Khayla tak lagi mengikuti mata pelajaran, moodnya sudah benar benar rusak. Sesuatu yang dari dulu ia inginkan, kini memang terjadi tetapi tidak sesuai ekspektasi. Rasa kecewa itu kian menjalar dihati kecilnya.
Ia berjalan menyusuri jalanan siang itu dengan tatapan kosongnya. Pipinya terasa kebas, mungkin sudah memerah atau bahkan membengkak dan memar. "gimana perasaan mama kalau tau kejadian tadi.."gumam Khayla dengan wajahnya yang sendu.
Untuk masalah Sila, ia sama sekali tidak menyesalinya, apalagi memang dendam itu sudah sangat menggunung dihatinya.
"tapi kalau pulangnya jam segini pasti mama bakal curiga" Khayla menggaruk kepalanya bingung. Ia hendak berjalan kearah pedagang kaki lima untuk membeli minum karena saat ini dirinya benar benar haus tapi kerumunan didepan sana menarik perhatiannya. Seketika itu dahaga langsung hilang, dengan cepat ia berlari kearah kerumunan untuk melihat apa yang terjadi.
"ada apa ini pak?" tanya Khayla pada seorang bapak bapak karena begitu banyak orang membuatnya tak dapat melihat apa yang dikerumuni.
"ada orang kecelakaan dek," Khayla berusaha untuk melihat tetapi tubuhnya yang terbilang kecil membuatnya tak bisa.
Terdengar kusuk kusuk orang yang terus saja menebak mungkin para korban telah tewas. "kecelakaan apa itu pak?" Khayla yang penasaran kembali bertanya.
"tadi sebuah truk menabrak seorang pengendara motor dengan penumpangnya dek, kemungkinan keduanya tewas"
Khayla mengangguk angguk, tapi perasaannya tidak tenang. 'mama lagi ngapain yah' gumamnya yang tiba tiba teringat sang mama.
"terus truknya kemana pak?"
"truknya kabur dek, ada beberapa warga yang mengejarnya sekarang masih dihubungi polisi dan ambulance"
Khayla mengangguk lagi tapi perasaannya makin tidak tenang saja saat orang orang terus histeris bahwa kedua korban telah tewas. Pikirannya juga kini berlari jauh ke Asep yang merupakan seorang pengendara juga. 'ah dasar pikiran bodoh,' Khayla memukul pelan kepalanya.
"ada apa dek?" tanya bapak itu saat melihat aksi Khayla barusan.
"eh gak pa-pa pak, kepala saya tiba tiba sakit" bohong Khayla.
Khayla merasa lucu pada pikirannya yang mulai berlarian. Tapi ia merasa sangat ingin melihat para korban itu. Tak lama kemudian datanglah polisi dan ambulance membuat para warga membuka jalan.
'motornya..' pandangan Khayla menangkap sebuah motor bebek berwarna kuning, mirip sekali dengan motor asep.
Khayla segera berlari mengekor dibelakang polisi. Kakinya kini sudah bergetar melihat motor yang sebagian penyot didepannya dengan bercampur banyak sekali darah. 'i-itu motor Asep'
Pandangan Khayla kini beralih pada kedua korban yang tergeletak bersimbah darah dengan beberapa bagian yang kini hancur. Kepalanya menggeleng tak percaya, ingin berteriak dan menangispun rasanya sudah tak sanggup, kenyataan didepannya tak bisa Khayla elak lagi. Tubuhnya bergetar dengan wajah yang pucat tak lama kemudian ia ambruk disamping kedua korban yang telah tewas itu.
...………...
"mamah," Khayla yang baru sadar memandangi sekelilingnya yang terlihat asing.
"mah, mama dimana?" Khayla terus celingak celinguk tetapi tidak mendapati apa yang ia cari dia juga baru tersadar jika saat ini dirinya diinfus, pasti ini dirumah sakit pikirnya.
Khayla segera mencabut selang infus itu, sungguh tak ada sedikitpun sakit yang ia rasakan. Mimpi buruk tadi sudah menghilangkan semua rasa dihatinya, yang ingin dilakukannya sekarang adalah bertemu mamanya dan Asep tapi kenapa dirinya malah dirumah sakit.
"mamahhh, Aseppp" Khayla berteriak diluar kamar rumah sakit yang tadi ditempatinya membuat dua orang perawat datang menghampirinya.
"Dek tenang dulu, ini dirumah sakit" ucap salah seorang perawat itu.
"dimana mamah aku, dimana mamah?!" Khayla memegang bahu salah satu perawat itu dan mengguncangnya keras.
"dek kenapa infusnya dilepas?" Perawat yang hendak meraih tangan Khayla kini dihempaskannya kasar.
"dimana mama akuu!!!" bentak Khayla karena dari tadi tak mendapat jawaban. Para perawat itu juga bingung karena Khayla dibawa tanpa adanya wali, kata seorang polisi tadi Khayla pingsan karena melihat kedua korban yang bersimbah darah.
"maaf dek," perawat tersebut menjelaskan yang diketahuinya tadi membuat tubuh Khayla kembali lemas seketika. Apakah tadi itu nyata? Apakah kedua korban tadi mamanya dan Asep?
"nggak, Itu mimpi,," ucap Khayla hampir tanpa suara. "bawa aku ke mamaku," kini sudah tidak terbendung lagi air mata itu. Seakan semua tenaganya terkuras habis.
Kedua perawat itu masih bingung tiba tiba datang seorang polisi membawakan ponsel Khayla yang tadi sempat terjatuh.
"ada apa ini?" polisi itu bertanya saat melihat seorang gadis yang menangis tersedu dilantai dengan terus menggumamkan kata mama dan Asep.
"sepertinya adek ini keluarga korban kecelakaan tadi pak" jelas salah seorang suster. Ia mensejajarkan tubuhnya dengan Khayla lalu memeluk gadis yang terlihat tak berdaya itu.
"tolong bawa aku ketemu mamaku, dia pasti masih hidup..Asep juga kuat dia nggak mungkin lemah begitu" kedua perawat itu mengangguk. Mereka membangunkan Khayla menuntunnya untuk berjalan tetapi kaki gadis itu seperti tak bertulang membuatnya didorong menggunakan kursi roda menuju kamar j*****h dimana kedua orang terkasihnya itu berada.
Napas Khayla seakan berhenti, apakah ini benar benar nyata? Kain putih itu dibukanya satu persatu. Khayla menggeleng masih berharap kenyataan didepannya itu bukanlah sebuah kenyataan.
rasanya menangispun tak sanggup, Khayla kembali jatuh pingsan. Saat ini ia hanya mempunyai sang mama, dan temannya juga hanyalah Asep, dengan teganya takdir mempermainkan dirinya.
...………...
Sehari berlalu, kini Khayla sudah benar benar sendiri. Kedua orang terkasihnya telah dimakamkan dengan bantuan warga sekitar karena Asep merupakan seorang yatim piatu dan hidup sebatang kara sedangkan Ibu Ana, hanya dirinya dengan Khayla. Warga disana sangat baik semua, mereka mengumpulkan dana sendiri untuk acara pemakaman dan lainnya untuk kedua orang itu, bahkan ada seorang tetangganya yang menawarkan untuk Khayla tinggal dengannya, kebetulan dirinya juga janda dan sebatang kara.
Menurut Khayla, mamanya masih ada, orang orang itu hanya bercanda saja.
"mama, mah" Khayla Khayla yang baru bangun tidur mencari mamanya kedapur saat mamanya tak menyahut kemudian dia kekamar mamanya tetapi tak mendapati sesosok yang ia cari.
"mahh, mamahhh," Khayla terus berteriak tetapi tak kunjung menemukan apa yang dia cari.
"mahh, jangan kayak gini mah, Ila takutt" Khayla duduk dipojok ruang tamu sambil memeluk lututnya dan menangis.
Ini sudah hari ketiga Khayla hidup sendiri. Kali ini dia sudah benar benar menyadari bahwa mamanya sudah tidak lagi bersamanya.
...****************...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments