bab 4. petunjuk

"Coba lihat ke plafon, gunakan senter....! agar bisa melihat dengan leluasa. takut ada orang yang bersembunyi di atas," seru pak polisi setelah lama berpikir. karena Saung itu memiliki plafon, tempat penyimpanan perkakas pertanian.

Sarkowi pun naik ke atas pelupuh, kemudian menjinjitkan kaki untuk menerangi area plafon menggunakan senter yang dibawa. setelah diteliti dengan seksama, ternyata di atas plafon itu ada dua orang yang sedang bersembunyi.

Melihat kejadian seperti itu, sarkowi bukannya cepat memberi tahu. namun dia hanya menganga tak mampu mengeluarkan suara, hanya telunjuk yang menunjuk ke arah plafon Saung.

"Ada apa sarkowi...?" tanya pak ustad yang terlihat penasaran, lalu mengarahkan senter ke arah plafon.

Deg!

Jantung pak ustad terasa berhenti berdegup, karena melihat dua orang yang sedang bersembunyi. dengan cepat dia pun memberitahu Pak Kulisi.

"Jang Isi, ada dua orang yang bersembunyi. namun wajahnya tidak terlihat jelas, karena mereka membelakangi."

"Awas hati-hati..., siapkan senjata...! kalau kabur bunuh saja sekalian. Awas kalian harus tetap Waspada...!" ujar pak polisi sambil mengeluarkan goloknya, Suaranya sangat terdengar jelas oleh kedua orang yang bersembunyi.

Hadi dan Warsa, ternyata merekalah yang sedang bersembunyi di atas plafon Saung. soalnya tadi ketika sehabis makan mereka tidak langsung pergi, mereka malah tidur merasakan nikmatnya perut yang sudah kenyang.

"Bagaimana nih Warsa, kayaknya kita akan mati," bisik Hadi yang terdengar bergetar.

"Jangan gugup...! Ini waktu malam, ingat di luar sangat gelap. itu akan memudahkan kita untuk kabur, Sekarang kita akan loncat ke bawah. kemudian berlari. Jangan ragu-ragu...! jangan sampai kita tertangkap, karena itu akan menyusahkan diri kita sendiri...," jawab Warsa memberi semangat.

"Ya sudah, ayo....!"

Hadi dan Warsa mulai bergerak dengan perlahan, dan penuh kehati-hatian. bersiap-siap mau loncat dari atas plafon, kemudian mereka akan melarikan diri.

Dari arah bawah pak Kulisi pun naik ke atas pelupuh, kemudian dia pun mulai memberikan komando.

"Ayo kita kepung maling sial4n ini, jangan sampai mereka kabur...! kalau mereka melarikan diri, jangan segan-segan untuk memotong kakinya...!' Ancam pak Kulisi dengan menaikkan intonasi suara agar terdengar oleh orang yang sedang bersembunyi, berharap dengan ancaman seperti itu kedua maling sedikit berasa tegang, hingga akhirnya mereka pun bisa turun dan menyerahkan diri.

Usaha Itu membuahkan hasil, karena perasaan Hadi dan Warsa mulai merasa takut. hati mereka merasa was was, kalau tidak bisa menguasai diri, mungkin sudah terkencing-kencing di celana.

Tapi setelah dipikir ulang, kalau mereka ditangkap oleh pak Kulisi dan para warga kampung Sukamaju. itu akan lebih berbahaya, soalnya mereka sedang menjadi buronan.

"Warsa Jangan membuang waktu, Ayo kita kabur ..!' ujar Hadi sambil mendekat ke arah ujung bangunan, beruntung Saung itu plafon samping tidak memakai penghalang, sehingga dengan mudah Hadi bisa loncat.

Blug!

Brak....!

Hadi yang loncat dari arah samping Saung berlawanan dengan pak Kulisi yang berada di dalam. dengan cepat dia pun menubruk orang yang sedang berjaga, orang itu tidak bisa menghindar karena dia masih merasa kaget mendapat serangan mendadak seperti itu, hingga tubuhnya pun terjatuh terdorong oleh Hadi yang terus berlari menembus kegelapan malam.

Mendapat kejadian yang begitu mendadak, semua orang merasa kaget. dengan cepat pak Kulisi memberikan komando untuk mengejar Hadi yang sudah kabur, hingga akhirnya para warga pun berlari berhamburan mengejar maling yang sudah melarikan diri, cahaya senter semerbak menerangi seluruh penjuru.

Dalam keadaan segenting itu, Warsa yang masih berada di atas. dia tidak membuang waktu, dia loncat ke arah pak polisi yang sedang fokus mengarahkan warga untuk mengejar Hadi yang sudah kabur. sehingga ketika Warsa turun dia pun agak sedikit kaget, sehingga dengan mudah Wars mendorongnya .lalu maling Itu turun kemudian menampar orang yang menghalanginya, yang sama sedang kehilangan fokus.

Waaaalaaaaa...!

Teriak orang yang terkena serangan Warsa yang sudah bisa merobohkan orang yang menghalanginya. dia terus berlari menuju ke arah gelapnya malam, namun pelarian Warsa berbalik arah dengan hadi. dia berlari ke arah timur sedangkan Hadi berlari ke arah selatan.

"Ini satu lagi nih, kepung...! kepung...!" ujar pak ustad yang terlihat gugup, bibirnya menyuruh orang mengepung tapi dianya malah diam, sambil menunjuk Warsa yang kabur menggunakan senter.

Akhirnya para warga pun berpencar mengejar maling. yang satu bagian mengejar ke arah barat, yang satu mengejar ke arah Selatan. sambil terus berteriak memberitahu yang lainnya, suara Deru langkah kaki terdengar dari seluruh penjuru arah, sedangkan orang yang tadi ditampar oleh Warsa dia pun hanya menggerutu kesal, mau marah tapi tidak ada pelampiasan.

"Kurang ajar...! dasar jadah....! aku terkena tamparan," ujarnya sambil bangkit kemudian dia pun berjalan menuju ke arah orang-orang yang sedang mengejar maling. dia tidak berani berlari karena kepalanya masih terasa pening, takut terperosok ke lubang galian.

Hadi dan Warsa Mereka sudah terbiasa berlari di kegelapan malam, karena dari Semenjak mereka kecil sudah membiasakan diri menjadi pengganggu warga Kampung Sukamaju. Awalnya mereka maling kecil-kecilan,  hingga semakin lama kejahatannya pun semakin meningkat menjadi rampok, membegal, menjambret, memeras dan lain-lainnya. sehingga bekerja dalam kegelapan malam Sudah menjadi kebiasaan dari pekerjaan mereka. Ketika menyelamatkan diri dalam kegelapan malam, tidak menemukan rintangan yang berarti. dengan mudah Mereka pun bisa menghindari para warga Kampung Sukamaju yang hendak menangkapnya. sehingga akhirnya hanya terlihat sebentar oleh para pengejar, Kemudian mereka pun kehilangan jejak.

"Ke mana larinya maling sial4n itu?" tanya Kulisi yang berhenti di pematang sawah, tangan kiri memegang senter, tangan kanan memegang golok.

warga yang ditanya seperti itu, dia tidak menjawab karena tidak mengetahui kemana larinya Hadi dan Warsa. namun dia kembali mengejar tanpa memperdulikan rasa capek dan gelapnya malam. Para warga Kampung terus bersemangat demi terciptanya kampung yang damai. Sehingga suasana malam pun menjadi riuh dengan teriakan-teriakan memberitahu keberadaan maling. Ada pula yang merintih kesakitan karena kakinya tersangkut ke tunggul pohon.

Warga Kampung Sukamaju, semuanya terus berhamburan mengejar kedua maling yang sudah melarikan diri. namun tujuan mereka tidak tentu arah, karena warga kampung itu kehilangan jejak. akhirnya mereka pun berhenti kemudian berpikir menerka-nerka ke mana arah larinya kedua maling tersebut, nafas Mereka terlihat memburu.

"Kemana kaburnya maling sial4n itu?" tanya salah Seorang warga yang bernama Adin sambil mengusap keringat, dadanya terlihat naik turun seperti sedang mengatur nafas.

Sebelum Ada yang menjawab, terlihat ada seorang yang menghampiri. setelah dekat wajahnya pun mulai terlihat, ternyata itu adalah Dodo bapaknya Eman, sebelum berbicara dia pun menjatuhkan tubuh ke atas rumput yang terlihat tebal, mengistirahatkan rasa capek setelah berlari begitu jauh, kakinya pun terasa sangat pegal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!