Besok Al, kau harus datang pokoknya. Kau tidak ingin bertemu dengan Rayden?" kata Zoya tidak mungkin melupakan bagaimana kebaikan pria ini padanya dulu.
"Ya benar, kau juga sudah lama tidak bertemu dengan Ayah," sahut Dewa ikut menimpali.
"Baiklah, aku akan datang besok." Aldin menyetujui undangan itu, anggap saja sebagai pertemuan terakhir mereka sebelum ia benar-benar pergi ke Negara X.
******
Rere berlari sekuat tenaga begitu ia tiba di perumahan Elit yang menjadi tempat pemotretannya. Sekarang sudah jam 9 lebih dan ia belum tiba di lokasi, ia pasti nanti akan mendapatkan teguran dari seniornya karena datang terlambat.
Setelah ia berlari dan hampir saja menyerah, akhirnya ia tiba di rumah megah yang sedang mengadakan acara itu. Ia langsung menunjukan ID card miliknya agar diperbolehkan masuk. Rere tidak sempat mengagumi bagaimana indahnya dekorasi pesta itu, begitu datang, ia langsung disemprot oleh seniornya.
"Baru asisten aja belagu, belum jadi bos padahal," gerutu Rere kesal jika mengingat seniornya itu, wanita sombong yang suka semena-mena kepada junior seperti dirinya.
"Habis ini acaranya akan dimulai, lu ambil gambar yang bener. Jadi anak baru nggak usah belagu mau cari perhatian sama Bagas," tukas Mitha senior wanita Rere, wanita itu memang menyimpan dendam tersendiri kepada Rere karena pria yang dicintainya dekat dengan Rere.
"Iya, Kak." Rere hanya menyahut malas, sudah terlalu biasa menghadapi kekesalan Mitha yang tanpa sebab itu.
Rere langsung mencoba kameranya setelah ia menyiapkannya. Ia mencoba memfoto beberapa bagian tertentu. Namun, saat ia membidik ke arah taman, kameranya tidak sengaja menyorot seorang pria yang begitu familiar.
"Sial! Dia kan pria itu?" umpat Rere segera berbalik untuk melarikan diri, sungguh ia tidak ingin bertemu pria asing yang telah mengambil kesuciannya itu.
Tapi semuanya terlambat, karena Aldin sudah lebih dulu melihat Rere. Meskipun mereka hanya bertemu sekali, tapi ia tidak akan lupa dengan wanita yang pernah men de sah dibawahnya. Ia sedikit tidak menyangka jika akan bertemu wanita itu disini, padahal ia hampir saja melupakan wanita itu karena sudah dua bulan berlalu.
Sepanjang acara Dewa berlangsung, ia tidak melepaskan tatapan matanya dari sosok Rere yang sibuk membidik jalannya acara.
"Kenapa sih dia ngelihatin aku terus?" Rere rasanya ingin punya kantong ajaib Doraemon agar bisa melarikan dari tempat itu secepat mungkin.
Padahal jika saat bekerja, Rere adalah orang yang sangat betah, tapi kali ini ia benar-benar tidak ingin bertemu Aldin. Ia masih benci dengan kejadian itu, ia benci karena kecerobohannya, ia malah kehilangan satu-satunya miliknya yang paling berharga.
"Kak Bagas, acaranya udah selesai 'kan? Aku langsung balik ya, nanti aku kirim file nya lewat email," ucap Rere terburu-buru memasukan kameranya ke dalam tas.
"Buru-buru banget kenapa? Kamu nggak makan dulu?" Bagas menatap Rere dengan heran, ia tentu hafal kebiasaan Rere yang tidak akan melewatkan makan jika ada acara besar seperti itu.
"Biarin aja sih gas, ngapain juga ngurusin dia," celetuk Mitha semakin tidak suka saja karena Bagas terang-terangan menunjukkan perhatiannya.
Rere hanya memutar bola matanya malas, tanpa menggubris perkataan Mitha, ia segera memakai tasnya lalu pergi meninggalkan tempat itu. Rere keluar dari pintu belakang karena bagian depan penuh dengan tamu.
Namun, saat ia baru saja ingin berbelok keluar dari ruang belakang, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang lalu tubuhnya dihimpit di dalam toilet yang begitu sempit.
"Akhhhhhhh!" Rere berteriak terkejut.
"Diam!" Aldin langsung membungkam mulut Rere dengan telapak tangannya.
Mata Rere membulat sempurna saat melihat sosok pria yang mati-matian ia hindari, kini malah berdiri di depannya. Ia reflek langsung mendorong pria itu dengan kasar hingga tangan Aldin terlepas.
"Mau apalagi kau!" Bentak Rere begitu kesal, tatapan matanya tajam pada pria yang ia nilai sangat kurang ajar itu.
"Oh, aku pikir kau sudah melupakanku, wanita liar," ucap Aldin menatap Rere tidak kalah tajamnya.
"Aku memang sudah melupakanmu, untuk apalagi kau menemuiku? Bukannya kau harusnya senang karena tidak perlu tanggung jawab setelah mendapatkan apa yang kau mau?" ujar Rere mengepalkan tangannya erat, ia marah kepada pria ini, tapi ia lebih marah kepada dirinya sendiri, ia yang sudah lalai hingga ia kehilangan kesuciannya.
"Yang aku mau? Bukannya terbalik? Kau yang lebih dulu mendatangiku, Nona." Aldin mengulas senyum sinis begitu mendengar ucapan Rere.
"Dan apakah kau pikir aku bodoh? Jika kau memang tidak mau, kau tentu tidak akan melakukan hal itu padaku, dasar cabul!" seru Rere semakin emosi saja rasanya.
"Terserah kau mau menyebutku apa. Yang jelas, aku kesini ingin memastikan sesuatu," ucap Aldin tiba-tiba merangsek maju dan mendekatkan dirinya pada Rere.
"Kau mau apa?" seru Rere melotot lebar, ia mendadak begitu gugup saat tubuhnya kembali bersentuhan dengan Aldin, apalagi mencium bau harum dari pria itu.
"Aku harus memastikan kau hamil anakku atau tidak."
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Bucinnya Rajendra 💞
Lanjut dong Thor
2023-03-05
1