Pak Bara memicingkan kedua matanya saat menyadari ada kejanggalan dari kedua siswanya itu. "kalian dari mana saja"
"dari rumah pak"
"kantin"
Jawab keduanya bersamaan membuat guru muda itu kembali menatap curiga keduanya. "rumah? kantin? Ini jam berapa? Seharusnya kalian mengetahui kapan waktu bermain dan kapan jam pelajaran akan segera dimulai"
"dan juga" pak Bara mengisyaratkan tangannya pada pemuda disampingnya itu mendekat dan mengambil sesuatu dari kerah baju pemuda itu. "ini apa?" pak Bara beralih pada Khayla dan mengambil sesuatu yang sama dari rambutnya.
"benarkah kalian berdua tidak bersama?" tanya guru muda itu lagi.
"i-itu pak," Khayla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sedangkan Keno, pemuda itu hanya diam dengan raut wajah datarnya.
"kalian sepasang kekasih?" Khayla menggeleng. "bukanlah pak, mana mungkin datar itu pacar aku" sanggah Khayla.
"lalu?" Pak Bara mengangkat dua daun dari pohon yang sama menunjukkan pada siswa siswi yang lainnya. "menurut kalian dari mana dua daun yang sama ini berasal?"
Para siswa tak dapat menjawab, terlihat semuanya diam. Pak Bara mengerti situasi sekarang ini, rupanya pemuda yang berdiri disampingnya sedang ditakuti. Sedangkan dibelakang sana seorang sedang menahan geram. 'awas aja lo, gue adui ke Sila' dialah Riva, sahabat dari anak pemilik sekolah ini yang merasa tidak suka jika benar Khayla sedang dekat dengan Keno.
Pak Bara menyimpan kedua daun itu, kemudian beralih membuka absen. "sudah berapa kali kamu tidak masuk kelas" Keno masih diam dengan raut wajahnya yang datar.
"kamu juga, disini sering sekali bolos" Pak Bara beralih menatap Khayla. "mulai sekarang absen ini tidak boleh kotor lagi, kalau sampai saya melihat ada alpa atau bolos maka orang tua kalian harus menghadap"
"loh pak, selama ini guru lain diam aja kok" Khayla tak terima dengan keputusan Pak Bara.
"sudah saya bilang, jangan pernah samakan saya! Kalian duduklah" keduanya lalu duduk ditempat masing masing.
Hari ini bukan jam pelajarannya Pak Bara, ia masuk hanya untuk mengecek siswa siswinya saja ternyata sesuai dugaannya kedua manusia itu lagi.
"saya akan keluar, dan kalian berdua tidak boleh bolos lagi, saya tidak main main"
Setelah mengatakan itu, Pak Bara meninggalkan kelas yang sunyi sepi. Sedangkan Khayla mulai asik dengan ponselnya menunggu mata pelajaran berikutnya masuk. Ternyata ancaman guru muda itu cukup membuatnya takut. Ia takut ibunya akan sedih jika mengetahui kelakuannya yang tidak pantas.
dukkk
"awww" sebuah buku melayang tepat dikepala Khayla bersamaan dengan dirinya yang meringis kesakitan.
belum sempat kesakitan itu hilang kini rambutnya dijambak lagi dengan sangat kuat membuatnya mendongak. "berani ya lo merebut milik gue!!" bentak orang yang menarik rambutnya. Dia adalah Arsila Darmawan, putri pemilik sekolah ini.
"heh gila!!" Khayla melepas paksa tangan Sila dari rambutnya lalu memelintir tangan gadis itu membuat sang empunya berkeriak kesakitan.
"ahh tolong!" seluruh siswa dikelas yang dari tadi menonton kini mendekati Khayla dan melepas paksa tangan gadis itu.
"hikss hiksss hikss, sakittt" Sila menangis dengan dibuat buat berharap semua orang akan menghakimi Khayla terutama Keno. Memang semuanya langsung menghakimi Khayla, tapi tidak dengan Keno.
Khayla yang masih marah sontak saja dia meninju kuat perut Sila yang berada didepannya membuat Sila jatuh pingsan. Sudah tidak peduli lagi, persetan dengan ancaman pak Bara.
para siswi berteriak histeris begitupun beberapa siswa yang mengidolakan Sila. Semua siswa disekolah adalah orang orang berada, hanya ada beberapa yang perekonomiannya dibawah karena mendapatkan beasiswa begitu juga dengan Khayla. Semuanya menatap penuh benci pada Khayla yang hendak keluar kelas tapi tangan seseorang menahannya.
"mau kemana lo" ucap si ketua kelas, Reno.
"iya, jangan biarkan dia kabur!" ucap Riva dengan air mata yang menurut Khayla air mata yang dibuat buat.
Khayla berusaha kuat melepas ganggaman tangan pemuda itu tetapi sangat kuat sekali. Seketika ide cemerlang melintas diotaknya.
"aww gila ya lo!!" teriak Reno yang kesakitan akibat Khayla yang menggigit tangannya dengan sangat kuat hingga hampir mengeluarkan darah.
Saat tangannya terlepas, Khayla segera berjalan keluar meninggalkan seisi kelas yang masih heboh.
'enak aja dia ngelakuin gitu ke gue' . Khayla berjalan menuju taman sekolah yang saat ini masih sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung.
Baru saja ia hendak memasangkan earphone ditelinganya, kini sudah terdengar lagi namanya yang di sebutkan dipengeras suara yang berada disetiap sudut dan kelas sekolah itu.
Khayla dengan malas berjalan keruang kepsek, akhir akhir ini dirinya tidak lagi dipanggil di ruang bk tetapi di ruang kepsek. Dia bukan orang yang suka lari dari masalah, apapun itu akan dihadapinya.
Tok tok tok
Khayla yang sudah tiba diruang kepsek segera mengetuk pintu. "masuk" suara dari dalam membuat Khayla membuka pintu dan masuk.
Khayla berdiri mematung dipintu. Disana tak hanya kepsek saja, ada seorang pria dengan kisaran usia sekitar 50-an tahun yang merupakan ayah Sila, ada juga pak Bara yang kini sedang menatap dirinya dengan tajam.
"duduk Anugerah" ucap pak kepala sekolah kepada Khayla yang masih berdiri dipintu membuat gadis itu mengangguk patuh.
Khayla yang hendak menduduki kursi disamping ayah Sila, tetapi pria paruh baya itu langsung bangun dan..
Plakkk
Sebuah tamparan keras kini didapatkan Khayla membuatnya hampir saja tersungkur tetapi pak Bara menahannya. Suasana diruangan terasa sangat tegang, selama ini setiap Khayla berbuat masalah Ayah Sila selalu membelanya dan tak ingin Khayla dikeluarkan tetapi mungkin perbuatan gadis itu sudah keterlaluan apalagi benar benar menyakiti putri semata wayang pemilik sekolah itu hingga tak sadarkan diri.
Khayla mengangkat perlahan wajahnya, pipi kirinya kini sudah memerah dengan bekas tangan pak Darmawan itu. Ia menatap pria yang tadi menamparnya dengan senyum mengejek. "hanya itu kakuatan mu pak? Aku bahkan meninju satu kali perut putrimu tapi dia langsung pingsan" Khayla terkekeh.
"kamu!!"
Darma hendak menampar kembali gadis itu tetapi tangannya ditahan oleh pak Bara, guru muda itu terlihat kurang menyukai yang diperbuat pengusaha itu. "maaf pak, ini sudah termasuk kekerasan" tegurnya. Kepala sekolah hanya diam menyimak saja, haknya adalah memimpin sekolah dan saat ini yang dihadapannya adalah pemilik sekolah tersebut.
"apa begini cara ibumu mendidikmu!" bentak pak Darma berapi-api.
"anda benar, ibuku mendidikku agar bisa melindungi diri, tidak peduli dengan siapa lawanku..ibuku mendidikku untuk selalu kuat karena aku tidak punya peran seorang ayah" ucap Khayla dengan suara bergetar.
"ibuku tidak mau aku ditindas oleh orang orang berada seperti dirinya" Khayla menghapus air yang keluar dari sudut matanya kemudian berlalu pergi.
"jangan biarkan istri saya bertemu dengannya pak" setelah mengatakan itu pak Darma segera keluar.
"tidak ada hukuman pada gadis itu pak?" pak Bara bertanya pada pak kepala sekolah yang masih terlihat bingung itu.
"sudah berulang Anugerah membuat kesalahan tetapi pak Darma tidak mau kami memutus beasiswanya. Mungkin pak Darma kasihan dengan dia yang sudah tidak punya ayah lagi" pak Bara mengangguk meskipun bukan itu yang dia pertanyakan tadi tetapi sekarang itu juga sedang menjadi sebuah persoalan baginya.
...****************...
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments