Arogan

Semoga impian pelatih bisa terwujudkan. Begitu juga dengan impianku saat ini.

Mungkin karena hal itu jugalah kantor redaksi diminta untuk meliput aktivitas mereka. Katakanlah jika hal ini dilakukan untuk menambah popularitas klub di mata masyarakat dunia. Apalagi klub ini digadang-gadang sebagai klub terbaik yang negeri ini miliki. Ya, semoga saja apa yang diimpikan pelatih bisa segera terwujudkan. Aku ikut mendoakannya.

"Nona, ini para pemain klub kami."

Aku berdiri di samping Tuan Miler saat akan diperkenalkan dengan para pemainnya. Di hadapan para pemain aku pun menebarkan senyuman ini. Senyuman kerja sama yang ingin segera kuraih. Aku harap mereka tidak merasa risih saat kuliput nanti. Karena bagaimanapun aku hanya ditugaskan untuk meliput mereka, tidak lebih.

"Anak-anak, ini adalah Nona Hana. Dia dari kantor redaksi majalah kota. Nona Hana akan meliput aktivitas klub selama beberapa bulan ke depan. Jadi mari kita berkenalan."

Tuan Miler meminta para pemain klub untuk berkenalan denganku. Tentu saja aku menyambut baik sikapnya ini. Satu per satu para pemain klub pun mulai menyalamiku seraya memperkenalkan nama mereka. Aku juga tersenyum seraya membalas jabatan tangan itu. Tapi, ada seseorang dari mereka yang tampak bersikap dingin kepadaku.

Siapa dia?

Saat aku mengajaknya berjabat tangan, dia malah tidak memedulikannya. Dia pun segera kembali ke barisan dengan tidak menghiraukan senyuman yang kuberikan. Entah siapa namanya, namun sepertinya dia bukanlah orang yang bersahabat seperti teman-temannya. Entahlah aku juga tidak peduli. Aku hanya menjalani kewajibanku sebagai seorang jurnalis saja. Setelah ini aku juga akan kembali ke kantorku.

Pukul sebelas siang waktu ibu kota dan sekitarnya...

"Minggir!"

"Akh!"

Satu kata itulah yang aku terima dari seorang pemain klub bernama Elfan. Bahuku terbentur olehnya saat meliput aktivitas klub yang baru saja selesai latihan. Dia sepertinya tidak menginginkan kehadiranku di sini dengan menyenggol keras bahuku. Aku pun tak mengerti mengapa dia bersikap sampai seperti itu. Seperti tidak tahu sopan-santun.

Dasar orang gila!

Setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda. Setiap orang juga mempunyai cara penyampaian yang berbeda. Begitu juga denganku. Aku tidak mempermasalahkan saat dia bersikap dingin padaku. Namun, kali ini sungguh membuatku jengkel. Bisa-bisanya dia berlaku kasar terhadap seorang wanita.

Dia keterlaluan!

Sikap seseorang bisa menjadi penentu bagaimana dirinya sendiri. Dan aku pun mulai ilfeel dengan pria yang satu ini. Sikapnya begitu menyebalkan sekali. Rasanya ingin kujambak saja rambutnya itu.

"Nona, maaf jika nanti Elfan kurang bersikap baik padamu. Dia sedikit dingin dengan orang yang baru dikenalnya."

Masih teringat jelas kata-kata yang kudengar dari pelatih klub ini sebelum meliput latihan mereka. Sepertinya sang pelatih tahu benar bagaimana sikap anak-anak didiknya. Dan mungkin dia juga melihat sendiri apa yang terjadi saat berkenalan tadi. Tapi semoga saja sikap dingin pemain itu hanya sementara. Aku harap dia bisa berubah setelah ini.

Dia melirik ke arahku dengan tajam. "Jangan menghalangi orang jalan!" katanya seraya pergi berlalu.

Saat itu juga aku menghela napas dalam-dalam. "Maaf."

Dan hanya kata itu yang mampu kulontarkan padanya. Walaupun aku sama sekali tidak menghalangi jalannya. Dia seperti menaburkan genderang perang denganku. Tapi aku tidak ingin memperumit keadaan dengan membalas perbuatannya. Aku bersikap biasa saja.

Terpopuler

Comments

Leo Nil

Leo Nil

entah kenapa aku suka tipe-tipe cowok kyk elfan. makin dingin makin buat nggk karuan.


cuma nyesek juga sih kalo di realita

2023-01-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!