"Apakah aku harus menerima nasibku seperti ini?" ujar Anna putus asa. Ia mendongak ke langit meratapi takdir yang menimpa dirinya. Buat apa ia datang ke dunia ini kalau umurnya ditakdirkan untuk pendek.
Ia melangkahkan kaki dengan gontai, lalu menghela nafas frustasi. Langkah pertama untuk melarikan diri saja tidak bisa ia capai. Apakah takdirnya benar benar tidak bisa diubah?
Anna berencana kembali ke kamar anak laki laki tadi dan berniat tidur di sampingnya. Tidak ada tempat tidur di kamar pemilik asli dan ia tidak mempunyai kebiasaan pemilik asli yang tidur di dalam peti mati. Lagipula dirinya bukan vampir.
Sekarang Anna baru menyadari ini sudah hampir subuh. Langit yang tadinya gelap gulita sekarang mulai bermandikan cahaya. Sejak ia bertransmigrasi beberapa jam yang lalu, ia tidak merasakan kantuk sedikitpun, sekarang ia bisa merasakan matanya mulai tidak bisa diajak berkompromi. Mulutnya terus menguap dan matanya mulai berair karena menahan kantuk.
Anna merobohkan badannya di atas tempat tidur, mengistirahatkan badannya yang kelelahan. Baik hati maupun fikirannya sekarang sama sama lelah. Untunglah ranjang ini berukuran king size jadi Anna bisa ikut berbaring di sampingnya.
Detik demi detik berlalu, kelopak mata Anna tak kunjung menandakan tanda-tanda menutup. Anna membolak balikkan badannya ke kanan, ke kiri, ke samping tapi tetap saja ia tidak bisa tidur. Ia sudah sangat mengantuk tapi matanya tidak bisa diajak kompromi.
"Aaaaaa..." teriak Anna kesal.
Sepertinya tuhan benar benar menyiksa dirinya.
"Tidak mungkin tubuh ini hanya bisa tidur di peti mati itu, kan?"
Kaget dengan tebakannya sendiri, Anna berlari ke kamar pemilik asli. Ia melihat peti mati itu dengan kebingungan. Apakah ia harus masuk atau ia merelakan untuk tidak tidur malam ini?
"Sudahlah, perlakukan saja peti mati ini seperti kantong tidur ketika aku camping."
Peti mati itu terbuat dari kayu mahoni dan mempunyai ukiran mawar di atasnya. Di setiap bagian itu terdapat butiran emas yang menghiasinya, yang membuat peti mati itu terkesan sangat mewah. Ukurannya juga tergolong cukup besar di atas peti mati rata-rata.
"Ckckck.. benar-benar sultan."
Anna membuka peti mati itu dan terkejut ketika melihat apa yang ada didalamnya. Tidak seperti peti mati pada umumnya, peti mati pemilik asli terdapat kasur kecil dan bantal kecil yang ditumpuk di dalamnya. Ada juga lampu tidur kecil yang berada tepat diatas tutup peti mati. Jika begini mungkin Anna bisa mencobanya.
Anna membaringkan tubuhnya didalam peti mati dan terkejut karena tubuhnya langsung santai ketika berada di dalamnya. Tidak seperti ketika ia berbaring di tempat tidur tadi, ia harus menukar posisi sampai sepuluh kali. Tapi kenyataannya ia tidak bisa tidur sedikitpun.
Lama kelamaan kelopak mata Anna menutup tanpa disadarinya. Nafasnya menjadi pelan dan menyatu dengan lingkungan di sekitarnya.
***
"Apakah Nona sudah tidur?" ujar seorang laki laki yang diyakini menjadi bawahan pemilik kastil megah itu.
"Sudah." jawab Olive.
"Tolong sampaikan pada nona, kami sudah mengatasi vampir liar yang berada di perbatasan kota."
"Baik."
Setelah itu laki laki berjubah hitam lenyap dari pandangan Olive. Melihat ia sudah menghilang, Olive melangkahkan kakinya menuju kamar yang biasa ditempatinya yaitu kamar pelayan. Kamar itu terletak di lantai bawah dan berada paling pojok di antara ruangan ruangan di kastil itu.
Sinar matahari pagi mulai menampakkan dirinya dengan malu malu. Semua makhluk hidup yang beraktivitas di pagi hari mulai bangun dari peraduannya. Tapi sayangnya hal itu tidak berlaku pada makhluk hidup yang diyakini bak jelmaan kelelawar itu. Kulit mereka tidak bisa terkena sinar matahari pagi, karena itu sebelum fajar menjelang mereka bersembunyi terlebih dahulu di tempat yang lebih gelap. Tapi itu tidak berlaku untuk vampir keturunan bangsawan seperti pemilik asli. Sinar matahari pagi tidak akan akan mempengaruhi dirinya, karena itu jugalah pemilik asli sangat dihormati.
Kastil yang semula terang benderang menjadi gelap dengan sendirinya seiring dengan matahari yang mulai terbit dari barat. Semuanya hening bagaikan tidak berpenghuni. Begitulah penampakan kastil itu di siang hari.
Jarum jam menunjukkan pukul dua siang, diikuti bunyi jam dinding yang terus berdetak di kamar Anna. Pelan pelan gadis berambut hitam itu membuka matanya. Matanya terus berkedip-kedip menunjukkan tanda-tanda ia akan bangun.
Anna mengeluhkan badannya ke samping dan menyadari tempat tidurnya berubah menjadi kecil. Dengan mata setengah terbuka ia mencoba untuk duduk.
"Aaahh.." ringis Anna ketika ia merasakan kepalanya kebentur oleh sesuatu. Ia membaringkan dirinya kembali dan tersadar ia baru saja tidur di peti mati. Anna mendorong tutup peti mati itu dan menemukan ternyata lebih berat dari dugaannya.
"Bagaimana cara keluar dari sini?" gumam Anna kebingungan. Ini benar benar tidak lucu kalau ia akan mati terkurung di peti mati ini selamanya.
"Yang benar saja, aku baru semalam di dunia ini. Tidak mungkin aku benar-benar akan mati kan? Sepertinya cuman aku di dunia ini yang mati setelah bertransmigrasi dalam semalam."
Anna mengerahkan tenaganya mencoba mendorong penutup peti mati di atas kepalanya. Tapi tetap saja tidak membuahkan hasil.
"Huh.." ujar Anna frustasi.
"Tolong siapa saja yang diluar bisa bukakan peti mati ini! " teriak Anna nyaring.
Ia sudah kehabisan ide, Anna kira ini satu satunya cara terakhir yang dipikirkannya. Walaupun mustahil ada yang mendengarnya dari dalam sini, ia tetap ingin mencobanya.
Darah manusia diperdagangkan dimana mana, dan bangsa vampir diperbolehkan untuk membelinya kapan saja. Tapi ia menemukan kejanggalan yang tidak boleh dilewatkan. Pemilik asli tidak memperbolehkan pelayan-pelayannya meminum darah manusia sedikitpun. Hal itu yang membuat Anna merasa aneh.
"Nona." panggil Olive membuyarkan lamunan Anna yang kemana mana.
"........ "
"Kita sudah sampai." ujar Olive sambil menempelkan totem bunga di pintu yang berada dihadapannya, lalu terbukalah pintu itu dengan sendirinya.
"Ciiit." bunyi pintu terbuka.
Anna melangkahkan kakinya masuk dan ia tercengang ketika melihat apa yang ada di dalamnya. Jika menurutnya emas batangan yang ada didalam tas tadi sangat banyak, maka jika dibandingkan dengan ini mungkin hanya satu persennya saja. Emas, perak, barang-barang antik, dan lukisan-lukisan berharga ditumpuk menjadi satu di ruangan itu.
"Ehm, tambahkan lagi! Saya merasa itu sangat kurang." ujar Anna tak tahu malu.
"Baik."
Anna menggedor-gedor dinding peti mati di depannya berharap supaya ada yang bisa mendengarkan suaranya.
"Tolong buka!" ujar Anna dengan keras. Dalam hati ia memohon supaya peti mati ini bisa terbuka sendiri karena ia juga pesimis ada yang bisa 𝚖endengarkan suaranya dari dalam sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments